Anda di halaman 1dari 19

Referat

Tatalaksana Cairan Intra Operasi


dan Pemilihan Cairan

Pembimbing: AKBP. Dr. dr. Yalta Hasannudin Nuh, Sp. An

Yulianus Anang Binar Restu Aji


H1AP12043
Kepaniteraan Klinik Anestesi
FKIK UNIB – RS Bhayangkara Tk III Bengkulu
BAB I
PENDAHULUAN
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan
pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien.
Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang
akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran
jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan
sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang
mereka alami. Kecemasan yang mereka alami
biasanya terkait dengan segala macam prosedur
asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman
terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam
prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan.
Tingkat keberhasilan pembedahan sangat
tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan
saling ketergantungan antara tim kesehatan yang
terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan perawat)
di samping peranan pasien yang kooperatif selama
proses perioperatif.
BAB II
PEMBAHASAN
Tatalaksana Cairan Intra Operasi dan
Pemilihan Cairan

Penentuan jumlah cairan intravena yang akan digunakan


selama operasi tergantung pada banyak faktor, meliputi
kondisi pasien preoperatif, jenis operasi, dan durasi operasi.
Jenis cairan yang digunakan tergantung pada kompartemen
cairan yang membutuhkan pengantian. Jumlah cairan yang
diberikan harus ditujukan untuk mempertahankan tekanan
darah dan aliran darah yang adekuat. Terdapat peningkatan
bukti yang menunjukkan bahwa terapi cairan memperbaiki
hasil dan mengurangi masa rawat inap setelah operasi
besar.
Kompartmen
Cairan
Pemilihan Cairan

Pemilihan cairan intravena dapat secara luas dikategorikan sebagai


koloid dan kristaloid. Kristaloid efektif dan cukup untuk tatalaksana awal
penurunan kompartemen ekstraseluler yang berkaitan dengan syok
hemoragik, operasi besar, atau trauma. Setelah tahap resusitasi akut,
biasanya terhadap tingkat hemodilusi yang signifikan dan penurunan
tekanan onkotik koloid plasma. Penurunan tekanan onkotik koloid plasma
berhubungan dengan pembentukan edema dan transudat. Hal ini
selanjutnya menekankan bahwa resusitasi cairan berlanjut harus meliputi
larutan koloid dalam upaya meminimalkan edema interstitial dalam organ
penting, seperti jantung, pari-paru, dan otak. Koloid didefinisikan sebagai
molekul dengan berat yang lebih besar dan dengan demikian bertahan
dalam ruang vaskuler untuk waktu yang lebih panjang. Protokol resusitasi
yang mengandung koloid telah dibuktikan memiliki kemampuan untuk
mempertahankan atau meningkatkan tekanan onkotik koloid plasma.
Kristaloid
Koloid
Gelatin (koloid)

Gelatin dihasilkan dari hidrolisis kolagen


sapi. Persiapan yang lazim tersedia adalah
succinylated gelatin (Gelofusine), yang
diformulasikan dalam isotonik garam, dan gelatin
urea-linked, polygeline (Haemaccel), yang
dirumuskan dalam sebuah isotonik larutan natrium
klorida dengan kalium 5,1 mM dan 6,25 mM
kalsium.
Efek Merugikan Terkait dengan Larutan
Koloid

• HEMOSTASIS
• EFEK PADA GINJAL
Efek Menguntungkan Terkait
dengan Larutan Koloid

• Anti Inflamasi
KRISTALOID VS KOLOID ??
Diskusi
Kedua sentral tersebut memiliki perbedaan yang
sangat mencolok sesuai dengan penilaian klinis dokter
anestesi dan dokter operator namun batasan yang
sama ditemukan pada kedua sentral ini.
Pasien dengan berat badan 75 kg dengan prosedur 4
jam dengan kehilangan darah 400 ml dan urin output 1
ml/KgBB/Jam akan menerima 700-5400 mL kristaloid
(dengan asumsi volume absolut 0-15 ml/KgBB/Jam).
Tanpa memandang nilai absolut jika dokter anestesi
menerapkan metodologi yang konsisten dalam
manajemen cairan, seharusnya rentang pemberian
volume kristaloid lebih sempit, terlebih pada penelitian
ini dibatasi dengan pasien yang tidak diberi koloid dan
darah.
Faktanya, dalam praktik keseharian di dalam
operasi/pembedahan, pemberian cairan sangat
bergantung pada penilaian klinis dan kondisi
hemodinamik pasien dan didalam data yang
didapatkan tidak dapat kita lihat kondisi
hemodinamik pasien saat menjalani pembedahan.
Faktor yang paling kuat mempengaruhi adalah
operator dan dokter anestesi dengan
mempertimbangkan segala kondisi Pra-Pembedahan
dan Saat Pembedahan.
BAB III
KESIMPULAN
Inggris

Kesimpul
an
Kebutuhan perioperatif cairan bergantung pada kondisi
preoperatif pasien, jenis operasi, dan lama proses operasi.
Sebagai tambahan untuk kehilangan darah, ruang ketiga dan
kehilangan disebabkan penguapan harus dipertimbangkan.
Ketika mengisi volume plasma dan kompartemen cairan
tubuh lainnya, pemilihan cairan dan komposisi elektrolitnya
merupakan pertimbangan yang penting. Di masa depan,
peran dari terapi tujuan terarah akan terdefinisi lebih jelas,
serta perbedaan yang lebih detil antara penggunaan kristaloid
dan koloid pada periode perioperatif akan dipelajari.

Anda mungkin juga menyukai