Anda di halaman 1dari 24

EMPIEMA

THORAK
Oleh : Nurul Maghfirah
P e m b i m b i n g : d r. S u h a r d i , S p . B - T K V
DEFINISI

Empiema  proses supurasi yang terjadi di rongga tubuh, dimana rongga tersebut secara
anatomis sudah ada.
Kata ini berasal dari bahsa Yunani “empyein” yang artinya menghasilkan nanah (supurasi).
Empiema dapat terjadi di rongga pleura yang dikenal dengan nama empyema thoraks, dan dapat
juga terjadi di kandung empedu dan pelvic
ETIOLOGI
B E R A S A L DA R I PA RU : B E R A S A L DA R I L UA R PA RU :

• Pneumonia • Trauma dari Otak


• Abses Paru • Pembedahan Otak
• Fistel Bronkhopleura • Torasentesis
• Bronkhiektasis • Abses Sufrenik
• Tuberkulosis Paru • Abses hati ( karena Amoeba)
• Mycosis Paru
• Trauma dada
EPIDEMIOLOGI
• Hampir 90% kasus empyema thoraks disebabkan oleh Staphylococcus aureus

• Insiden empyema menurun seiring ditemukannya pemakain antibiotic secara adekuat

• Di Amerika terjadi, lebih dari satu juta kasus terjadi, penyebab infeksi pleura 70% kasus terjadi
sebagai parapneumonic effusion murni, 5-10 % sebagai parapneumonic effusion sederhana
dengan komplikasi, sekitar 5% terjadi akibat trauma dada

• Di Indonesia, diantara 2.192 penderita yang di rawat, oleh karena berbagai macam penyakit
paru, terdapat 57 penderita pria 77% dan 17 penderita wanita (23%) yang berarti ratio pria dan
wanita adalah 3,4 : 1

• Secara internasional:Timbulnya infeksi rongga pleura atau empyema tidak diketahui


KLASIFIKASI
• Berdasarkan perjalanan penyakitnya empyema thoraks dapat dbagi 2

Empiema akut Empiema kronis


• Terjadi sekunder akibat infeksi ditempat • Batas tegas antara empyema akut dan
lain, terjadinya peradangan akut yang kronis sukar ditentukan.
diikuti pembentukan eksudat. • Empiema disebut kronis bila prosesnya
berlangsunglebih dari 3 bulan
The American thoracis society membagi empyema thoraks menjadi tiga :

• Eksudat
Cairan pleura yang steril di dalam ringga pleura merespons inflamasi di pleura

• Fibropurulen
Cairan pleura menjadi lebih kental dan dibrin tumbuh di permukaan pleur yang bias melokulasi pus dan
secara perlahan-lahan membatasi gerak dari paru

• Organisasi
Kantong-kantong nanah yang terlokulasi akhirnya dapat mengembang menjadi rongga abses berdinding
tebal atau sebagai eksudat yang berorganisasi. Paru dapat kolaps dan dikelilingi oleh bungkusan tebal
tidak elastic
PATOFISIOLOGI
1. Fase Eksudatif (1-3 hari) : Cairan Pleura steril ( leko dan LDH : rendah, sedangkan PH dan
Glukosa: normal )

2. Fase Fibropurulent (4-14 hari ): Cairan Pleura mengandung (PMN,Bakteri,endapan fibrin pada
pleura bertambah ), bila terjadi Lokulasi / pocketed / kantung( PH dan Glukosa rendah, sedangkan
LDH meningkat )

3. Fase Organisasi (> 14 hari): Fibroblas tumbuh dan membentuk Pleural Peel / Penebalan Pleura
MANIFESTASI KLINIS
DIAGNOSA BANDING

1. Pleural effusion
Adanya cairan patologis dalam rongga pleura. Biasanya disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis. Biasanya Pasien akan nyeri pada sisi dada yang sakit.
2. Schwarte
Gumpalan fibrin yang melekatkan pleura visceralis dan pleura parietalis setempat. Kemampuan
nafas penderita akan menurun karena gangguan retraksi, maka akan timbul deformitas dan
kemunduran faal paru akan lebih parah lagi
• Decortication

• Thoracotomy

• VATS
L APORAN K ASUS
I D E N T I TA S PA S I E N
Nama : Tn. HS

CM : 1-20-55-52

Umur : 54 tahun

Alamat : Kuta Alam, Banda Aceh

Tanggal Masuk RS : 06 April 2019

Tanggal pemeriksaan : 15 April 2019


Keluhan Utama

Nyeri perut kanan sejak 20 hari lalu

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas sejak 20 ahri lalu, nyeri terus-
menerus, memberat hingga 3 hari hingga membuat pasien tidak bias beraktivitas
seperti biasa. Riwayat demam sebelumnya ada, demam naik-turun, tidak mengigigl dan
tidak berkeringat banyak. Sejak 3 minggu ini pasien mengaku kurang nafsu makan.
BAB dan BAK dalam batas normal
Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien diketahui menderita DM sejak 2 minggu yang lalu, saat dirawat di


RS kesdam dan telah mendapat obat insulin.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal yang sama
Riwayat Penggunaan Obat
Tidak ada
PRIMARY SURVEY
A: Clear, dengan C-Spine Control
B: spontan RR= 20x/menit

Hemitoraks kanan Hemitoraks kiri

Inspeksi Simetri simetris

Palpasi Nyeri, stem fremitus > Stem fremitus

Perkusi Redup pada basal paru Normal

Auskultasi Rhonki (+) Vesikuler

C: HR 102 x/menit TD: 120/80 mmHg


PRIMARY SURVEY
D : GCS E4M6V5, pupil isokor (3mm/3mm)
E:
S/L toraks dextra
L: Jejas (-), step off deformity (-)
F: Nyeri tekan (+), krepitasi (-)
R: dbn
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

DARAH LENGKAP

Hb 10,6 13,5-18 g/dl


Hematokrit 32 45-55
Eritrosit 4,4 4.7-6,1
Leukosit 9,1 4500- 10500 / cmm
Trombosit 343 150/450

Hitung Jenis 1/1/0/73/19/5 0-6/0-2/2-6/50-70/20-40/2-8


THORAX AP

Trakea: tepat ditengah


Tulang : normal tidak tampak fraktur atau
diskontunuitas
Cor: dalam batas normal
Sinus costophrenicus kanan tertutup
perselubungan, kiri tajam

Kesimpulan
Efusi Pleura kanan
CT scan thorak

Kesan :
Efusi pleura bilateral dengan terpasang WSD kanan.
Emfisema subkutis dinding hemithoraks kanan, tidak
terlihat adanya pneumothoraks
DIAGNOSIS
Empiema ar thorax dextra

TATALAKSANA
Chest Tube

PLANNING
VATS
PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : dubia ad bonam
Quo ad Functional : dubia ad bonam

EDUKASI
Edukasi mengenai penyakit dan tindakan yang akan diberikan
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai