Anda di halaman 1dari 116

Breaking bad news

BBN
• Goals:
• Membantu pasien dan keluarga untuk memahami
kondisinya
• Mengsupport pasien dan keluarga
• Minimalkan risiko tekanan luar biasa atau penyangkalan
berkepanjangan
• Bad news protocol
1.Siapkan informasi, lokasi, waktu
2.Cari tahu apa yang pasien sudah tahu
3.Tanyakan seberapa banyak pasien ingin tahu
4.Membagikan informasi
5.Berespon terhadap emosi pasien
6.Negosiasikan langkah-langkah follow up yg diperlukan
pasien
BBN
Bad news protocol
1. Siapkan informasi, lokasi, dan waktu
 Persiapkan diri agar tdk tampak grogi dan tidak ikut larut dalam
emosi pasien, namun tetap berempati.
 Penyampaian kabar buruk dilakukan di tempat yang tenang
 Pendamping keluarga terdekat pasien
2. Cari tahu apa yg pasien sudah tahu
 Ketika gejala pertama muncul, apa yg mungkin anda pikirkan ?
 Jadi, apa yg sudah anda ketahui dari dokter sebelumnya ?
3. Tanyakan seberapa banyak yg pasien ingin tahu
 Apakah pasien ingin tahu perkembangan penyakitnya ?
 Apabila pasien menyatakan ingin tahu, tanyakan sejauh mana ?
 Sejauh mana informasi yg pasien ketahui tentang penyakitnya ?
BBN
Bad news protocol
4.Membagi informasi
• Hindari menggunakan istilah kedokteran yg tidak
dimengerti
• Gunakan bahasa yg selevel dengan bahasa yg digunakan
pasien
• Sampaikan informasi bertahap
• WARNING shot !
5.Berespon terhadap emosi pasien
• Jangan memotong luapan emosi pasien baik itu berupa dia
marah, nangis, mengeluh, dsb.
• Amati selalu ekspresi dan emosi pasien
6.Negosiasikan langkah follow up yg diperlukan pasien
• Contoh : “Minggu depan, kita konsultasi lagi ya bu”
BBN
Faktor yang mempengaruhi
Keberhasilan penyampaian informasi atau berita
buruk itu dipengaruhi oleh
Keterampilan kita berkomunikasi
Profesionalisme seorang dokter
Pengetahuan dan kemampuan analisis
Kecerdasan emosi
Kecerdasan spiritual
BBN
Protocol
•S  SETTING UP interview
•P  assessing the patient’s PERCEPTION
•I  obtaining patient’s INVITATION
•K  giving KNOWLEDGE and information to the
patient
• E  adressing the patient’s EMOTIONS with
emphatic responses
•S  STRATEGY AND SUMMARY
BBN
Protocol
S-SETTING UP interview
•Dari lingkungannya, libatkan orang terdekat, duduk bersama dengan mata
sejajar, buat hubungan erat dengan pasien
•Hal penting lainnya, jangan sampe deh pertemuan tersebut terganggu dengan
hal-hal kecil seperti dering hp, melihat jam, menguap, bahkan sms
sekalipun…fokuskan perhatian hanya pada pasien.
P-assessing the patient’s perception
•Sebelum memberitahu, tanya terlebih dahulu, “apa yang anda ketahui sejauh
ini tentang kondisi anda?” Hal ini berguna untuk mempersiapkan dokter akan
kemungkinan respon yang diberikan pasien nanti.
BBN
Protocol
I-obtaining patient’s invitation
•Sebagian besar pasien pasti ingin mendengar diagnosis serta harapan
hidupnya kelak. Ada juga sebagia kecil pasien yang justru tidak ingin
mendengar apapun tentang kondisinya (sudah tak peduli atau pasrah
mungkin?) Nah, dokter juga harus jeli nih dalam melihat hal ini…intinya,
jangan memberitahu lebih dari yang ia inginkan.
K-giving KNOWLEDGE and information to the patient
•Pasien harus diberitahu diagnosis dan prognosis sejujurnya dalam bahasa yang
sederhana dan cara yang halus. Terkadang, kita perlu juga memberikan
semacam “warning shot” sebagai indikasi bahwa akan menyampaikan berita
buruk.
•Satu yang perlu diingat juga, jangan pernah menggunakan “medical jargon”
atau bahasa medis yang gak pasien ngerti. Dan bila prognosis kurang baik,
pasien harus diyakinkan bahwa akan selalu mendapat dukungan yang sebesar-
besarnya.
BBN
Protocol
E-adressing the patient’s emotions with emphatic responses
•Amati emosi pasien dan cari tahu apa penyebab dari emosi pasien tersebut.
Beri waktu juga kepada pasien untuk mengekspresikan perasaannya.
S-strategy and summary
•Sampaikan tindakan apa yang harus dilakukan oleh pasien serta sampaikan
ringkasannya…
BBN
Summary
 Akhir percakapan, review kembali keseluruhan
 Simpulkan dengan ringkas dan jelas
 Berikan pasien kesempatan bertanya atau menanggapi
 Tunjukkan bahwa dokter mendengarkan dan mengerti apa yg disampaikan
pasien
 Dokumentasikan dalam rekam medis pasien
 Evaluasi dan Monitor
BBN
“The task of breaking bad news is a testing ground
for the entire range of our professional skills and
abilities. If we do it badly, the patients or family
members may never forgive us; if we do it well,
they will never forget us.”
(Robert Buckman)
Informed Consent
Informed Consent
Medical providers
Kewajibannya melakukan diagnosis, pengobatan,
tindakan medis yang terbaik menurut jalan
pikiran dan pertimbangannya.
Medical receivers
Memiliki hak untuk menentukan pengobatan
atau tindakan medik apa yg akan dilakukan [ the
right to self determination ]
Informed Consent

INFORMED
telah diberitahukan,
telah disampaikan,
telah diinformasikan
INFORMED
CONSENT
Persetujuan yang
diberikan pasien
kepada dokter
setelah diberikan
CONSENT
penjelasan
persetujuan yang
diberikan kepada
seseorang untuk
berbuat sesuatu
Informed Consent Persetujuan yang diperoleh
dokter sebelum melakukan
Umum pemeriksaan, pengobatan, &
tindakan medik apapun yang
Permenkes no
akan dilakukan
290/Menkes/PER/
Informed III/2008 ttg
Persetujuan
Consent Tindakan
Kedokteran
Persetujuan/izin tertulis dari
keluarga/pasien pada
Khusus tindakan operatif / tindakan
invasif lain yang beresiko

Proses Komunikasi

Tercapainya kesepakatan antara dokter dan pasien

Formulir hanya pen-dokumentasian dari apa yang


telah disepakati
Informed Consent
Bentuk Informed Consent
1. Tersirat atau dianggap telah diberikan (implied
consent)
Keadaan normal
Keadaan darurat  presumed consent
2. Dinyatakan (expressed consent)
Lisan
Tulisan
Informed Consent
Tujuan
•Melindungi pengguna jasa tindakan medis (pasien)
secara hukum dari:
• Tindakan medis yang dilakukan tanpa sepengetahuannya,
• Tindakan pelaksana jasa tindakan medis yang sewenang-
wenang,
• Tindakan malpraktek yang bertentangan dengan hak asasi
pasien dan standar profesi medis,
• Penyalahgunaan alat canggih yang memerlukan biaya
tinggi atau “over utilization” yang sebenarnya tidak perlu
dan tidak ada alasan medisnya;
•Memberikan perlindungan hukum terhadap
pelaksana tindakan medis:
• Dari tuntutan-tuntutan pihak pasien yang tidak wajar
• Akibat tindakan medis yang tak terduga dan bersifat
negatif
Informed Consent
Sifat pemberian informasi
Obyektif
Tidak memihak
Tanpa tekanan
Setelah mendapat informasi  pasien diberi
waktu untuk berfikir dan mempertimbangkan
keputusannnya
Informed Consent
Yang berhak memberi persetujuan
 Pasien yg sudah dewasa (>21 tahun / sudah
menikah) dan dalam keadaan sehat mental
Ada kesangsian terhadap kesiapan mental pasien 
diambil alih oleh keluarga pasien atau atas alasan
lain
Pasien usia <21 tahun , dan pasien gangguan jiwa 
yang menandatangani adalah orangtua / wali /
keluarga terdekat / induk semang
Pasien dalam keadaan tidak sadar, atau pingsan serta
tidak didampingi oleh keluarga terdekat  secara
medik dalam keadaan gawat darurat yang perlu
tindakan medik segera  tidak diperlukan
persetujuan dari siapa pun
Informed Consent
Menurut The Medical Defence Union dalam
bukunya Medicolegal Issues in Clinical Practice:
Telah dijelaskan bentuk
tindakan yang akan
dilakukan sehingga pasien
dapat memahami
tindakan itu perlu
Diberikan oleh dilakukan
orang yang sanggup Mengenai sesuatu
membuat hal yang khas
perjanjian

5 syarat sah- Tindakan itu


Diberikan secara
bebas nya Informed dilakukan pada
Consent situasi yang sama
Informed Consent
Informasi
WHAT
Segala sesuatu yang berkaitan dengan penyakit pasien
WHO
Yang menyampaikan informasi  dokter / tim medis
yang bersangkutan
WHICH
Informasi yang disampaikan adalah selengkap
lengkapnya
WHEN
Waktu yang tepat untuk dokter dan keluarga
Informed Consent
KKI memberikan 12 kunci informasi yang sebaiknya
diberikan kepada pasien:
1. Diagnosis dan prognosis secara rinci dan juga prognosis
apabila tidak diobati
2. Ketidakpastian tentang diagnosis
3. Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap
kondisi kesehatannya, termasuk pilihan untuk tidak
diobati
4. Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan
5. Untuk setiap tindakan, diperlukan keterangan tentang
kelebihan / keuntungan dan tingkat kemungkinan
keberhasilannya, dan diskusi tentang kemungkinan
risiko yang serius atau sering terjadi, dan perubahan
gaya hidup sebagai akibat dari tindakan tersebut.
Informed Consent
6. Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut adalah upaya yang masih
eksperimental
7. Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya akan
dimonitor atau dinilai kembali
8. Nama dokter yang bertanggung jawab secara keseluruhan untuk
pengobatan tersebut
9. Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau pendidikan,
maka sebaiknya dijelaskan peranannya didalam rangkaian tindakan yang
akan dilakukan
10. Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya
setiap waktu
11. Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua dari
dokter lain

12. Bila memungkinkan, juga diberitahu tentang perincian biaya


Informed Consent
CARA MEMBERIKAN INFORMASI
a. Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan latar belakang
mereka.
b. Dapat menggunakan alat bantu, seperti leaflet atau bentuk publikasi lain
c. Tawarkan kepada pasien untuk membawa keluarga atau teman dalam
diskusi atau membuat rekaman dengan tape recorder
d. Memastikan bahwa informasi yang membuat pasien tertekan agar
diberikan dengan cara yang sensitif dan empati
e. Mengikutsertakan salah satu anggota tim pelayanan kesehatan dalam
diskusi
f. Menjawab semua pertanyaan pasien dengan benar dan jelas
g. Memberikan cukup waktu bagI pasien untuk memahami informasi yang
diberikan
Informed
Consent
Malpraktek & Medicolegal
Malpraktik
Definisi
Malpraktik medik  kelalaian atau kegagalan
seorang dokter untuk mempergunakan tingkat
keterampilan & ilmu pengetahuan yang lazim
dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang
cedera menurut ukuran di lingkungan yang sama.
Malpraktik
• Dokter dikatakan melakukan malpraktik medik jika mengandung salah satu
unsur berikut:
1. Dokter kurang menguasai ilmu pengetahuan kedokteran dan
keterampilan yang sudah berlaku umum di kalangan profesi
kedokteran
2. Memberikan pelayanan medik di bawah standar profesi (tidak
lege artis)
3. Melakukan kelalaian berat atau kurang hati – hati , yang dapat
mencakup:
a. Tidak melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya
dilakukan (omission), atau
b. Melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya tidak
dilakukan (commission)
4. Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum
Malpraktik
Klasifikasi Malpraktik
1. Criminal Malpractice
Terjadi apabila seorang dokter dalam menangani
suatu kasus telah melanggar hukum pidana dan
menempatkan dirinya sebagai seorang tertuduh.
Seorang dokter yang melupakan kewajibannya untuk
melaporkan kepada polisi bahwa dia merawat seorang
penjahat yang harus dilaporkan
Seorang ahli bedah plastik yang mengubah wajah atau
menghilangkan sidik jari seorang penjahat untuk
mempersulit identifikasi.
2. Civil Malpractice
Terjadi apabila seorang dokter telah menyebabkan
pasiennya menderita luka atau mati, tetapi tidak
dapat dituntut secara pidana. Dalam hal ini dia dapat
digugat secara perdata oleh pasien dan keluarganya.
Malpraktik
Malpraktik Medik Murni
Sebenarnya tidak banyak dijumpai
Contoh: dokter melakukan pembedahan dengan
niat membunuh pasiennya atau dokter sengaja
melakukan pembedahan tanpa ada indikasi
medis yang sebenarnya tidak perlu dilakukan,
hanya untuk mengeruk keuntungan.
Malpraktik Etik
Jika dokter hanya melakukan tindakan yang
bertentangan dengan etika kedokteran
Malpraktik
Menurut Hubert W. Smith tindakan malpraktek
meliputi 4D, yaitu:
 Duty of Care (kewajiban perawatan)
 Dereliction of That Duty (penyimpangan
kewajiban)
 Damage (kerugian)
 Direct Causal Relationship (harus ada kaitan
kausal antara tindakan yang dilakukan dengan
kerugian yang diderita )
Malpraktik
Duty of Care (Kewajiban Perawatan)
•Dalam hubungan perjanjian dokter dengan pasien, dokter
haruslah bertindak berdasarkan:
• Adanya indikasi medis
• Bertindak secara hati-hati dan teliti
• Bekerja sesuai standar profesi
• Sudah ada informed consent.
•UU Praktek Kedokteran No. 29 tahun 2004 Bab IV tentang
Penyelenggaraan Praktik Kedokteran : bagian kesatu pasal
36,37 dan 38 bahwa seorang dokter harus memiliki surat
izin praktek, dan bagian kedua tentang pelaksanaan
praktek yang diatur dalam pasal 39-43. Pada bagian ketiga
menegaskan tentang pemberian pelayanan.
Malpraktik
Dereliction of Duty (Penyimpangan Kewajiban)
Apabila sudah ada kewajiban (duty), maka sang
dokter atau perawat rumah sakit harus bertindak
sesuai dengan standar profesi yang berlaku.
Jika seorang dokter melakukan penyimpangan dari
apa yang seharusnya atau tidak melakukan apa yang
seharusnya dilakukan menurut standard profesinya,
maka dokter tersebut dapat dipersalahkan.
Bukti adanya suatu penyimpangan dapat diberikan
melalui saksi ahli, catatan-catatan pada rekam
medik, kesaksian perawat dan bukti-bukti lainnya.
Malpraktik
Damage (Kerugian)
Damage yang dimaksud adalah cedera atau
kerugian yang diakibatkan kepada pasien.
Walaupun seorang dokter atau rumah sakit
dituduh telah berlaku lalai, tetapi jika tidak
sampai menimbulkan luka/cedera/kerugian
(damage, injury, harm) kepada pasien, maka ia
tidak dapat dituntut ganti-kerugian.
Istilah luka (injury) tidak saja dalam bentuk fisik,
namun juga termasuk dalam arti ini gangguan
mental yang hebat (mental anguish) serta tejadi
pelanggaran terhadap hak privasi orang lain.
Malpraktik
Direct Causation (Penyebab Langsung)
 Penyebab langsung yang dimaksudkan dimana
suatu tindakan langsung yang terjadi, yang
mengakibatkan kecacatan pada pasien akibat
kealpaan seorang dokter pada diagnosis dan
perawatan terhadap pasien.
Secara hukum harus dapat dibuktikan secara
medis yang menjadi bukti penyebab langsung
terjadinya malpraktik dalam kasus manapun.
Malpraktik
Tuntutan
Untuk dapat menuntut penggantian kerugian
(perdata) karena kelalaian, penggugat harus
dapat membuktikan adanya 4 unsur berikut :
1. Adanya suatu kewajiban bagi dokter terhadap pasien
2. Dokter telah melanggar standar pelayanan medik
yang lazim dipergunakan
3. Penggugat telah menderita kerugian yang dapat
dimintakan ganti ruginya
4. Secara faktual kerugian itu disebabkan oleh tindakan
dibawah standar
Malpraktik Pengaduan

MKDKI

Malpraktik Etik Disiplin Kedokteran Malpraktik Medik

MKEK Bebas
Penegak Hukum
Hukuman Displin
1. Terguran tertulis (Penyidik)
2. Pencabutan STR
Bebas 3. Pencabutan SIP
4. Wajib pendidikan
Bebas
Tuntuan lisan, tertulis

Pidana (Penjara ±
Tindakan administratif 1. Gaji / pangkat (tunda kenaikan atau
Denda)
penurunan)
2. Cabut SIP sementara / selama –
lamanya
3. Hukum kepegawaian
UU No.36 tahun 2009 tentang KESEHATAN
• Hak dan kewajiban (pasal 4-13)  bab III
• SDM tenaga kesehatan (pasal 22-24, 27-29)  bab V
• Fasilitas pelayanan kesehatan (pasal 30-34)
• Upaya kesehatan (pasal 46-49) bab VI
• Pemberian pelayan kesehatan (pasal 52-54)
• Perlindungan pasien – rahasia kedokteran (pasal 56-58)
• Penyidikan (pasal 189)  bab XIX
• Ketentuan pidana (pasal 190-200)  bab XX
Hak dan Kewajiban
Sumber daya di bidang kesehatan –
Tenaga Kesehatan (bag 1)
• Pasal 1 butir 6
Sumber daya di bidang kesehatan –
Fasilitas Pelayanan Kesehatan (bag 2)

• Pasal 1 butir 7
Upaya Kesehatan (bag 1)
• Pasal 1 butir 11,12,13,14,15,16
Upaya kesehatan – Pemberian Pelayanan Kesehatan (bag 2,
paragraf 1)
Upaya kesehatan – Perlindungan Pasien (bag 2, paragraf 2)
Penyidikan
Ketentuan pidana (bab XX)
UU Praktik Kedokteran
• Sesudah diterbitkannya Undang-Undang Praktik kedokteran (UU
Pradok) tahun 2004, norma disiplin menjadi hal baru yang perlu
diperhatikan dan dikaji, karena didalam Konsil Kedokteran Indonesia
(KKI) ada lembaga yang disebut sebagai Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia (MKDKI) dengan tujuan menegakkan disiplin
dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik kedokteran
Disiplin kedokteran
• Adalah norma kepatuhan aturan-aturan/ketentuan penerapan
keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan atau lebih khusus kepatuhan
menerapkan kaidah-kaidah penatalakasanaan klinis (asuhan medis)
yang mencakup: penegakan diagnosis, tindakan pengobatan,
menetapkan prognosis
Hubungan dokter
(termasuk spesialisasi) dengan pasien
1. Hubungan Kebutuhan
2. Hubungan Kepercayaan
3. Hubungan Keprofesian
4. Hubungan Hukum
Aspek medikolegal
• Aspek medikolegal hubungan antara dokter-pasien ada dua hal yang
perlu mendapat perhatian yaitu:
1. Komunikasi antara dokter dengan pasien
2. Persetujuan tindakan kedokteran. yang sering mengundang timbulnya
masalah antara dokter dan pasien.
Pidana vs Perdata
Pidana Perdata
Individu vs publik Individu vs individu
Publik diwakili penyidik, Dapat diwakili pengacara
penuntut umum Pembuktian : penggugat
Pembuktian : P.U Penengah : Hakim
Penengah : hakim, sistem Kebenaran : formil
juri
UU: KuhPer, KUHD, dll
UU: KUHAP,KUHP,dll
Sanksi: ganti rugi,
Kebenaran : materiel rehabilitasi
Sanksi : mati, SH,
penjara, sita , denda
KRITERIA PIDANA
TINDAKAN PELANGGARAN PASAL KUHP
Melakukan penipuan terhadap pasien Pasal 378 KUHP
• Seorang dokter dapat dikenakan sanksi pidana, bilamana ia berbuat kriminal seperti:
Pembuatan surat keterangan palsu Pasal 263 dan 267 KUHP

Kesengajaan membiarkan penderita tidak tertolong Pasal 349 KUHP

Tidak memberikan pertolongan pada orang yang berada dalam Pasal 304 KUHP
bahaya
Euthanasia Pasal 344 KUHP

Melakukan pengguguran atau abortus provocatus Pasal 346-349 KUHP

Penganiayaan dan luka berat Pasal 351 KUHP & Pasal 90 KUHP

Kealpaan sehingga mengakibatkan kematian atau luka-luka Pasal 359-361 KUHP


berat pada diri orang lain
Pelanggaran wajib simpan rahasia kedokteran Pasal 322 KUHP

Penyerangan seksual Pasal 284-294 KUHP

Pelanggaran kesopanan Pasal 290 ayat 1, pasal 294 ayat 1, pasal 285
dan 286 KUHP
Memberikan atau menjual obat palsu Pasal 386 KUHP
KRITERIA PERDATA
PASAL KETERANGAN

Pasal 1365 KUHPdt Penimbul ganti rugi atas diri orang lain  pelakunya harus
membayar ganti rugi.

Pasal 1366 KUHPdt Selain penimbul / kesengajaan, juga akibat kelalaian atau kurang
berhati-hati.

Pasal 1367 KUHPdt Majikan ikut bertanggung-jawab atas perbuatan orang di bawah
pengawasannya.

Pasal 1338 KUHPdt Wanprestasi  ganti rugi.

Pasal 58 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Ganti rugi


Kesehatan

Pasal 66 UU No.29 Tahun 2004 Tentang Ganti rugi


Praktik Kedokteran

Doktrin perbuatan melawan hukum seperti tindakan tanpa informed consent, salah orang / salah organ,
product liability.
Prosedur Medikolegal
• Prosedur medikolegal adalah tata-cara atau prosedur
penatalaksanaan dan berbagaiaspek yang berkaitan pelayanan
kedokteran untuk kepentingan hukum untuk kepentingan hukum.
• Secara garis besar prosedur mediko-legal mengacu kepada peraturan
perundangundangan yang berlaku di Indonesia, dan pada beberapa
bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran.
Lingkup Prosedur Medikolegal
• Pengadaan visum et repertum,
• Tentang pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka.
• Pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan
Pemberian keterangan ahli di persidangan dan pemberian keterangan
ahli di dalam persidangan
• Kaitan visum et repertum dengan rahasia kedokteran
• Tentang penerbitan Surat Keterangan Kematian dan surat keterangan
medik
• Tentang fitness / kompetensi pasien untuk menghadapi pemeriksaan
penyidik
Rekam medis
Rekam Medis
Definisi
• Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran  rekam medis adalah berkas yang
berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam
Medis dijelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan
Isi Rekam Medis
• Catatan identitas pasien, pemeriksaan pasien, diagnosis, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain baik dilakukan oleh dokter dan dokter gigi maupun tenaga
kesehatan lainnya sesuai dengan kompetensinya
• Dokumen, merupakan kelengkapan dari catatan tersebut  foto rontgen, hasil
laboratorium dan keterangan lain sesuai dengan kompetensi keilmuannya
Jenis Rekam Medis
• Rekam medis konvensional & Rekam medis elektronik
Rekam Medis
Rekam Medis
Rekam Medis
Manfaat menetapkan pembiayaan
Pengobatan Pasien dalam pelayanan kesehatan
 Sebagai dasar dan petunjuk pada sarana kesehatan.
untuk merencanakan dan Catatan tersebut dapat dipakai
menganalisis penyakit serta sebagai bukti pembiayaan
merencanakan pengobatan, kepada pasien
perawatan dan tindakan medis Statistik Kesehatan
yang harus diberikan kepada  Sebagai bahan statistik
pasien. kesehatan, khususnya untuk
Peningkatan
Pelayanan Kualitas mempelajari perkembangan
kesehatan masyarakat dan
 Meningkatkan kualitas untuk menentukan jumlah
pelayanan untuk melindungi penderita pada penyakit-
tenaga medis dan untuk penyakit tertentu
pencapaian kesehatan
masyarakat yang optimal. Pembuktian Masalah Hukum,
Pendidikan dan Penelitian Disiplin dan Etik
 Bahan informasi bagi  Rekam medis merupakan alat
perkembangan pengajaran bukti tertulis utama, sehingga
dan penelitian di bidang bermanfaat dalam
profesi kedokteran penyelesaian masalah hukum,
disiplin dan etik
Pembiayaan
 Petunjuk dan bahan untuk
Rekam Medis

REKAM MEDIS PASIEN RAWAT REKAM MEDIS PASIEN RAWAT


JALAN INAP
• Isi rekam medis sekurang- • Rekam medis untuk
kurangnya memuat pasien rawat inap
catatan/dokumen sekurang-kurangnya
tentang: memuat:
• Identitas pasien; • Identitas pasien;
• Pemeriksaan fisik; • Pemeriksaan;
• Diagnosis/masalah; • Diagnosis/masalah;
• Tindakan/pengobatan; • Persetujuan tindakan
• Pelayanan lain yang telah medis (bila ada);
diberikan kepada pasien. • Tindakan/pengobatan;
• Pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien.
Rekam Medis
Pendelegasian Membuat Rekam Medis
• Selain dokter dan dokter gigi yang membuat/mengisi rekam medis, tenaga
kesehatan lain yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien dapat
membuat/mengisi rekam medis atas perintah/ pendelegasian secara tertulis
dari dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran
Kepemilikan Rekam Medis
• Sesuai UU Praktik Kedokteran, berkas rekam medis menjadi milik dokter,
dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis
dan lampiran dokumen menjadi milik pasien
Penyimpanan Rekam Medis
• Rekam medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaan oleh dokter, dokter gigi
dan pimpinan sarana kesehatan
• Batas waktu lama penyimpanan menurut Peraturan Menteri Kesehatan
paling lama 5 tahun dan resume rekam medis paling sedikit 25 tahun
Rekam Medis
Kerahasiaan Rekam Medis
• Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran wajib menyimpan kerahasiaan yang
menyangkut riwayat penyakit pasien yang tertuang dalam
rekam medis
• Rahasia kedokteran tersebut dapat dibuka hanya untuk
kepentingan pasien untuk memenuhi permintaan aparat
penegak hukum (hakim majelis), permintaan pasien sendiri
atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku
• Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana,
rahasia kedokteran (isi rekam medis) baru dapat dibuka bila
diminta oleh hakim majelis di hadapan sidang majelis.
Dokter dan dokter gigi bertanggung jawab atas kerahasiaan
rekam medis sedangkan kepala sarana pelayanan
kesehatan bertanggung jawab menyimpan rekam medis
Rekam Medis
Sanksi Hukum
• Dalam Pasal 79 UU Praktik Kedokteran secara tegas
mengatur bahwa setiap dokter atau dokter gigi yang
dengan sengaja tidak membuat rekam medis dapat
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah)
• Selain tanggung jawab pidana, dokter dan dokter gigi
yang tidak membuat rekam medis juga dapat
dikenakan sanksi secara perdata, karena dokter dan
dokter gigi tidak melakukan yang seharusnya
dilakukan (ingkar janji/wanprestasi) dalam hubungan
dokter dengan pasien
Rekam Medis
Sanksi Disiplin dan Etik
• Dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis selain mendapat
sanksi hukum juga dapat dikenakan sanksi disiplin dan etik sesuai dengan UU
Praktik Kedokteran, Peraturan KKI, Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
dan Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia (KODEKGI)
• Dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 16/KKI/PER/VIII/2006
tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin MKDKI dan
MKDKIP, ada tiga alternatif sanksi disiplin yaitu :
• Pemberian peringatan tertulis
• Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik
• Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
kedokteran atau kedokteran gigi
• Selain sanksi disiplin, dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam
medis dapat dikenakan sanksi etik oleh organisasi profesi yaitu Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) dan Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran Gigi (MKEKG).
Rahasia kedokteran
Rahasia Kedokteran
• Hipocrates  kewajiban memegang teguh
rahasia pasien  hubungan dokter – pasien
“Apapun yang saya dengar atau lihat, tentang
kehidupan seseorang yang tidak patut
disebarluaskan, tidak akan saya ungkapkan,
karena saya harus merahasiakannya”
• Perkembangan iptek kedokteran  pengecualian
membuka rahasia jabatan dan pekerjaan dokter
 memelihara kepentingan umum dan
mencegah hal-hal yang dapat merugikan orang
lain
Rahasia Kedokteran
• Lafal Sumpah Dokter Indonesia berdasarkan
Peraturan Pemerintah No.26 tahun 1960:
“Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya
ketahui karena pekerjaan saya dan karena
keilmuan saya sebagai dokter”
• Bab II KODEKI tentang kewajiban dokter terhadap
pasien dicantumkan antara lain:
“Seorang dokter wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahuinya tentang pasien karena
kepercayaan yang diberikan kepadanya, bahkan
juga setelah pasien meninggal dunia”
Rahasia Kedokteran
Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1966 tentang
wajib simpan rahasia kedokteran:
Menteri Kesehatan dapat melakukan tindak-tindak
administratif berdasarkan pasal 111 Undang-undang
tentang Kesehatan jika tidak dapat dipidanakan
menurut KUHAP
Rahasia: sesuatu yang disembunyikan dan hanya
diketahui oleh satu orang, oleh beberapa orang saja,
atau oleh kalangan tertentu
Tidak selalu hal yang diberitahukan pada dokter
merupakan rahasia yang tidak boleh diberitahukan pada
orang lain. Misalnya: influenza
Harus dirahasiakan, terutama terhadap pasangannya, yang
tidak mengetahui bahwa ia memiliki hubungan dengan
wanita/pria lain. Misalnya: penyakit sifilis atau gonorea
Rahasia Kedokteran
Rahasia Dokter
Rahasia jabatan
Rahasia dokter sebagai pejabat struktural
Ditinjau dari sudut hukum
 Tingkah laku yang bersangkutan dg pekerjaan sehari-hari
 PASAL 322 KUHP
 PASAL 1365 KUH PERDATA
 Tingkah laku dalam keadaan khusus

Rahasia pekerjaan
Rahasia dokter pada waktu menjalankan praktiknya
Rahasia Kedokteran
Tingkah laku yang bersangkutan dg pekerjaan sehari-hari
•PASAL 322 KUHP
(1) Barangsiapa dengan sengaja membuka sesuatu rahasia
yang ia wajib menyimpannya oleh karena jabatan atau
pekerjaannya, baik yang sekarang maupun yang dulu,
dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya
sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya enam
ratus rupiah
(2) Jika kejahatan ini dilakukan terhadap seseorang yang
tertentu, ia hanya dituntut atas pengaduan orang itu
•PASAL 1365 KUH PERDATA
Barangsiapa yang berbuat salah sehingga seorang lain
menderita kerugian, berwajib mengganti kerugian itu
Rahasia Kedokteran
Tingkah laku yang bersangkutan dalam keadaan khusus
Sebagai saksi/saksi ahli  dapat mengundurkan diri
untuk memberi keterangan  KUHAP (31 Desember
1981) pasal 120 & 168, khususnya pasal 170 :
 Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya
diwajibkan menyimpan rahasia, dapat dibebaskan dari
kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu
tentang hal yang dipercayakan kepada mereka.
 Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk
permintaan tersebut, pengadilan negeri memutuskan apakah
alasan yang dikemukakan oleh saksi atau saksi ahli untuk tidak
berbicara itu, layak dan dapat diterima atau tidak.
Rahasia Kedokteran
Tingkah laku yang bersangkutan dalam keadaan
khusus
Yang pertama didahulukan adalah rahasia jabatan
dokter, terutama karena kewajiban moral.
Alasan melepaskan rahasia jabatan : pertumbuhan
akal sehat, yaitu ada tidaknya kepentingan yang lebih
utama atau kepentingan umum.
Contoh :
 Seorang supir yang menderita epilepsi, yang jika penyakitnya
bangkit pada waktu sedang menjalankan tugasnya, pasti sangat
membahayakan
 Seorang guru yang menderita TBC aktif dapat menular pada murid2
pada waktu mengajar
Rahasia Kedokteran
Tingkah laku yang bersangkutan dalam keadaan
khusus
Seorang dokter dalam keadaan terpaksa serupa
itu ialah memberitahukan kepada majikan si sakit,
bahwa ia menganggap si sakit perlu diperiksa
kesehatannya oleh majelis tersebut.
Mungkin diagnosisnya tidak perlu disampaikan,
cukup penyakit yang tidak memungkinkan untuk
bekerja terus, dapat menular, atau
membahayakan orang lain dan dokter menasihati
supaya diberhentikan dari pekerjaannya
Rahasia Kedokteran
Dasar Hukum Rahasia Jabatan Kedokteran

•UU no 29 tahun 2004 tentang Prakdok pada


paragraf 4  “setiap dokter atau dokter gigi dalam
menjalankan praktik kedokteran wajib menyimpan
rahasia kedokteran”
•Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk:
• Kepentingan kesehatan pasien
• Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum
• Permintaan pasien sendiri
• Berdasarkan ketentuan perundang2an
Rahasia Kedokteran
Persyaratan bila rahasia kedokteran dibuka

Adanya ijin dari pasien


Adanya keadaan mendesak atau memaksa
Adanya peraturan UU
Adanya perintah jabatan
Demi kepentingan umum
Adanya presumed consent dari pasien
Rahasia Kedokteran
Menurut Herkutanto
Adanya kerelaan atau ijin pasien. Pasien dianggap
telah menyatakan secara tidak langsung bahwa
rahasia kedokteran itu bukan lagi merupakan rahasia,
sehingga tidak wajib dirahasiakan lagi oleh dokter
Pembukaan rahasia kedokteran tanpa ijin pasien,
karena adanya dasar penghapus pidana berdasarkan
ketentuan pasal 48, 50 dan 51 KUHP
Menurut Eck
Ijin dari yang berhak
Keadaan mendesak atau terpaksa
Peraturan perundang-undangan
Perintah jabatan yang sah
Rahasia Kedokteran
• Menurut Fred Ameln
• Diatur oleh UU
• Pasien membahayakan umum atau orang lain
• Pasien dapat memperoleh hak sosial
• Pasien memberikan ijin baik lisan maupun tulisan
• Pasien memberikan kesan kepada dokter bahwa ia mengijinkan
• Demi kepentingan umum atau kepentingan yang lebih tinggi

Anda mungkin juga menyukai