Anda di halaman 1dari 11

Informed consent

Definisi
 Persetujuan tindakan kedokteran adalah
persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarga terdekat setelah mendapat
persetujuan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
dilakukan terhadap pasien

 Keluarga terdekat : suami atau istri, ayah atau


ibu kandung, anak – anakkandung, saudara –
saudara kandung atau pengampuny

 Persetujuan diberikan oleh pasien yang


kompeten atau keluarga terdekat
Jenis inform consent
 Ada dua bentuk PTK : tertulis dan lisan (express
consent)
 implied consent yaitu persetujuan yang diberikan
pasien secara tersirat, tanpa pernyataan tegas. Ex:
pengambilan darah untuk pemeriksaan lab,
melakukan penyuntikan pada pasien, dan
melakukan penjahitan luka.
 Presumed consent : dokter memerlukan tindakan
segera,sementara pasien dalam keadaan tidak
bisa memberikan persetujuan dan keluarganya pun
tidak ditempat  jika ps dalam keadaan sadar,
dianggap akan menyetujui tindakan yang akan
dilakukan dokter
Dikatakan suatu persetujuan
dianggap sah, apabila İnformasi dan penjelasan
inform consent

a. Pasien telah diberi  Diagnosis dan tatacara


penjelasan/informasi tindakan medis

b. Pasien atau yang sah  Tujuan tindakan medis yang


mewakilinya dalam dilakukan
keadaan cakap
(kompeten) untuk  Alternatif tindakan lain dan
memberikan risikonya
keputusan/persetujuan
 Risiko dan kornplikasi yang
c. Persetujuan harud mungkin teq'adi e.
diberikan secara sukarela Prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan
Lima syarat yang harus dipenuhi
untuk sahnya PTM
 Diberikan secara bebas

 Diberikan oleh orang yang sanggup membuat


perjanjian

 Telah dijelaskan bentuk tindakan yang akan


dilakukan sehingga pasien dapat memahami
tindakan itu perlu dilakukan

 Mengenai sesuatu hal yang khas

 Tindakan itu juga dilakukan pada situasi yang


sama.
Dasar hukum
 UU praktik kedokteran no 29 tahun 2004

 Manual persetujuan tindakan kedokteran yang


diterbitkan konsil kedokteran Indonesia 2006

 permenkes no 290 tahun 2008

 UU no 36 tahun 2009 tentang kesehatan

 UU no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit


Tujuan inform consent
 Melindungi pasien terhadap segala tindakan
medis yang dilakukan tanpa sepengetahuan
pasien

 Memberikan perlindungan hukum kepada


dokter terhadap akibat yang tidak terduga dan
bersifat negatif, misalnya terhadap risk of
treatment yang tak mungkin dihindarkan
walaupun dokter sudah mengusahakan
semaksimal mungkin dan bertindak dengan
sangat hati-hati dan teliti.
Malpraktik
Definisi
 Pasal 58 UU no 36 tahun 2009 : Setiap orang berhak
menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan
yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau
kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang
diterimanya.
 Pasal 50 UU no 29 tahun 2004 : Dokter atau dokter
gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
mempunyai hak memperoleh perlindungan hukum
sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional
 malpraktik  bila terjadi kesalahan atau kelalaian
atau tidak sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional
Bentuk malpraktik
 Malfeasance
apabila seseorang melakukan suatu tindakan
yang bertentangan dengan hukum atau
melakukan perbuatan yang tidak patut

 Misfeasance
pelaksanaan suatu tindakan tidak secara benar

 Nonfeasance
yang berarti tidak melakukan tindakan medis
yang merupakan kewajiban baginya.

Ronoko kevin. Pertanggungjawaban dokter atas tindakan malpraktek yang dilakukan menurut hukum positif
Indonesia. Vol IV. 5 juli 2015. Available from : https://media.neliti.com/media/publications/3313-ID-
pertanggungjawaban-dokter-atas-tindakan-malpraktek-yang-dilakukan-menurut-hukum.pdf
Syarat kelalaian
 Duty ( kewajiban )
untuk melakukan suatu tindakan/ tidak melakukan
tindakan tertentu terhadap pasien pada situasi dan
kondisi tertentu

 Dereliction of the duty


penyimpangan kewajiban

 Damage (kerugian)
semua yang dirasakan pasien sebagai kerugian akibat
pelayanan dokter

 Direct causal relationship


hubungan sebab akibat yang nyata , terdapat
hubungan sebab akibat antara penyimpangan
kewajiban dengan kerugian yang timbul

Novianto widodo. Penafsiran hokum dalam menentukan unsur – unsur kelalaian malpraktik medik. Vol 4.
Agustus 2015. Available from : https://jurnal.uns.ac.id/yustisia/article/viewFile/8670/7756

Anda mungkin juga menyukai