02dasar2 Geometrik Jalan
02dasar2 Geometrik Jalan
(1) Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan
jalan, fungsi jalan dibedakan atas arteri, kolektor, lokal, dan
lingkungan.
(2) Fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat pada
sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.
(3) Fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada sistem
jaringan primer dibedakan atas arteri primer, kolektor primer, lokal
primer, dan lingkungan primer.
(4) Jalan dengan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dinyatakan sebagai jalan arteri primer, jalan kolektor primer, jalan lokal
primer, dan jalan lingkungan primer.
(5) Fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada sistem
jaringan sekunder dibedakan atas arteri sekunder, kolektor sekunder,
lokal sekunder, dan lingkungan sekunder.
(6) Jalan dengan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dinyatakan sebagai jalan arteri sekunder, jalan kolektor sekunder, jalan
lokal sekunder, dan jalan lingkungan sekunder.
1.3 Klasifikasi dan Fungsi Jalan PP 34 TAHUN 2006
(1) Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60
km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter.
(2) Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40
km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter.
(3) Jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20
km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter.
(4) Jalan lingkungan primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 15
km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter.
(5) Jalan arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30
km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter.
(6) Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20
km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter.
(7) Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10
km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter.
(8) Jalan lingkungan sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
10 km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter.
1.4 Status Jalan PP 34 TAHUN 2006
Jalan kota adalah jalan umum pada jaringan jalan sekunder di dalam kota.
Jalan desa adalah jalan lingkungan primer dan jalan lokal primer yang tidak termasuk
jalan kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf b di dalam kawasan
perdesaan, dan merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpermukiman di dalam desa.
1.5. Kelas jalan menurut tekanan gandar
I >10,00 Ton
II 10,00 Ton
IV 8,00 Ton
b. Kelas jalan menurut besarnya volume dan sifat-sifat lalu lintas
Jalan Kelas I
Jalan ini mencakup semua jalan utama, yang melayani lalu
lintas cepat dan berat.
Jalan Kelas II
Jalan ini mencakup semua jalan sekunder.
Jalan Kelas III
Jalan ini mencakup semua jalan-jalan penghubung dan
merupakan konstruksi jalan berjalur tunggal atau dua.
Klasifikasi & Spesifikasi Jalan
berdasarkan Penyediaan Prasaran Jalan
Sumber: PP 34/2006 tentang Jalan
Klasifikasi penggunaan jalan
Klasifikasi Penggunaan Jalan
Persyaratan teknis jalan (PP34/2006)
Matrik Klasifikasi Jalan (Proposed)
2.1 Pendahuluan
Ada 3 Kategori:
– Kendaraan Kecil : mobil penumpang
– Kendaraan Sedang: Truk 3As tandem atau Bus Besar 2 As
– Kendaraan Besar : Truk Tempelan (Trailer)
KENDARAAN KECIL
Kend. Besar
Kend. Sedang
(Truk Semi
(Bus)
Trailler-Tempelan)
Kecepatan Rencana (VR)
(agar mengacu ke PP No.34/2006)
Volume Kendaraam
Emp (Ekivalen Mobil Penumpang)
(mengacu ke MKJI, 1997)
Volume Lalu-lintas Rencana
(mengacu ke MKJI, 1977) atau Perencanaan Lalu-lintas
Faktor K dan Faktor F
(LHR = ADT dan LHRT=AADT)
Jalan raya selain dibagi dalam kelas menurut fungsinya,
juga dipertimbangkan besarnya volume serta sifat-sifat
lalu lintas yang diharapkan akan melalui jalan yang
bersangkutan. Volume dari lalu lintas dinyatakan dalam
satuan mobil penumpang (SMP), yang menunjukkan
besarnya jumlah lalu lintas harian rata-rata (LHR) untuk
kedua jurusan. Untuk klasifikasi jalan raya yang
didasarkan pada fungsinya.
Fungsi Kelas LHR dalam SMP
Arteri I > 20.000
Kolektor IIA 6.000 s/d 20.000
IIB 1.500 s/d 8.000
IIC < 2.000
Lokal III -
Kapasitas Jalan
KAPASITAS JALAN
UNTUK INDONESIA, PERHITUNGAN KAPASITAS MENGIKUTI
MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA 1997 (MKJI 1997)
• KAPASITAS JALAN ANTAR KOTA:
C=CO X FCW x FCSP x FCSF
dimana: C = Kapasitas (smp/jam)
CO = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP = Faktor penyesuaian pembagian arah
FCSF = Faktor penyesuaian gangguan samping
Per lajur
3,00 -4
Empat lajur 3,25 -2
terbagi/jalan satu arah 3,50 0
3,75 2
4,00 4
Empat lajur tak terbagi Per lajur
3,00 -4
3,25 -2
3,50 0
3,75 2
4,00 4
Dua lajur tak terbagi Per lajur
5 -9,5
6 -3
7 0
8 3
9 4
Faktor Penyesuaian Pemisah Arah (FCsp)
Faktor Penyesuaian Kecepatan untuk
Hambatan Samping (dengan kereb) (FCSF)
Jalan kereb – penghalang Wg (m)
Kelas Hambatan
Tipe Jalan
Samping (SFC) < 0,5 m 1,0 m 1,5 m > 2,0 m
Dimana:
• i = Pertumbuhan variabel rata-rata
• Pn = Jumlah variabel pada tahun ke n
• Po = Jumlah variabel pada tahun dasar rata rata
• N = Jumlah tahun yang dihitung
• n = Tahun ke n
tingkat pelayanan,
Definisi Tingkat Pelayanan
PerMen Hub No 14/2006
Tingkat Pelayanan Jalan
• suatu ukuran yang digunakan untuk mengetahui kualitas
suatu ruas jalan tertentu dalam melayani arus lalu-lintas
yang melewatinya.
tampang melintang
2.2 Tampang Melintang
2.2.3 Drainase
Perlengkapan drainase merupakan bagian yang sangat penting
dari suatu jalan seperti saluran tepi, saluran melintang jalan
yang harus pula disesuaikan dengan data-data hidrologi seperti
intensitas curah hujan maupun frekuensinya serta sifat daerah
aliran. Drainase harus dapat membebaskan pengaruh yang buruk
akibat air terhadap konstruksinya.
2.2.4 Median
Median adalah suatu jalur yang memisahkan dua jalur lalu
lintas yang berlawanan arah. Untuk jalan 4 jalur atau lebih pada lalu
lintas dua arah diperlukan median.
JD minimum (m) 800 670 550 350 250 200 150 100
Ketentuan desain
geometrik jalan antar kota
setelah mempertimbangkan UU38/2004 & PP34/2006
Ketentuan desain
geometrik jalan kota – bina Marga
KLASIFIKASI JLRAYA UTAMA JALAN RAYA SEKUNDER J PENGHUBUNG
JALAN I (A1) II A (A2) II B (B1) II C (B2) III
KLASSIF MEDAN D B G D B G D B G D B G D B G
Lalu lintas harian rata-
rata (smp) > 20. 000 6.000 - 20.000 1500 - 8000 < 20.000 -
Kecepatan Rencana
(km/jam) 120 100 80 100 80 60 80 60 40 60 4 30 60 40 30
Lebar Daerah
Penguasaan min.(m) 60 60 60 40 40 40 30 30 30 30 30 30 20 20 20
Minimum 2 2x3.50 atau
Lebar Perkerasan (m) (2x3,75) 2(2x3.50) 2x 3.50 2 x 3.00 3.50 - 6.00
Lebar Median min (m) 2 1.5 - - -
Lebar Bahu (m) 3.50 3.00 3.00 3.00 2.50 2.50 3.00 2.50 2.50 2.50 1.50 1.00 3.50 - 6.00
Lereng Melintang
Perkerasan 2% 2% 2% 3% 4%
Lereng Melintang Bahu 4% 4% 6% 6% 6%
Jenis Lapisan Aspal beton Penetrasi Paling tinggi Paling tinggi
Aspal Beton
Permukaan Jalan ( hot mix ) Berganda/ setaraf penetrasi tunggal pelebaran jalan
Miring tikungan
maksimum 10% 10% 10% 10% 10%
Jari- jari lengkung
minimum (m) 560 350 210 350 210 115 210 115 50 210 115 50 115 50 30
Landai Maksimum 3% 5% 6% 4% 6% 7% 5% 7% 8 % 6 % 8 % 10 % 6 % 8 % 10 %
2.1 Gambar Tampang Melintang Jalan tanpa median
DMJ (Daerah Milik Jalan)
CL
Tanah Dasar
LAJUR LAJUR
Lalu Lintas Lalu Lintas
Drainase Drainase