Anda di halaman 1dari 28

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

Pada Kasus Keracunan dan Gigitan


Hewan
Ika Silvitasari, M.Kep
Definisi Keracunan
• Racun adalah zat yang ketika tertelan,
terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit,
atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah
yang relatif kecil menyebabkan cedera dari
tubuh dengan adanya reaksi kimia.
• Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan
patologik yang disebabkan oleh obat, serum,
alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik,
dan lain-lain.
TERAPI KERACUNAN
• Terapi Suportif
– Bebaskan jalan nafas
• Posisikan supine dengan kepala ekstensi, bila muntah
kepala dimiringkan
• Bersihkan mulut dari muntah/darah/lendir yang
menghalangi jalan nafas dengan jari atau suction
• Pasang OPA jika diperlukan
• Pasang ETT jika diperlukan
• Oksigenasi/ ventilasi
– Dengan alat bantu
• Pernafasan ke alat penghubung
• Pernafasan dengan balon masker
• Pernafasan dengan ventilator
• Pernafasan dengan mesin pernafasan automatik
• Terapi aritmia
– Bradikardi
• Periksa apakah bradikardi terjadi karena kompensasi
atau benar menunjukkan bradikardi dengan gejala
hipotensi atau sincope. Jika karena kompensasi maka
bradikardi tidak boleh diterapi
• Berikan atropin 0,01-0,03 mg/kg IV. Jika gagal berikan
isoproterenol 1-10 mcg/menit IV titrasi sampai heart
rate yang diinginkan
• Takikardi
– Sympatomimetik takikardi propanolol 0,01-0,03 mg/kg iv
– Anticholinergik takikardi  physostigmine 0,01-0,03 mg/kg iv
atau neostigmin 0,01-0,03 mg/kg iv
• Ventrikular aritmia
– Ventrikular fibrilasi counter shock 3-5 joule
– VT tanp denyut nadi  counter shock 1-3 j
– VT dengan denyut nadi lidokain 1-3 mg/kg atau penithoin 5-
15 mg/kg iv
– Overdosis obat2an gunakan antidepresan cyclic  sodium
bikarbonat 1-2 meq/kg IV
• VT polimorphic
– Isopreterenol 1-10 meq/m iv untuk meningkatkan HR
Hemodinamik
• Hipotensi
– Monitoring CVP
– Terapi cairan kristaloid NACL 200 ml IV bolus atau
cairan kristaloid lainnya total 1-2 L
– Terapi cairan tidak berhasil berikan dopamin 5-15
ug/kg/menit IV
– Hipotensi antidepresan tricyclic  sodium
bikarbonat 1-2 meq/kg bolus
– Overdosis betabloker berikan glukagon 5-10 mg iv
– Overdosis ca antagonis  CaCl2 15-20 mg/kg iv
Hipertensi
• Hipertensi diterapi bila tekanan diastolik diatas 105-
110 mmHg, berikan phentolamine 2-5 mg Iv atau
sodium nitroprusside 0,25-8 ug/kg/menit iv. Jika
disertai dengan takikardi  propanolol 1-5 mg IV atau
esmolol 25-100 ug/kg/menit IV
• Terapi kejang
– Berikan antikejang
• Diazepam 0,1 – 0,2 mg/kg IV
• Midazolam 0,1 – 0,2 mg/kg IV/IM
• Phenobarbital 10 – 15 mg/kg IV dengan infus pelan selama 15-20
m
• Phenitoin 10 – 15 mg/kg IV dengan infus pelan selama 25-30 m
• Pentobarbitol dengan infus 0,5 – 3 mg/kg/j dititrasi menimbulkan
efek
Koreksi abnormalitas suhu
– Hipotermi  hangatkan dengan selimut, intravena
hangat, menghangatkan udara pernafasan kecuali
pda cardiac arrest
– Hipertermi  lepaskan semua pakaian,
semprotkan air suam-suam kuku, kipasi pasien.
• Koreksi gangguan metabolik
Pencegahan Absorbsi Lebih Lanjut
• Dekontaminasi gastrointestinal
– Induksi muntah (Ipecac) syrup 1 sendok makan (15 ml)
dilanjutkan ½ gelas air
– Bilas lambung efektif mencegah absorbsi obat jika tertelan < 4
jam. Dialkukan pada pasien yang histeris atau koma yang tidak
dapat koopertif
– Arang aktif  bentuk suspensi dengan air, dosis 1-2 g/kg BB
gunakan 8 ml untuk mngencerkan 1 g
– Irigasi ususmenggunakan cairan yang terdiri elektrolit dan
polyethilerglikol
– Pencahar sorbitol 1-2 gr/kg BB
– Dilusi/pengenceran minum 5 ml/kg BB air setelah menelan
bahan korosif
– Pengeluaran racun dengan endoskopi atau pembedahan
Mempercepat Eliminasi Racun
– Dosis multiple arang aktif
– Diuresis paksa dan mengubah pH urin
• Pengeluaran racun bersifat extracorporal
– Dialisis dengan molekul yang rendah
Penyebab Khas Keracunan
• Obat tidur/penenang
– Hindari asfiksia
• Alkohol
– Sadar upayakan muntah
– Tidak sadarjaga pernafasan
• Aspirin
– Upayakan muntah
• Desinfektan korosif
– Sadarberi air/susu, jangan upayakan muntah, bantu
pernafasan
Keracunan gas industri
• Gas karbonmonoksida
• Karbon tetraklorida
• Trikloretilen
• Hidrogen slfid
• Asap sianida
– Tindakan
• Penolong menggunakan ventilator masker
• Korban mendapat O2
• Beri resusitasi nafas
• Buang pakaian yang terkontaminasi
• Cuci baju tercemar
Peptisida Insektisida
• Cari pertolongan medis • Usahakan muntah
• Identifikasi racun • Cuci kulit
• Buang pakaian tercemar, • Beri nafas buatan
cuci kulit
• Beri minum sebanyak
mungkin
• Usahakan muntah
• Bebaskan jalan nafas
• Bila tidak sadar posisikan
pasien koma
Jamur Kerosin dan bensin
• Upayakan muntah • Beri minum susu, jangan
• Tangani kolaps memicu muntah
• Cari pertolongan dokter

Keracunan makanan
• Cari pertolongan dokter,
tangani kolaps, beri banyak
minum mencegah dehidrasi
Gigitan Binatang
• Gigitan Ular
– Faktor yang mempengaruhi keparahan :
• Usia, kesehatan pasien
• Lokasi gigitan
• Bisa ular
• Sekunder infeksi
• Gerakan pasien
– Gejala lokal :
• Edema
• Nyeri tekan
• Ekimosis (perdarahan bawah kulit kegelapan karena
darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit)
Gejala sistemik Hematoxic
• Bisa ular menyerag dan
– Hipotensi
merusak sel darah merah
– Kelemahan otot
pada dinding sel darah
– Berkeringat
merah, sehingga darah
– Menggigil
merah menjai hancur/lisis
– Mual, hipersaliva, muntah
dan terjadi perdarahan
– Nyeri kepala

Miotoksik
Gejala neurotoxic
Bisa ular melumpuhkan jaringan • Mengakibatkan
sel saraf dengan tanda rabdomiolisis (kerusakan
nekrotik kebiruan dan hitam pada otot rangka)
pada sekitar luka. Penyebaran
bisa menyebabkan Kardiotoksik
kelumpuhan susunan saraf • Kerusakan otot jantung
pusat seperti pernafasan
(Hipotensi, henti jantung)
(paresis) dan jantung. Gejala
lain hipertonik, kejang—koma
• Sindrom kompartemen merupakan salah satu gejala
khusus gigitan ular berbisa, yaitu terjadi oedem
(pembengkakan) pada tungkai ditandai dengan 5P:
• pain (nyeri)
• pallor (muka pucat)
• paresthesia (mati rasa)
• paralysis (kelumpuhan otot)
• pulselesness (denyutan).
Etiologi
• Tiga famili Ular
– Elapidae: ular kobra, ular weling, ular welang, ular
sendok, ular anang, ular cabai, coral snakes,
mambas, kraits
– Viperidae/Crotalidae ular tanah, ular hijau, ular
bandotan puspo
– Hydropiidae : ular laut
Penatalaksanaan
• Menghalangi atau memperlambat absorbsi
bisa ular
• Menetralkan bisa ular
• Mengatasi efek lokal/ sistemik
Sebelum RS
• Imobilisasi
• Jangan manipulasi gigitan
• Tindakan mengikat (<30 menit pasca
gigitan) bagian proksimalmenahan aliran
limfe bukan vena atau arteri
RS
• ABC
• Heparin 20.000 unit per 24 jam.
• Beri SABU (Serum Anti Bisa Ular), 2 vial 5 ml + 500 ml
Nacl0,9% per drip Iv atau dextrose 5 %40-80 tpm.
Maksimal 100 ml (20 vial)
• Pedoman terapi SABU mengacu pada Schwartz dan
Way (depkes, 2001)
• Derajat 0 dan 1  evaluasi 12 jam, SABU tdk
perlu
• Derajat 2  3-4 vial SABU
• Derajat 3  5-15 vial SABU
• Derajat 4  berikan tambahkan 6-8 vial SABU
Pemeriksaan
• kimia darah,
• hitung sel darah lengkap,
• penentuan golongan darah dan uji silang,
• waktu protrombin,
• waktu tromboplastin parsial,
• hitung trombosit,
• urinalisis,
• penentuan kadar gula darah,
• BUN dan elektrolit.
• pemeriksaan fibrinogen, fragilitas sel darah merah,
waktu pembekuan dan waktu retraksi bekuan.
Pengkajian
Airway
• Jalan nafas bersih
• Tidak terdengar bunyi ronchi
• Tidak ada jejas pada daerah badan
Breathing
• Peningkatan frekuensi pernafasan
• Napas dangkal
• Distress pernapasan
• Kelemahan otot pernafasan
• Kesulitan bernafas : sianosis
• Penggunaan otot bantu pernafasan
Circulation
• Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takicardia
• Pendarahan di ekstremitas kiri karena gigitan ular
• Akral dingin
• Sakit kepala
• Pingsan
• Berkeringat banyak
• Pusing, mata berkunang-kunang
• CRT > 3 detik
• Sianosis
Disability
• Dapat terjadi penurunan kesadaran
• Kesadaran somnolen
• Pupil isokor (2mm)
Exposure
• Terdapat pendarahan pada luka gigitan ular, adanya edema pada luka,
memar
GCS
Diagnosa Keperawatan
• Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
reaksi endotoksin
• Nyeri berhubungan dengan gigitan ular
berbisa
• Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan tubuh
• Cemas berhubungan dengan koping individu
yang tidak efektif

Anda mungkin juga menyukai