Dipresentasikan oleh :
Abraham Albert Nugraha
1361050199
Pembimbing
Dr. Tinon Martanita, Sp.KJ
DEPARTEMENT OF PSYCHIATRIC
CHRISTIAN UNIVERSITY OF INDONESIA
RSJ AMINO GONDOHUTOMO
2018
PENDAHULUAN
• Bipolar penyakit serius dan sering kambuh kemunduran kognitif
& kemunduran kognitif sulit diterapi
• Terapi farmakologi tidak berespon baik
• Polifarmasi tidak ada bukti,
• ECT terapi akut episode manik, depresi, campur, dan
kecendrungan bunuh diri terbukti
• Terapi farmakologi pada bipolar tidak berespon baik
pertimbangkan ECT perlu dipelajari lebih lagi
• Guideline terapi bipolar yang ada Lini akhir (hanya untuk yang
parah dan resisten obat)
PENDAHULUAN
• Praktek sehari – hari ECT menjadi lini pertama pada pasien gambaran
parah dan gawat darurat.
Ide dan behavior bunuh diri
Penurunan berat badan parah
Malnutrisi
Dehidrasi
Kelelahan yang sangat episode depresi memanjang
Episode manik, campuran, dan gejala katatonik parah
• Tidak ada standarisasi prosedur ECT perbedaan keputusan ECT antar
dokter
Parah dan resisten polifarmasi jangka Panjang (bulan – tahun)
• Lamanya episode kegagalan ECT ECT jangan jadi terapi lini akhir
Bipolar Episode Depresi
• ECT terbukti depresi parah (major depressive disorder[MDD]
• ECT pada bipolar episode depresi belum diteliti lebih lanjut
• Angka remisi depresi unipolar (70,6%) > bipolar (tipe I = 34,8%, tipe II =
43,3%)
• Beberapa penelitian perbedaan tingkat remisi antara unipolar vs bipolar
• Beberapa penelitian lain sama saja bahkan ada yang bipolar lebih baik
• Semua penelitian setelah di ECT tingkat switch ke manik tidak
meningkat (vs antidepresan yang menyebabkan switch dan rapid cycle)
Bipolar Episode Depresi
• Norwegia efikasi ECT vs farmakologiECT > farmakologi
73 pasien
Resisten terhadap pengobatan farmakologi
7 klinik psikatri akut
Respon ECT vs farmakologi: 73,9% vs 35,0%.
Remisi ECT vs farmakologi : 34,8% vs 30,0%
Bipolar I vs Bipolar 2 : tidak berbeda
• Semua penelitian bipolar episode depresi resisten obat
berespon baik terhadap ECT
Pertimbangkan ECT sebagai terapi
Episode Campuran
• Bipolar episode campur gejala depresif + manik bersamaan
• Episode campuran
Fase utama
Gambaran klinis kompleks
Tidak berespon terhadap terapi konvensional
Respon terhadap mood stabilizer < episode murni
• Antidepresan memperburuk gangguan mood
• Antipsikotik memicu depresi
Episode Campuran
• ECT pada episode campuran hasil yang baik tetapi belum diteliti
mendalam
• Episode campuran underdiagnosed sering didiagnosis sebagai
skizofrenik atau manik
Hal ini karena difinisinya dan batasannya belum jelas bias data literatur
sangat sedikit guideline terapi episode campuran minim
• Beberapa penelitian melaporkan
ECT efektif untuk episode campuran
ECT pada episode campuran memberikan respon yang signifikan
Seharusnya ECT menjadi salah satu pilihan terapi utama
Penangan lebih lanjut setelah ECT tetap diperlukan gejala residual
Episode Mania
• Mania unipolar akut litium (lini pertama), mood stabilizer
antiepileptic, antipsikotik
• Sekarang ECT dipertimbangkan untuk resisten obat saja
• Respon episode mania akut terhadap ECT 80-90%
Pertimbangkan jadi terapi lini kedua setelah litium
• ECT pada bipolat episode manik dipertimbangkan
Gejala Katatonik
• Katatonia sindrom neuropsikiatri
Disregulasi motorik abnormalitas pikiran, mood, dan kesadaran.
• Gejala tipikal katatonia
Imobilitas
Stupor
Negatifisme
Rigiditas
• Pasien manik 25% katatonia
• Pasien depresif 50% katatonia
Gejala Katatonik
• Khas pada skizofrenia salah diagnosis pada bipolar
• Benzodiazepine dan ECT disarankan untuk katatonia
• Antipsikotik dihindari
• Efikasi ECT pada katatonia diakui tetapi belum banyak diteliti
• ECT pada katatonia tingkat respons = 80-90%
Tujuan Penelitian
• Menggambarkan hasil jangka pendek terapi ECT pada beberapa fase
kelainan bipolar pada pasien – pasien bipolar yang dirujuk ke
Departemen Psikatri Universitas Pisa, Itali.
• Semua pasien resisten terhadap terapi farmakologi
• Komparasi respon dan nonrespon
Metode
Sampel
• 522 pasien bipolar resisten terhadap obat
• Januari 2006 – Mei 2011
• Departemen Psikiatri Universitas Pisa, Itali
• Usia 18 tahun atau lebih
• Memenuhi kriteria diagnostik diagnostic and Statistical of Mental
Disorders, IV-TR edition (DSM-IV-TR),
• Diagnosis ditentukan 2 dokter psikatri senior berpengalaman
• Disetujui oleh badan etik lokal rumah sakit Universitas Pisa, Itali
• Pada pasien katatonik inform konsen dan keputusan keluarga
Metode
Definisi Resisten atau Tidak Berespon terhadap Terapi Farmakologi
• Episode campuran
Gejala persisten
1 kali percobaan pemberian 2 / lebih mood stabilizers
16 minggu
Dan atau antipsikotik tipikal/atipikal dan antidepresan
• Episode depresif
2 kali pengobatan minimal 8 minggu
1 kali mood stabilizer + selective reuptake inhibitor (cth fluoxetine)
1 kali mood stabilizer + antidepresan trisiklik (imipramine)
Bila ada gejala psikotik = sudah diberi antipsikotik
Metode
Definisi Resisten atau Tidak Berespon terhadap Terapi Farmakologi
• Episode manik
Tidak ada perubahan pada beberapa percobaan terapi kombinasi (mood
stabilizers, antipsikotik, dan benzodiazepine.
• Gejala Katatonik
Terapi lorazepam telah gagal
Evaluasi Pasien
• Sebelum dan sesudah ECT
Hamilton rating Scale for Depression (HAM-D-17)
Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS)
Young Mania Rating Scale (YMRS)
Mini Mental State Examination (MMSE)
Clinical Global Impression scale, severity subscale (CGIs),
Katatonik Bush-Francis Catatonia Rating Scale (BFCRS)
• Psikiatri senior 20 tahun pengalaman dengan pasien bipolar
• Respon atau tidak evaluasi dengan subskala peningkatan CGI = CGIi
• Tidak berespon CGIi ≥ 3
Prosedur ECT
• Induksi anastesi thiopental intravena (2-4 mg/kg)
• Relaksan otot suksinilkolin (0,5-1 mg/kg).
• Pasien katatonik relaksan non depolarisasi rekuronium (0,3 mg/kg IV
dan sugammadex (4mg/kg)
• ECT dilakukan 2 kali seminggu
Kecuali pasien katatonik parah 3 kali seminggu
• Parameter
Lebar pulse = 1,0
Frekuensi = 40 – 90 Hz
Durasi = 1,5 – 4 detik
Arus = 0,8 A
Prosedur ECT
• Diberikan oksigen 100% respirasi spontan
• Kejang harus dipertahankan minimal 25 detik bila kurang
tingkatkan stimulus 1,5 lipat pada terapi ECT selanjutnya
• Jumlah sesi ECT pertimbangan dokter psikiatri
• Pengobatan psikotropik konkomitan selama ECT keputusan dokter
• Antidepresan dan antipsikotik 1 minggu sebelum dan sesudah
• Litium 0,3-0,4 mEq/L malam sebelum tidak boleh
• Benzodiazepin mencegah selama sesi
• Antikonvulsa seperti valproat dan karbamazepin dilarang
Analisis Statistik
• Analisis deskriptif = mean, standar deviasi, jumlah, dan persentase
• Perbandingan antar kelompok
Chi square test kelompok yang diketagorikan
Studen’s t-test variable kontinu
Signifikan apabila p<0,05
• Memeriksa faktor resiko terhadap pasien tidak beresponnya pasien
terhadap ECT backward stepwise logistic regressions.
