Anda di halaman 1dari 44

TUJUAN MERANCANG

ALAT TANGKAP IKAN

 Merancang alat tangkap adalah proses mempersiapkan


uraian teknis dan menggambarkan alat tangkap dengan
memenuhi syarat-syarat penanganan alat, teknis,
operasional (penggunaan), ekonomi dan sosial
(Fidman, 1988)

 Sebagian besar alat tangkap dibuat dengan coba-coba


(trial and error) dan meskipun metode seperti ini
mengahasilakn alat tangkap yang baik, akan tetapi
memakan biaya dan waktu yang banyak.
 Ada beberapa hal yang umum di mana alat tangkap
dapat dirancang dengan menggunakan metode dan
analisis teknis, yaitu:
1) Penampilan dari suatu alat tangkap yang telah
dikenal dan diuji harus disempurnakan dengan
memperbaiki sifat-sifat teknisnya, misalnya:
penggunaan bahan jaring yang sesuai, tali-temali
yang lebih baik dan mengurangi berat atau biaya
konstruksi.
2) Alat tangkap yang dibuat harus dimodifikasi sesuai
dengan keadaan yang ada.
3) Suatu jenis alat tangkap yang betul-betul baru
dirancang tanpa prototipe.
 Tujuan utama dari merancang alat tangkap ikan
yaitu kelayakan ekonomis dan efisiensi.
TAHAPAN RANCANGAN ALAT TANGKAP
IKAN

 Ada beberapa tahapan dalam merancang alat tangkap


ikan yaitu:

1) Pertimbangan (batasan kebutuhan dari alat baru)


2) Rumusan persyaratan teknis untuk memenuhi
keperluan yang baru.
3) Persiapan pendahuluan atau konsep merancang
4) Pembuatan rancangan teknis terinci (spesifikasi dan
bahan-bahan secara terinci).
5) Persiapan gambar konstruksi
 Syarat teknis dasar rancangan yang baru, dirumuskan
dengan:

1) Tujuan/sasaran alat tangkap

2) Jenis alat dan cara pengoperasian

3) Sifat-sfat penampilan alat tangkap

4) Sifat-sifat struktural dari alat tangkap


PERSYARATAN DAN PENDEKATAN UNTUK
PENYELESAIAN MASALAH RANCANG
BANGUN ALAT TANGKAP IKAN

 Nilai-nilai yang diperuntukkan bagi parameter


rancangan pada saat mengembangkan alat tangkap baru
dapat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu:
1) Nilai yang didapat dari pengalaman penangkapan
ikan atau yang dikehendaki sebagai sifat
operasional, seperti hasil (C) setiap penebaran alat,
kecepatan alat tangkap pada saat bergerak atau
kecepatan arus (V), kekuatan kapal (P) atau rata-
rata lamanya setiap kali penangkapan (T)
2) Nilai-nilai yang diperoleh dari peraturan Pemerintah dan
hukum serta peraturan internasional, seperti ukuran mata
jaring minimum, jenis serat, batasan hasil tangkapan
sampingan atau spesies tertentu, ukuran ikan minimum
secara individu, beban yang diizinkan untuk alat tangkap dan
perlengkapannya, berat alam maksimum bagi stabilitas
kapal, serta batas aman bagi kondisi penangkapan dan
sebagainya.
3) Nilai-nilai yang dipilih secara intuitif oleh perancang untuk
fungsi maksimum yang meliputi desain struktur dan kadang-
kadang dimensi maksimum atau minimum
4) Nilai-nilai yang didapat dari pemikiran perancang dalam
proses merancang adalah dimensi (ukuran) akhir alat
tangkap, tahanan dan gaya yang diperlukan dari pelampung,
pemberat, jangkar, papan trawl, layangan dan lain
sebagainya untuk menetapkan penampilan alat tangkap yang
dikehendaki.
PENENTUAN SIFAT RANCANGAN

 Sifat teknis dasar alat tangkap adalah:

1) Ukuran dan bentuknya

2) Tahanan sebagai fungsi kecepatan

3) Besaran gaya/komponen tali-temali


FAKTOR SKALA DALAM MERANCANG ALAT
TANGKAP IKAN

 Komponen Utama Alat Tangkap dari Data Prototipe


Dalam merancang alat tangkap yang baru dengan
menggunakan data dari prototipe skala penuh, harus
diperhatikan beberapa faktor dalam menentukan sifat-sifat
alat tangkap tersebut (Fridman, 1988), yaitu:
1) Sifat prototipe; SB = BP / Bm ; Bp = SB x Bm
2) Sifat alat baru; SB = Bn/Bp ; Bn = SB x Bp
Dimana;
SB = Faktor skala untuk nilai kesamaan
Bp = Faktor skala untuk alat prototip
Bm = Faktor skala model
Bn = Faktor skala untuk alat baru
Selain memperhatikan faktor-faktor di atas, dalam
menentukan sifat-sifat alat tangkap juga perlu
memperhatikan nilai kesamaan, sebagai berikut:
1) Kesamaan gaya (Fridman, 1988)
Ne = F.m/ρ.V2.L2D
Dimana;
Ne = angka Newton
F = gaya yang bekerja pada alat (N)
m = besar mata jaring (m)
ρ = massa jenis (kg/m3)
V = kecepatan relatif (m/s)
L = dimensi linier (m)
D = diameter benang (m)
Selain memperhatikan faktor-faktor di atas, dalam
menentukan sifat-sifat alat tangkap juga perlu
memperhatikan nilai kesamaan, sebagai berikut:
1) Kesamaan gaya (Fridman, 1988)
Ne = F.m/ρ.V2.L2D
Dimana;
Ne = angka Newton
F = gaya yang bekerja pada alat (N)
m = besar mata jaring (m)
ρ = massa jenis (kg/m3)
V = kecepatan relatif (m/s)
L = dimensi linier (m)
D = diameter benang (m)
2) Kesamaan berat (Fridman, 1988)
Fr = ρ.V2/ϒb.L
Dimana;
Fr = angka Froude
ϒ = berat pelampung per unit isi (kg/m3)
ρ = massa jenis (kg/m3)
L = dimensi linier untuk ketebalan tali (m)
ϒb = berat dalam air/volume pelampung (m3)
3) Kesamaan kinematis (Fridman, 1988)
Sr = VT/L
Dimana;
Sr = angka Strouhal
V = kecepatan relatif (m/s)
T = waktu (s)
L = dimensi linier (m)
Ketiga nilai kesamaan yang telah dijelaskan tadi, dapat
disederhanakan sebagai berikut:

1) (SF.Sm)/(Sc.Cp).SV2.SL2.SD = 1

2) Sρ.SV2/Sϒb.SD = 1

3) SV.ST/SL = 1
FAKTOR SKALA TAMBAHAN UNTUK MERANCANG
KOMPONEN UTAMA ALAT TANGKAP

Dari kriteria kesamaan yang telah disebutkan, hanya ada tiga


kesamaan yang berisi 10 variabel sehingga perlu digunakan
hubungan tambahan untuk memasukkan angka dari persamaan
menjadi sesuai dengan variabel. Hubungan tambahan yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
Sρ = 1 Terjadi jika prototipe merupakan suatu model yang baru
dihasilkan dari pengujian di beberapa medium selain air.
Sϒ Dapat diperkirakan jika bahan untuk alat baru telah
ditentukan
SM Ditetapkan berdasarkan ukuran ikan dan kondisi
hdrodinamik pada jaring.
SC Dapat diperkirakan jika jenis jaring dan kecepatan alat
tangkap yang baru dirumuskan untuk perhitungan bilangan
Reynold (ReD) dan pengaruhnya pada koefisien tahan jaring,
baik prototipe maupun jaring baru.
Untuk faktor skala gaya dapat dirumuskan (Fridman,
1988):
SF = Rn/Rp = Ftn/Ftp
Dimana;
SF = faktor skala gaya
Rn = faktor skala tambahan untuk alat baru
Rp = faktor skala tanbahan untuk alat prototip
Ftn, Ftp = kekuatan tarik yang ada pada kapal untuk
kecepatan yang dihitung
Dari rumus tekanan P = F.V maka: SF = Ftn/Ftp = Pn/Pp = SP
SV = Vn/Vp = 1
Sehingga dari persamaan gaya dapat dirumuskan:
Dimana:
SL = faktor skala linier
Menurut Fridman (1988), dalam merancang suatu alat
tangkap ikan, faktor skala linier (L) selain dapat diperoleh
dengan membandingkan hasil yang diperoleh persatuan
waktu dari alat yang dirancang dengan alat prototipe yaitu:

CTn/CTp = (CSn/CEp).(Wn/Wp).(ETn/ETp)

Dimana:
CTn = alat yang dirancang
CTp = alat prototip
Wn = kemampuan menangkap ikan
CEp = hasil per unit tangkap
ET = efisiensi operasi penangkapan
Khusus untuk purse seine, faktor skala linier dalam hal
ini L dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Fridman,
1988):

L = b (a + rs)

Dimana:
L = panjang purse seine (m)
a = Jarak minimum kapal mendekati ikan (m)
b = fungsi kecepatan
rs = radius gerombolan ikan (n)
EV = efisiensi kecepatan
Dari rumus faktor skala linier dimana Wn, CE, dan ET dianggap
sama dengan prototip, maka:

CTn/CTp = Wn/Wp = (VTn/Tfp).(Tfp/Vp)

Karena jumlah tangkapan adalah CT, Tf, maka:

(CTn/CTp).(Tfn/Tfp) = Vn/Vp

yaitu ratio jumlah tangkapan adalah seimbang terhadap rasio volume


air yang disaring bagi alat yang baru dan alat prototip, dimana
volume air disaring dapat dinyatakan sebagai:
V = A.v.Tf
Dimana:
v = kecepatan
V = volume air yang tersaring
A = luasan alat
Nilai A sebanding dengan L2 (dimensi linier) yaitu bentuk
bujur sangkar/persegi, sehingga didapatkan:

CTn/CTp : (Ln2/Lp2).(Vn/Vp) atau


SCT : SL2.SV

Ln : panjang alat baru


Lp : panjang alat prototip
KOMPONEN DIAMETER BENANG DAN TALI
a. Faktor Skala Ketebalan
Untuk alat tangkap yang menggunakan bahan benang
jaring secara dominan, dapat dirumuskan (Fridman, 1988)
sebagai berikut:

Dimana:
SDt : faktor skala ketebalan
Sf : faktor skala keamanan beban
Sσr : faktor skala untuk ratio ketahanan putus (breaking
stress)
SE : faktor skala penggantungan (Hanging)
Sedangkan untuk alat tangkap yang beban regangan
pada jaring yang diakibatkan oleh tekanan hidrodinamik
seperti pada alat berbingkai yang ditarik (Fridman, 1988)
adalah:

Dimana:
SDt : faktor skala ketebalan
SL : faktor skala linier
Sf : faktor skala keamanan beban
SV : faktor skala volum
SE : faktor skala penggantungan

Untuk jaring yang mempunyai Dt/M1 (>0,05) SE ≈ 1


dan dapat diabaikan
Bagi faktor skala keamanan beban (Sf) yaitu keamanan
beban pada alat baru (fn) dan alat prototip (fp) adalah:

Sf = fn/fp

Dan untuk pengaman f didefinisikan sebagai ratio daya


tahan putus, Fr, atau gaya tegangan pada saat putusnya
benang terhadap beban kerj F:

f = Fr/F

Faktor skala Sσr adalah ratio dari tekanan putus (breaking


stress) bagi benang dalam rancangan yang baruQtn dengan
alat prototip Qrp:
Sσr = σrn/σrp
Tegangan putus pada benang adalah kekuatan regangan
maksimum (Fr), per unit luas penampang lintang benang
At:
σr = Fr/At

Jika beban pada benang tidak dipengaruhi oleh tekanan


hidrodinamik, maka faktor skala untuk ketebalannya
dirumuskan:

Dimana:
Sm = faktor skala ukuran mata jaring
b. Faktor Skala untuk diameter tali (SD1)
 Ukuran tali dipilih dengan memperhitungkan beban kerja yang
merupakan beban tali selama operasi penangkapan dan dengan
menggunakan faktor keamanan yang sesuai.
 Khusus untuk purse seine, pemilihan ketebalan tali haruslah
disesuaikan dengan ukuran kapal purse seine yang digunakan
dan kondisi hidro meteorologis selama dilakukan penangkapan.
(Andreev, 1996), menyatakan bahwa besar tali pelampung
bergantung pada ukuran kapal purse seine dan secara empiris
didapatkan dengan rumus:

C = 2L + 5

Dimana:
C = keliling tali pelampung (m)
L = panjang kapal purse seine (m)
Sumber: Katiandagho, 1989
Gambar Konstruksi tali pelampung
Kemudian Andreev (1966), menambahkan pula bahwa
beban pada tali pemberat sangat nyata mencapai puncak
sewaktu cincin sudah terkumpul pada sisi kapal dan berat
pada bagian dasar jaring terkumpul pada ujung bridle yang
terikat kencang pada tali pemberat. Tali pemberat dibuat 10
– 20 lebih kecil dari tali pelampung.

Sumber: Katiandagho, 1989

Gambar Konstruksi tali pemberat


Rumus untuk menentukan faktor skala SD1dari diameter
tali pada desain yang baru dan prototip adalah sebagai
berikut:

Atau dapat dengan menggunakan rumus-rumus sebagi


berikut:
Sf : fn/fp, merupakan ratio dari faktor keamanan tali
desai baru dan prototip
SF : Fn/Fp, merupakan faktor skala umum berbagai
gaya, dan
Sσr: σm/σrp merupakan faktor skala untuk tekanan
putus dari tali pada desain baru dan prototip.
PENENTUAN HANG-IN RATIO DALAM
MERANCANG ALAT TANGKAP IKAN
 Hang-in ratio sangat dibutuhkan untuk membentuk
tubuh jaring. Untuk beberapa alat tangkap yang terbuat
dari jaring dalam pembuatannya perlu memperhatikan
nilai penggantungan mata jaring (Brant, 1984).
 Menurut Nomura (1978), presentasi hang-in ratio pada
pukat cinci untuk bagian tali pelampung adalah 20%-
30%, sedangkan pada tali pemberat adalah 10%-20%.
Jadi presentasi hang-in ratio yang dianjurkan harus
<30%. Penentuan hang-ratio dapat dihitung dengan dua
cara, yaitu:
Hang-in (S) = L-l’/L x 100%
Dan
Hanging (E) = l’/l x 100% atau 1-hang-in
 Pengertian hanging ratio menurut Ben Yamin (1994)
adalah perbandingan panjang tali pelampung dibagi
dengan panjang jaring yang direntangkan
 Oleh karena adanya penggunaan hang-in yang berbeda-
beda dalam pembuatannya sehingga akan berpengaruh
pada mata jaring, baik lebar maupun panjangnya akan
berubah.
2a Ukuran mata jaring ( Mesh size )
Hang-in ratio 0 %
C

B
D Hang-in ratio 29.3 %
a
A

2a Hang-in ratio 100 %


ML = 1 mata, MD = 1 mata, dan MS = 2a
Untuk hang-in ratio 0%, ML = MS = 2a dan MD = 0
Untuk hang-in ratio 29.3%, AC = BD
Utuk hang-in ratio 100%, MD = MS = ML = 2a.
Keliling mata jaring = 2 x 2a atau 2 x MS atau 4 x a
Gambar Perbandingan antar kedalaman dan panjang
mata jaring
KOMPONEN PEMBANTU TALI-TEMALI,
PELAMPUNG, DAN PEMBERAT
 Tali-temali merupakan material yang sangat dibutuhkan
untuk kapal perikanan dan alat tangkap ikan, baik
digunakan sebagai tali pelampung, juga bisa digunakan
sebagai tali pemberat.
 Faktor skala untuk kekuatan Sf adalah nilai dasar pada
disain tali-temali setiap alat tangkap ikan. Nilai ini
harus dibuat sama, baik pada jaring maupun pada
komponen pembantu sehingga bagi semua komponen
tali-temali berlaku:
F n = F p. S t
 Pada dasarnya perhitungan daya apung pelampung dan
daya tenggelam pemberat untuk semua jenis jaring
adalah sama.
a. Pelampung
Pelampung berguna untuk menjaga agar supaya jaring
tetap dalam keadaan mantap dan menyebar di atas
permukaan laut. Menurut Katiandagho et al., (2000), gaya
apung pelampung didapatkan berdasarkan rumus:

F = V-W; V = W/ρ; F = W/ρ-V

F = W(1/ρ – 1) atau F = V (1 – ρ)

Dimana:
F : gaya apung (kgf)
W : berat benda (kg)
V : volume (m3)
Ρ : berat jenis (kg/m3)
b. Pemberat
Pemberat berfungsi sebagai alat untuk
menenggelamkan alat secara keseluruhan pada alat tangkap
ikan yang beroperasi di dasar laut, sebagai bahan untuk
menambah kecepatan tenggelam bagian tertentu dari alat
penangkapan ikan.
Ben Yamin (1994), menyatakan bahwa kecepatan
tenggelam tali pemberat merupakan faktor yang sangat
menentukan keberhasilan pada saat penurunan alat
(setting), dan sebagai alat untuk mempertahankan
kedudukan jaring sehingga tidak berubah bentuk apabila
dikenai arus.
Gaya tenggelam jaring didapatkan dengan rumus:

Fs = W – V = W (1 – 1/ρ)
Dalam perhitungan daya apung pelampung juga harus
memperhatikan ekstra buoyancy, yaitu kelebihan daya
apung pada suatu alat tangkap ikan bila dioperasikan.
Ekstra buoyancy di peroleh berdasarkan rumus (Sadhori,
1985):

EB (%) = TB – S / TB x 100%

Dimana:
EB : extra Bouyancy (%)
TB : total Bouyancy
S : berat benda di dalam air
PERSIAPAN GAMBAR
 Pembuatan gambar adalah bertujuan untuk menjelaskan
keterangan yang mungkin belum jelas didalam
spesifikasi, supaya memudahkan dalam pembuatan
jaring.
 Kalkulasi sifat-sifat dasar alat tangkap yang baru dibuat
selama tahap desain, pertama adalah dasar bagi
gambaran rincian berikutnya dari komponen-komponen
alat serta untuk mempersiapkan gambar konstruksi dan
spesifikasi.
 Gambar konstruksi meliputi semua keterangan yang
perlu bagi pembuatan dan pengoperasian alat tangkap.
Gambar diusahakan dibuat mendekati skala untuk
menampilkan konsep alat yang cermat.
 Alat tangkap gill net akan menghadang ikan dan ikan
akan terjerat pada insang atau punggung sedangkan
engtangling net dapat menangkap ikan dengan cara
terpuntal. Dengan demikian, penggambaran kedua alat
tangkap tersebut, panjangnya digambarkan sesuai
dengan panjang tali pelampung. Jika jaring mempunyai
tali samping kedalam atau lebar jaring digambarkan
sesuai dengan tali-tali tersebut; dan bila tidak
mempunyai tali samping maka kedalaman digambarkan
sesuai dengan jaring jika dibentangkan secara
keseluruhan (FAO, 1972).
 Jaring lingkar seperti purse seine dan Lampara, panjang
jaring digambarkan sesuai dengan panjang tali
pelampung dan dalamnya sesuai dengan leber jaring
jika dibentangkan secara keseluruhan (FAO, 1972).
Selanjutnya Sadhori (1985), menambahkan bahwa
data-data yang diperlukan dapat dituliskan langsung di
atas gambar atau dibuat dalam bentuk tabel yang
tersendiri.
 Semua panjang harus memakai unit SI. Ukuran yang
lebih besar dapat dinyatakan dalam meter dengan
ketelitian 0,01 m dan ukuran-ukuran yang lebih kecil
dapat dinyatakan dalam millimeter (mm) dengan
ketelitian 1 mm tanpa satuan yang khusus (Fridman,
1988).
TAHAPAN-TAHAPAN MERANCANG DAN
PENGUJIAN
 Pengujian model dan uji coba di laut memegang
peranan penting dalam merancang alat tangkap
perikanan dan dilakukan pada saat pemilihan prototip,
pembuatan spesifikasi teknis dan pada tahap-tahap
merancang yang lain.
 Uji coba teknis dapat dilaksanakan dalam tiga tahap,
yaitu: tahap pertama adalah tahap persiapan yang
meliputi penyempurnaan dari program dan prosedur
pengujian, pengadaan alat untuk diuji, persiapan dan
kalibrasi alat pengukuran. Tahap kedua adalah tahap
pengukuran dan tahap ketiga adalah tahap pemrosesan
dan penganalisaan data.
 Sasaran uji coba penangkapan adalah untuk melengkapi
suatu penilaian akhir dari alat tangkap yang baru,
dengan memperhitungkan keseluruhan sistem
penangkapan.
 Dengan menggunakan rumus berikut, dapat diperoleh
indeks efisiensi ekonomi dari cara penangkapan
(Fridman, 1988):

Ee = (aa/as).(CTn/CTs).(Tn/Ts).(bs/ba)

Dimana;
aa/as : harga rata-rata tiap unit berat hasil
CTn/CTs : daya tangkap relatif
Tn/Ts : usia operasi
bs/ba : biaya operasi
 Dalam melakukan uji coba penangkapan, hanya biaya
pembuatan secara relatif yang diketahui, dan untuk
faktor yang lain harus ditentukan pada kondisi
penangkapan, sebab faktor-faktor tersebut sifatnya
mudah salah dan kemungkinan mengandung bias jika
percobaan dilakukan secara terbatas.
 Untuk mendapat data yang paling mewakili dalam
membandingkan sistem alat tangkap desain baru
dengan alat tangkap desain lama, dapat dilakukan uji
banding penangkapan.
Tabel Berat jenis dan daya apung pelampung
Material Berat Jenis Daya apung/ Daya apung (kg)/
(ρ) liter (g) Berat di Udara
(kg)
Gabus 0,175 (0,340)* 825 (679)* 4,71 (2,12)*
Paulownia 0,294 (0,785)* 706 (215)* 2,40 (0,27)*
Cryptomeria 0,432 (0,904)* 568 (36)* 1,31 (0,04)*
Bambu 0,500 500 1,00
Silver fir 0,486 541 1,06
Cemara 0,598 402 0,67
Vinylon 0,999 901 9,10
sponge (soft)
Vinylon 0,129 871 6,75
sponge (hard)
Pipa vinyl 0,379 621 1,64
Tabel Berat jenis dan daya apung pelampung
Material Berat Jenis Daya apung/ Daya apung (kg)/
(ρ) liter (g) Berat di Udara
(kg)
Synthetic cork 0,294 706 2,40
Synthetic 0,243 757 3,03
rubber sponge
Ebonit 0,375 625 1,66
Gelas kaca:
Ø 15 cm 0,384 652 1,87
Ø 30 cm 0,244 756 3,10
Sumber : Nomura and Yamazaki (1977)
( )* : Nilai setelah terendam dalam air selama 30 hari
Tabel Berat jenis dan daya apung pelampung
Material Berat Jenis Daya Daya tenggelam
(ρ) tenggelam/ (kg)/ Berat di
liter (g) Udara (kg)
Timah 11,35 10,35 0,912
Besi 7,21 – 7,83 6,21 – 6,83 0,861 – 0,872
Kuningan 7,82 6,82 0,872
Gelas 2,70 1,70 0,630
Batu 2,60 – 2,70 1,60 – 1,70 0,615 – 0,630
Bata 1,90 0,90 0,474
Pasir 1,80 0,80 0,444
Tanah 1,50 0,50 0,333
Porselin 1,72 – 2,13 0,72 – 1,13 0,420 – 0,530
Semen 3,00 – 3,15 2,00 – 2,15 0,666 – 0,682
Sumber : Nomura and Yamazaki (1977)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai