Anda di halaman 1dari 38

PPI

PADA INFEKSI SALURAN


KEMIH
2019
DATA INFEKSI CDC TAHUN 2009

OTHER; 22.00% PNEU; 11.00%

UTI; 36.00%

SSI; 20.00%

BSI; 11.00%
PENDAHULUAN

ISK :

 Infeksi Rumah Sakit paling sering


 40 % total Infeksi Rumah Sakit
 Berhubungan dengan instrumentasi kateter urine ( 66 – 86 % )

 Tidak semua dapat dicegah penanganan kateter urine yang baik


Catheter Associated Urinary Tract Infection (CA - UTI)
INFEKSI SALURAN KEMIH

Pengertian :

Infeksi Saluran Kemih yang terjadi setelah pemasangan urine

kateter MENETAP ≥ 48 jam


PATOGENESIS
1. Kuman di meatus uretra bagian distal dapat langsung masuk
ke saluran / kandung kemih ketika kateter dimasukan.

2. Pada indwelling kateter mikroorganisme bermigrasi


sepanjang permukaan luar kateter di mukosa periuretra atau
sepanjang permukaan dalam kateter, setelah terjadi
kontaminasi pada kantong penampung urine atau
sambungan antara kantong penampung dengan pipa
drainase.

Dalam 8 jam setelah insersi terbentuk biofilm pada


permukaan kateter
6

Biofilm

Kumpulan dari sel – sel mikroorganisme atau


mikrobial khususnya bakteri yang melekat pada
suatu permukaan dan oleh pelekat polisakarida
yang di sekresikan oleh sel – sel bakteri
CATHETER URINE CLOSED SYSTEM
FAKTOR RISIKO

 Metode kateterisasi
 Kualitas pemeliharaan kateter
 Status imonologis pasien
 Setelah 1x pemasangan waktu singkat 1.5%
 Indwelling kateter sistem terbuka stlh 4 hari 100%
 Indwelling kateter sistem tertutup 20%
 Kesalahan penanganan sterilitas sistem tertutup
risiko infeksi
KLASIFIKASI ISK

1. ISK SIMPTOMATIK /SUTI

2. ISK ASIMPTOMATIK/ABUTI

3. ISK LAINNYA
Symptomatic Urinary Tract Infection (SUTI)
Harus memenuhi paling tidak 1 dari kriteria berikut
1a
 Pasien terpasang kateter urine pada saat pengambilan

spesimen. DAN
Minimal 1 dari tanda-tanda atau gejala berikut dengan tidak

pada penyebab lain :


 Demam ( > 38 ° C )

 Nyeri suprapubik, atau nyeri sudut kostrovertebral DAN

 Culture urine ≥ 10⁵ unit koloni (CFU) / ml dengan tidak lebih dari
2 spesies mikroorganisme. ATAU
Lanjutan

Pasien telah dilepas kateter urin dalam jangka waktu 48


jam saat pengambilan spesimen DAN

Minimal 1 dari tanda – tanda atau gejala berikut


dengan tidak ada penyebab lain :
 Demam (> 38 ° C), Frekuensi, disuria, suprapubik rasa sakit
atau nyeri, DAN
 Urine cultur positif ≥ 10.⁵ (CFU) / ml dengan tidak lebih dari
2 spesies mikroorganisme.
Kriteria 1b

• Pasien tidak terpasang kateter urin pada saat


pengumpulan spesimen atau dalam waktu 48 jam sebelum
pengambilan spesimen DAN
• Memiliki minimal 1 dari tanda-tanda atau gejala berikut
dengan tidak ada penyebab lain :
 Demam (> 38 ° C) pada pasien yang ≤ 65 tahun,frekuensi,
disuria, nyeri suprapubik, atau nyeri DAN
 Culture urin positif ≥ 10⁵ CFU / ml dengan tidak > dari 2
spesies mikroorganisme.
Kriteria 2a

