Anda di halaman 1dari 26

KARAKTERISASI BIJIH NIKEL ASAL SULAWESI

DAN PROSES SINTERING DENGAN


PENAMBAHAN REDUKTOR ARANG KAYU

TRIA PERMATA SARI


NPM.1417041092
Pembimbing : Prof. Simon Sembiring, Ph.D.
 PENDAHULUAN
 DASAR TEORI
 METODELOGI
 HASIL PENELITIAN
PENDAHULUAN
 Latar Belakang
 Tujuan Penelitian
 Batasan Masalah
LATAR BELAKANG

Persebaran Nikel di Dunia (Dalvi, 2004) dan di Indonesia (Shanty,2013)


LATAR BELAKANG

Endapan nikel laterit di Menurut Badan Pusat


Indonesia telah diketahui Statistik (2016) produksi
sejak tahun 1937 yang pusat pertambangan yang
terdapat di Sulawesi menonjol di Sulawesi
Tenggara (Saleh,2011). Tenggara adalah nikel.
LATAR BELAKANG

Salah satu teknik dalam pembentukkan


Pada beberapa penelitian, nikel diolah logam adalah dengan metalurgi serbuk.
menjadi bentuk pelet. Setelah proses Adapun proses metalurgi meliputi
pelletaizer, pelet komposit yang terbentuk beberapa tahapan seperti, mixing,
belum keras dan cepat hancur kompaksi dan sintering. Pemanasan dalam
(Kambuna,2016). Hancurnya pelet pembuatan serbuk dikenal dengan sinter
komposit menyebabkan kesulitan dalam yang menghasilkan ikatan partikel yang
proses sintering dalam rotary kiln. halus, sehingga kekuatan dan sifat fisisnya
meningkat (Jones,1960).
LATAR BELAKANG

Tidak terlalu cepat terbakar

Kadar karbon tinggi (>60%)

Zat terbang kecil (<15%)

Kadar abu kecil (<8%)


TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui tahapan yang dilakukan dalam proses sintering bijih nikel

Mengetahui karakterisasi dari bijih nikel asal Sulawesi

Mengetahui hasil dari sintering bijih nikel.

Mendapatkan informasi mengenai pengaruh reduktor berupa arang kayu


terhadap proses sintering
BATASAN MASALAH

Proses sintering
Bijih laterit yang Reduktor yang Analisis limonit dilakukan dilakukan dalam
digunakan adalah digunakan yaitu menggunakan XRF untuk muffle furnace
jenis limonit berupa arang mengetahui unsur-unsur pada temperatur
dengan ukuran kayu yang terdapat dalam 900o C selama 60
mesh-200 bahan tersebut menit.
Analisis unsur-unsur logam dan
DASAR TEORI 2 non logam secara keseluruhan
dapat dilakukan dengan instrument
X-Ray Fluoresence(XRF) atau
Energy DisversiveX-Ray
Diffraction (EDX) (Karyasa,2013).
Prinsip kerja metode analisis XRF
Arang adalah suatu bahan padat
1 berpori yang dihasilkan melalui
berdasarkan terjadinya tumbukan
atom-atom pada permukaan
proses pirolisis (karbonisasi) dari sampel (bahan) oleh sinar-X
bahan-bahan yang mengandung (Jenkin, 1988).
karbon dengan pemanasan pada
suhu tinggi yang mengandung 85%
sampai 98% karbon 3
(Cooney,1980). Umumnya, arang Pada percobaan pengerasan
diperoleh dengan memanaskan pelet dilakukan variasi
temperatur pada temperatur
kayu, tulang, atau benda lain 800°C, 900°C, 1000°C, 1100°C
(Hassler, 1974). dan 1200°C dengan variasi
waktu selama 15 menit, 30
menit dan 60 menit (Kambuna,
2016)
METODELOGI

PENELITIAN
PROSEDUR
PENELITIAN

PREPARASI SAMPEL

PELLETIZER

PROSES SINTERING
ALAT DAN BAHAN

Alat

Ayakan Ayakan Ayakan


mesh-200 Kuas
mesh-80 mesh-100

Neraca
Mortar Oven Gelas Ukur ohaus

Muffle Timbangan
XRF Plastik
furnace digital
Portable
Sartorius

Bahan

Bijih nikel Arang kayu Air


laterit
DIAGRAM ALIR
Mulai

Preparasi Bijih Nikel

Pengayakan dengan ukuran mesh-


80, mesh-100, dan mesh-200

Uji XRF

Pembuatan pelet

Pengeringan menggunakan
oven temperatur 150°C

Sintering pada muffel furnace


suhu 900°C selama 60 menit

Penimbangan

Shatter test

Hasil
HASIL

PENELITIAN
KARAKTERISASI
BIJIH NIKEL

Tabel 1. Hasil analisa XRF pada sampel bijih nikel Sulawesi


No. Komposisi Komposisi Fraksi

Row #80 -80 / #100 -200


% +/- % +/- % +/- % +/-
1. LE 51.232 0.339 54.583 0.333 51.944 0.985 38.351 0.832
2. Fe 37.889 0.264 35.219 0.257 33.319 0.638 41.503 0.858
3. Mg - - - - - - 8.424 1.822
4. Si 1.929 0.049 1.939 0.048 2.009 0.061 2.387 0.074
5. Al 1.648 0.130 1.453 0.124 1.738 0.136 1.991 0.155
6. K 1.507 0.080 1.280 0.075 1.414 0.083 1.559 0.095
7. Cr 1.269 0.014 1.100 0.013 1.081 0.023 1.353 0.031
8. Ni 0.949 0.014 0.904 0.013 0.846 0.020 1.046 0.025
9. Cl 1.554 0.064 1.486 0.062 1.073 0.065 1.167 0.074
10. MnO 1.140 0.019 1.163 0.019 1.246 0.029 1.294 0.033
11. S 0.556 0.009 0.554 0.009 0.563 0.013 0.602 0.015
12. Ca 0.404 0.006 0.376 0.006 0.521 0.012 0.402 0.010
13. Co - - - - - - - -
14. P 0.044 0.008 0.047 0.008 0.035 0.008 0.065 0.009
15. Ti 0.061 0.008 0.071 0.008 0.069 0.009 0.079 0.009
16. Zn 0.030 0.002 0.024 0.002 0.027 0.002 0.029 0.002
17. Sb 0.017 0.002 0.020 0.002 0.021 0.002 0.017 0.002
18. V 0.026 0.004 0.023 0.004 0.024 0.004 0.024 0.004
19. Pb - - 0.003 0.001 0.0031 0.0010 - -
20. Zr 0.0023 0.0003 0.0024 0.0003 0.0031 0.0003 - -
21. Sn - - 0.014 0.002 0.013 0.002 - -
PERUBAHAN MASSA
PELET

Massa pelet kadar reduktor 20% Massa pelet kadar reduktor 30%
Massa pelet kadar reduktor 10%

1.5
1.4853

PENGURANGAN BERAT
1.45
RATA-RATA

1.4 1.3936
(GR)

1.35 1.3524

1.3

1.25
10% 20% 30%
PRESENTASE BERAT REDUKTOR

Grafik pengaruh % wt arang kayu terhadap pengurangan


PELET HASIL
PENGERINGAN

Bagian luar dari pelet

10 % 20 % 30 %
Bagian dalam dari pelet

10 % 20 % 30 %
PELET HASIL SINTERING
DENGAN VARIASI REDUKTOR

Bagian luar dari pelet

10 % 20 % 30 %

Bagian dalam dari pelet

10 % 20 % 30 %
HASIL PENGUJIAN SHATTER
TEST

Hasil shatter test kadar reduktor 10% Hasil shatter test kadar reduktor 10%

Hasil shatter test


dari ketinggian 0,5 Hasil shatter test
m dan 1 m dari ketinggian 1 m
Hasil shatter test kadar reduktor 10% Hasil shatter test kadar reduktor 20%

Hasil shatter test


dari ketinggian 2 m

Hasil shatter test


dari ketinggian
0,5 m dan 1 m
Hasil shatter test kadar reduktor 20% Hasil shatter test kadar reduktor 20%

Hasil shatter test


dari ketinggian 1 m
dan 1,5 m

Hasil shatter test


dari ketinggian 2 m
Hasil shatter test kadar reduktor 30% Hasil shatter test kadar reduktor 30%

Hasil shatter test


Hasil shatter test dari ketinggian 1 m
dari ketinggian 1,5 dan 2 m
0,5 m dan 1 m

Hasil shatter test


dari ketinggian 2 m
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Berdasarkan hasil analisis menggunakan XRF Portable kandungan Ni pada sampel limonit
untuk raw material memunyai nilai 0,949±0,014% dan meningkat setelah proses
pengayakan pada fraksi -200 yaitu 1,046±0,025%.
2. Rata-rata pengurangan massa yang terjadi pada pelet dengan kadar reduktor 10%, 20%,
dan 30% secara berturut-turut yaitu 1,3524 gram, 1,3936 gram, dan 1,4853 gram.
3. Hasil shatter test menunjukkan rata-rata pelet menjadi pecah ketika dijatuhkan dari
ketinggian 2 m sebanyak satu kali dan pelet dengan kadar reduktor 30% memiliki
ketahanan yang lebih baik dibandingkan pelet dengan kadar reduktor 10% dan 20%.
4. Semakin tinggi %wt reduktor yang digunakan maka warna sampel akan semakin gelap
dan ukuran sampel menjadi semakin kecil.
SARAN

Perlu dilakukan analisis XRD untuk


Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengetahui perubahan fase kristal pada
untuk mengetahui pengaruh ukuran
pelet sebelum dan sesudah sintering agar
sampel yang berbeda-beda terhadap
dapat diketahui jumlah reduktor yang
kecepatan proses sintering.
paling tepat dalam proses reduksi.
TAK ADA LAUT DALAM YANG
TAK BISA DISELAMI.

TERIMA KASIH -TERIMA KASIH-

Anda mungkin juga menyukai