• SPSS very 20.0
HASIL
• 522 Pasien DSM IV
203 (38,9%) episode kini campuran
8 (1,5%) episode kini manik
311 (59,6%) episode kini depresif
• 522 pasien DSV IV TR
26 (4,98%) katatonia
7 (26,9%) episode depresi berat dengan gejala psikotik kongruen mood
3 episode depresi berat dengan gejala psikotik tidak kongruen dengan moo
19 episode campuran (10 dengan gejala psikotik kongruen mood dan 9
sisanya)
• Pasien minimal mengikuti 3 kali sesi ECT
HASIL
• Bipolar Episode Depresi
Berespon 201 (68,1%)
Tidak Berespon 94 (31,9%)
Durasi episode kini non responder > responder (11,28 vs 9,3 bulan)
Episode kronik (>2 tahun) non responder > responder (18,1% vs 10%)
Gejala psikotik non responder > responder (44,7% vs 33,3%)
Pada akhir terapi skor CGIs, HDRS-17,BPRS, YMRS responder <
nonresponder
Karakterisitk lainnya tidak ada perbedaan yang signifikan
Tabel 1 Perbedaan karakteristik demografik, gambaran klinis, karakteristik ECT dan symptomatological scales antara
responder dan non responder terhadap ECT pada 295 pasien dengan bipolar episode depresi.
Total Responders Non-responders t/x2 p
(n=295) (n=201) (N=94)
Usia (tahun) 49,80 (13,29) 50,43 (13,57) 48,45 (12,63) -1,13 ,27
Usia saat onset (tahun) 29,50 (13,99) 30,18 (13,64) 28,03 (14,68) 1,2 ,22
Jenis kelamin, wanita n (%) 177 (60,0) 120 (59,7) 57 (60,0) ,23 ,878
Durasi episode kini (bulan) 9,93 (11,20) 9,30 (10,74) 11,28 (12.08) -1,41 ,158
Durasi episode kini > 2 tahun 38 (12,9) 21 (10,4) 17 (18,1) 3,32 ,068
Jumlah Episode Sebelumnya 5,69 (2,83) 5,77 (3,05) 5,53 (2,33) -,674 ,501
Jumlah Rawat Inap Sebelumnya 3,87 (6,46) 4,15 (7,71) 3,26 (1,97) -,113 ,267
Percobaan bunuh diri, n (%) ,58 (1,45) ,06 (1,26) ,54 (,86) -,415 ,679
Kelainan Bipolar tipe II n (%) 161 (54,6) 120 (59,7) 41 (43,6) 6,68 ,01
Gejala Psikotik, n (%) 109 (36,9) 67 (33,3) 42 (44,7) 3,54 ,06
Komorbid Selama Hidup, n (%)
Kelainan panik / Agoraphobia 123 (41,7) 90 (48,8) 42 (35,1) ,117 ,246
Fobia Sosial 2 (0,7) 2 (1,0) 0 (0,0) ,942 ,332
Kelainan Obsesi Kompulsif 39 (13,2) 24 (11,9) 15 (16,0) ,901 ,343
GAD 3 (1,0) 3 (1,5) 0 (0) ,417 ,234
Anoreksia Nervosa 2 (1,0) 2 (1,0) 0 (0) ,942 ,323
Bulimia Nervosa 5 (1,7) 2 (1,0) 3 (3,2) 1,85 ,173
Penyalahgunaan Alkohol 9 (3,1) 6 (3,0) 3 (3,2) ,009 ,923
Penyalahgunaan Zat 9 (3,1) 4 (1,4) 5 (1,7) 2,40 ,21
Tabel 1 Perbedaan karakteristik demografik, gambaran klinis, karakteristik ECT dan symptomatological scales antara
responder dan non responder terhadap ECT pada 295 pasien dengan bipolar episode depresi.