• Pasien terpasang kateter urin pada saat pengumpulan spesimen DAN

• Minimal 1 dari tanda-tanda atau gejala berikut dengan tidak ada


penyebab lain demam (> 38 ° C),nyeri supra pubik, DAN urinalisis
positif di 1 dari temuan sebagai berikut:
a. positif dipstick untuk leukosit esterase dan / atau nitrit
b. piuria (urin spesimen dengan ≥ 10 sel darah putih
(WBC) /mm3
c. mikroorganisme dilihat pada pewarnaan Gram urin
• Culture urin positif ≥ 10 ᵌ. dan <10 ⁵ CFU / ml dengan tidak lebih dari 2
spesies mikroorganisme.
Atau

• Pasien telah dilepas kateter urin dalam waktu 48 jam sebelum


pengambilan spesimen DAN
• Minimal 1 dari tanda-tanda atau gejala berikut dengan tidak ada
penyebab lain :
demam (> 38 °C), frekuensi, disuria, nyeri suprapubik, atau sudut
kostovertebral rasa sakit atau nyeri
DAN urinalisis positif ditunjukkan oleh setidaknya 1 dari temuan
sebagai berikut :
a. positif dipstick untuk leukosit esterase dan / atau nitrit
b. piuria (urin spesimen dengan ≥ 10 sel darah putih ( WBC )/mm ᵌ,
urine ≥ 3 WBC
Kriteria 2b
• Pasien tidak terpasang kateter urine saat pengmbilan spesimen setelah pemasangan
kateter urin sekitar 48 DAN
• Memiliki minimal 1 dari tanda-tanda atau gejala berikut dengan tidak ada penyebab lain :
demam (> 38 ° C) pada pasien yang ≤ 65 tahun, frekuensi, disuria, nyeri suprapubik, DAN
Urinalisis positif ditunjukkan oleh setidaknya 1 dari temuan sebagai berikut :
a. positif dipstick untuk leukosit esterase dan / atau nitrit
b. piuria (urin spesimen dengan ≥ 10 WBC/mm3
urin dipintal atau ≥ 3 WBC / LBP air seni yang dicentrifuge)
c. Mikroorganisme dilihat pada pewarnaan Gram urin DAN
 Culture urinpositif ≥ 10ᴲ dan <10⁵ CFU / ml dengan tidak lebih dari 2 spesies
mikroorganisme.
1
6
Kriteria 3
 Pasien ≤ 1 tahun dengan atau tanpa kateter urin
 Memiliki setidaknya 1 dari tanda-tanda atau gejala berikut
dengan tidak ada penyebab lain : demam (> 38 ° C inti),
hipotermia (<36 ° C ), apnea, bradikardia , disuria, lesu, atau
muntah
DAN
 Kultur urin ≥ 10⁵ CFU / ml dengan tidak lebih dari 2 jenis
mikroorganisme
Kriteria 4 1
7
 Pasien ≤ 1 tahun dengan atau tanpa kateter urin
 Memiliki setidaknya 1 dari tanda-tanda atau gejala berikut dengan
tidak ada penyebab lain :
demam (> 38 °C inti), hipotermia (<36 ° C inti), apnea,
bradikardia , disuria, lesu, atau muntah DAN

urinalisis positif ditunjukkan oleh setidaknya satu dari temuan


sebagai berikut:
a. positif dipstick untuk leukosit esterase dan / atau nitrit
b. piuria (urin spesimen dengan ≥ 10 WBC/mm3 urin di
pintal atau ≥ 3 WBC / LBP urine yang dicentrifuge )
c. mikroorganisme yang terlihat pada Gram noda air seni
DAN
• Kultur urin antara ≥ 10ᴲ dan <10⁵ CFU / ml dengan tidak lebih dari
dua spesies mikroorganisme
Asymptomatic Bacteremic Urinary Tract 1
Infection (ABUTI) 8

 Pasien dengan atau tanpa kateter urin


 Tidak memiliki tanda atau gejala (yaitu, untuk pasien semua usia, tidak ada
demam (> 38 ° C), frekuensi, disuria, nyeri suprapubik, atau nyeri sudut
kostovertebral ATAU
untuk pasien ≤ 1 tahun, tidak ada demam (> 38 °C,
hipotermia (<36 ° C inti), apnea, bradikardia, disuria, lesu, atau muntah) DAN

 Kultur urin > 10⁵ CFU / ml dengan tidak lebih dari 2 spesies mikroorganisme
uropathogen * DAN

 Kultur darah sama dengan setidaknya 1 mikroorganisme uropathogen dengan


kultur urin
Mikroorganisme Uropathogen adalah:
basil gram negatif, Staphylococcus spp, beta-hemolitik Streptococcus spp, Enterococcus spp, vaginalis
G., Aerococcus urinae, dan Corynebacterium (urease positif)
Other Urinary Tract Infection (OUTI) 1
( Ginjal, Ureter, Vesica Urinaria, Uretra, atau9
jaringan sekitarnya ruang Retroperineal atau
Perinephric)
1.Adanya
Infeksi lainmikroorganisme dari kultur
pada saluran kemih haruscairan (selainpaling
memenuhi urin) atau
tidak 1
dari kriteria berikut:
jaringan dari situs yang terkena.
2.Pasien memiliki abses atau bukti lain infeksi terlihat pada
pemeriksaan langsung, selama operasi bedah, atau selama
pemeriksaan histopatologi.
Lanjutan 2
0

3.Pasien memiliki minimal 2 tanda-tanda atau gejala berikut


dengan tidak ada penyebab lain yang diakui: demam (> 38 °C) rasa sakit,
lokal, atau nyeri lokal di lokasi yang terlibat dan minimal 1 dari:

a. Purulen drainase dari situs yang terkena dampak


b. mikroorganisme dibiakkan dari darah yang kompatibel dengan
situs yang dicurigai infeksi
c. bukti radiografi dari infeksi (misalnya, USG normal, CT scan, magnetic
resonance imaging ( MRI ) atau pemeriksaan radiolabel (galium,
teknesium).
Pasien <1 tahun memiliki setidaknya 1 dari tanda-tanda atau
gejala berikut dengan tidak ada penyebab lain yang diakui:
demam (> 38 ° C inti), hipotermia (< 36 ° C inti),
apnea,bradikardia, lesu, atau muntah dan

minimal 1 dari:
a. purulen drainase dari situs yang terkena dampak
b. mikroorganisme dibiakkan dari darah yang kompatibel
dengan situs yang dicurigai infeksi
c. bukti radiografi dari infeksi, ( misalnya, USG normal, CT
scan, magnetic resonance imaging [MRI] atau
pemeriksaan radiolabel ( galium, teknesium]).
Rekomendasi ( CDC)
2
Kategori 1 : sangat dianjurkan 2
diadopsi
Pelatihan petugas tentang prosedur cara
pemasangan & pemeliharaan kateter yang benar
Pemasangan kateter hanya bila diperlukan
Tekankan pentingnya cuci tangan
Memasang kateter dengan teknik dan peralatan steril
Pertahankan/fiksasi kateter dengan benar
Pertahankan sterilitas sistem drainage tertutup
Pengambilan spesimen urin dengan cara aseptik
Pertahankan aliran urin tetap lancar
Kategori 2 : Dianjurkan secara moderat untuk2
diterima 3

 Petugas dilatih pemasangan kateter secara periodik


 Gunakan kateter dengan diameter terkecil yang masih
memadai
 Hindari tindakan irigasi kecuali diperlukan untuk mencegah /
mengurangi obstruksi
 Hindari pembersihan meatus uretra setiap hari
 Tidak mengganti kateter pada interval yang masih
diperdebatkan
Kategori 3 :
Tidak begitu dianjurkan 2
diadopsi 4

 Pertimbangan alternatif lain untuk drainage urin sebelum


memasang indwelling kateter
 Ganti sistem penampungan bila sterilisasi sistem drainage
tertutup telah terkontaminasi
 Pisahkan ruang rawat pasien dengan indwelling kateter yang
TER-infeksi dari yang TIDAK infeksi.
 Hindari biakan urin rutin untuk monitoring kuman
2
KOMPONEN BUNDLE UTI 5

1. Kaji Kebutuhan
2. Kebersihan Tangan
3. Tehnik / Prosedur pemasangan
4. Pemeliharaan Kateter
5. Perawatan Kateter
6. Pelepasan Kateter
1. Kaji Kebutuhan: 2
6

 Hati – hati dalam menentukan pemasangan kateter


 Pertimbangkan untuk pemakaian kondom atau pemasangan
intermitten
 Pemasangan kateter hanya jika betul- betul diperlukan seperti
pada retensi urine, obstruksi kemih, kandung kemih
neurogenik, pasca bedah urologi, untuk memonitor output
yang ketat
Segera lepas kateter jika sudah tidak diperlukan
2
7
2. Kebersihan Tangan

• Segera lakukan kebersihan tangan sebelum dan


sesudah pemasangan kateter serta setelah
memanipulasi kateter

• Pakailah sarung tangan jika memanipulasi kateter atau


pengosongan urine bag
2
8
3.Tehnik Insersi :

 Gunakan teknik aseptik saat pemasangan kateter, ( sarung


tangan steril, tirai, cairan antiseptik yang tepat, dan
membersihkan bagian meatus uretra).

 Kembangkan Balon dengan jumlah air yang


direkomendasikan pabrik.
2
9
Set steril
3
4. Pemeliharaan Kateter Urin 0

• Fiksasi Kateter untuk mencegah gerakan dan trauma pada meatus.


• Selalu meletakan urine bag lebih rendah dari kandung kemih.
• Tidak meletakan urine bag dilantai
• Periksa slang sesering mungkin jangan sampai terlipat ( kingking).
• Menjaga sistem drainase tertutup.
• Gunakan penampung pembuangan urine untuk satu pasien satu alat
• Gunakan teknik aseptik untuk mendapatkan spesimen.
3
Cara Pengambilan Spesimen. 1
• Pengambilan spesimen steril dari kateter
• Clamp tubing di bawah port kateter
• Swab port dengan alkohol
• Ambil spesimen dengan menusukan jarum suntik kebagian port kateter.
• Dengan menggunakan teknik steril masukkan spesimen ke dalam tempat
yang steril dan kirim ke lab
• Buka clamp, biarkan urine mengalir
Pemeliharaan 3
2

 Pertahankan indwelling kateter sistem drainage tertutup


3
3
5. Perawatan Kateter

• Lakukan perawatan perineal sehari-hari dan setiap selesai buang


air besar.
• Gunakan kateter terkecil yang mencapai drainase
• Tidak ada penggunaan krim atau serbuk di daerah perineum
• Irigasi kandung kemih & pemakaian antibiotika tidak dapat
mencegah
3
6. Pelepasan Kateter 4

 Kateter segera lepas jika tidak


diperlukan. Lepas atau ganti semua
kateter dalam waktu 24 jam masuk ke
rumah sakit.
Dampak pemakaian kateter urin :
 Lepas atau ganti kateter jika pasien  Infeksi 
timbul gejala  Lama rawat 
 Biaya 
 Ketidaknyamanan pasien 
 Pemberian antibiotik 
3
5
Teknik penghitungan

 Angka Infeksi

Numerator
X 1000 = ‰
Denominator

 Angka Infeksi

Jumlah Kasus ISK


X 1000 = ‰
Jumlah Hari Pemakaian Kateter
Menghitung dan menganalisa data infeksi 3
Contoh : 6
3
7
Diseminasi laporan

 Data infeksi rate ISK dilaporkan dan dibahas cara PPI dengan
ruangan terkait

 Laporan rate infeksi ISK dan rekomendasi dibuat dalam waktu 1 bulan, 3
bulan, 6 bulan, 1 tahun kepada Pimpinan RS, Komite Medik,
Departemen/Instalasi terkait, Ka Ruangan

 Bila ada KLB dilaporkan segera ke Pimpinan RS, Komite Medik,


Departemen/Instalasi terkait, Ka Ruangan

 Tujuan diseminasi agar pihak terkait dapat memanfaatkan informasi


tersebut untuk menetapkan strategi pengendalian infeksi nosokomial .
3
Kesimpulan 8

 Pelaksanaan program PPI ISK sangat penting di


pelayanan kesehatan
 Semua petugas pemberi pelayanan kesehatan harus
mengetahui pengertian ISK, Patogenesis, Tanda dan
Gejala, Klasifikasi dan upaya pencegahan yang baik dan
tepat sehungga akan membantu dalam perencanaan
strategik di tatanan Pelayanan Kesehatan
 Pelaksanaan program PPI akan dapat membantu
meningkatkan mutu di tatanan Pelayanan Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai