Anda di halaman 1dari 37

Current Neuropharmacology, 2017, 15, 359-371

The Role of Electroconvulsive Therapy (ECT) in Bipolar


Disorder: Effectiveness in 522 Patients with Bipolar
Depression, Mixed-state, Mania and Catatonic Features
Giulio Perugia,b,+, Perpaolo Meddaa, Cristina Tonib, Michela Giorgi Mariania, Chiara Soccia
and Mauro Mauria
aDepartment of Clinical and Experimental Medicine, University of Pisa, Pisa, Italy,
bInstitue of Behavioral Science “G.De Lisio”, Carrara-Pisa, Pisa, Italy.

Dipresentasikan oleh :
Abraham Albert Nugraha
1361050199

Pembimbing
Dr. Tinon Martanita, Sp.KJ

DEPARTEMENT OF PSYCHIATRIC
CHRISTIAN UNIVERSITY OF INDONESIA
RSJ AMINO GONDOHUTOMO
2018
PENDAHULUAN
• Bipolar  penyakit serius dan sering kambuh  kemunduran kognitif
& kemunduran kognitif  sulit diterapi
• Terapi farmakologi  tidak berespon baik
• Polifarmasi  tidak ada bukti,
• ECT  terapi akut  episode manik, depresi, campur, dan
kecendrungan bunuh diri  terbukti
• Terapi farmakologi pada bipolar tidak berespon baik 
pertimbangkan ECT  perlu dipelajari lebih lagi
• Guideline terapi bipolar yang ada  Lini akhir (hanya untuk yang
parah dan resisten obat)
PENDAHULUAN
• Praktek sehari – hari  ECT menjadi lini pertama pada pasien gambaran
parah dan gawat darurat.
Ide dan behavior bunuh diri
Penurunan berat badan parah
Malnutrisi
Dehidrasi
Kelelahan yang sangat  episode depresi memanjang
Episode manik, campuran, dan gejala katatonik parah
• Tidak ada standarisasi prosedur ECT  perbedaan keputusan ECT antar
dokter
Parah dan resisten polifarmasi jangka Panjang (bulan – tahun)
• Lamanya episode  kegagalan ECT  ECT jangan jadi terapi lini akhir
Bipolar Episode Depresi
• ECT terbukti  depresi parah (major depressive disorder[MDD]
• ECT pada bipolar episode depresi  belum diteliti lebih lanjut
• Angka remisi depresi unipolar (70,6%) > bipolar (tipe I = 34,8%, tipe II =
43,3%)
• Beberapa penelitian  perbedaan tingkat remisi antara unipolar vs bipolar
• Beberapa penelitian lain  sama saja bahkan ada yang bipolar lebih baik
• Semua penelitian  setelah di ECT  tingkat switch ke manik  tidak
meningkat (vs antidepresan yang menyebabkan switch dan rapid cycle)
Bipolar Episode Depresi
• Norwegia  efikasi ECT vs farmakologiECT > farmakologi
73 pasien
Resisten terhadap pengobatan farmakologi
7 klinik psikatri akut
Respon ECT vs farmakologi: 73,9% vs 35,0%.
Remisi ECT vs farmakologi : 34,8% vs 30,0%
Bipolar I vs Bipolar 2 : tidak berbeda
• Semua penelitian  bipolar episode depresi resisten obat 
berespon baik terhadap ECT
Pertimbangkan ECT sebagai terapi
Episode Campuran
• Bipolar episode campur  gejala depresif + manik bersamaan
• Episode campuran
Fase utama
Gambaran klinis kompleks
Tidak berespon terhadap terapi konvensional
Respon terhadap mood stabilizer < episode murni
• Antidepresan  memperburuk gangguan mood
• Antipsikotik  memicu depresi
Episode Campuran
• ECT pada episode campuran  hasil yang baik  tetapi belum diteliti
mendalam
• Episode campuran  underdiagnosed  sering didiagnosis sebagai
skizofrenik atau manik
Hal ini karena difinisinya dan batasannya belum jelas  bias  data literatur
sangat sedikit  guideline terapi episode campuran minim
• Beberapa penelitian melaporkan
ECT efektif untuk episode campuran
ECT pada episode campuran memberikan respon yang signifikan
Seharusnya ECT menjadi salah satu pilihan terapi utama
Penangan lebih lanjut setelah ECT tetap diperlukan  gejala residual
Episode Mania
• Mania unipolar akut  litium (lini pertama), mood stabilizer
antiepileptic, antipsikotik
• Sekarang ECT  dipertimbangkan untuk resisten obat saja
• Respon episode mania akut terhadap ECT  80-90%
Pertimbangkan jadi terapi lini kedua setelah litium
• ECT pada bipolat episode manik  dipertimbangkan
Gejala Katatonik
• Katatonia  sindrom neuropsikiatri
Disregulasi motorik  abnormalitas pikiran, mood, dan kesadaran.
• Gejala tipikal katatonia
Imobilitas
Stupor
Negatifisme
Rigiditas
• Pasien manik  25% katatonia
• Pasien depresif  50% katatonia
Gejala Katatonik
• Khas pada skizofrenia  salah diagnosis pada bipolar
• Benzodiazepine dan ECT  disarankan untuk katatonia
• Antipsikotik  dihindari
• Efikasi ECT pada katatonia  diakui  tetapi belum banyak diteliti
• ECT pada katatonia  tingkat respons = 80-90%
Tujuan Penelitian
• Menggambarkan hasil jangka pendek terapi ECT pada beberapa fase
kelainan bipolar pada pasien – pasien bipolar yang dirujuk ke
Departemen Psikatri Universitas Pisa, Itali.
• Semua pasien  resisten terhadap terapi farmakologi
• Komparasi  respon dan nonrespon
Metode
Sampel
• 522 pasien bipolar resisten terhadap obat
• Januari 2006 – Mei 2011
• Departemen Psikiatri Universitas Pisa, Itali
• Usia 18 tahun atau lebih
• Memenuhi kriteria diagnostik diagnostic and Statistical of Mental
Disorders, IV-TR edition (DSM-IV-TR),
• Diagnosis ditentukan  2 dokter psikatri senior berpengalaman
• Disetujui oleh badan etik lokal rumah sakit Universitas Pisa, Itali
• Pada pasien katatonik  inform konsen dan keputusan  keluarga
Metode
Definisi Resisten atau Tidak Berespon terhadap Terapi Farmakologi
• Episode campuran
Gejala persisten
1 kali percobaan pemberian 2 / lebih mood stabilizers
16 minggu
Dan atau antipsikotik tipikal/atipikal dan antidepresan
• Episode depresif
2 kali pengobatan minimal 8 minggu
1 kali mood stabilizer + selective reuptake inhibitor (cth fluoxetine)
1 kali mood stabilizer + antidepresan trisiklik (imipramine)
Bila ada gejala psikotik = sudah diberi antipsikotik
Metode
Definisi Resisten atau Tidak Berespon terhadap Terapi Farmakologi
• Episode manik
Tidak ada perubahan pada beberapa percobaan terapi kombinasi (mood
stabilizers, antipsikotik, dan benzodiazepine.
• Gejala Katatonik
Terapi lorazepam telah gagal
Evaluasi Pasien
• Sebelum dan sesudah ECT
Hamilton rating Scale for Depression (HAM-D-17)
Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS)
Young Mania Rating Scale (YMRS)
Mini Mental State Examination (MMSE)
Clinical Global Impression scale, severity subscale (CGIs),
Katatonik  Bush-Francis Catatonia Rating Scale (BFCRS)
• Psikiatri senior  20 tahun pengalaman dengan pasien bipolar
• Respon atau tidak  evaluasi dengan subskala peningkatan CGI = CGIi
• Tidak berespon  CGIi ≥ 3
Prosedur ECT
• Induksi anastesi  thiopental intravena (2-4 mg/kg)
• Relaksan otot  suksinilkolin (0,5-1 mg/kg).
• Pasien katatonik  relaksan non depolarisasi  rekuronium (0,3 mg/kg IV
dan sugammadex (4mg/kg)
• ECT dilakukan 2 kali seminggu
Kecuali pasien katatonik parah  3 kali seminggu
• Parameter
Lebar pulse = 1,0
Frekuensi = 40 – 90 Hz
Durasi = 1,5 – 4 detik
Arus = 0,8 A
Prosedur ECT
• Diberikan oksigen 100%  respirasi spontan
• Kejang harus dipertahankan minimal 25 detik  bila kurang
tingkatkan stimulus 1,5 lipat pada terapi ECT selanjutnya
• Jumlah sesi ECT  pertimbangan dokter psikiatri
• Pengobatan psikotropik konkomitan selama ECT  keputusan dokter
• Antidepresan dan antipsikotik  1 minggu sebelum dan sesudah
• Litium  0,3-0,4 mEq/L  malam sebelum tidak boleh
• Benzodiazepin  mencegah selama sesi
• Antikonvulsa seperti valproat dan karbamazepin  dilarang
Analisis Statistik
• Analisis deskriptif = mean, standar deviasi, jumlah, dan persentase
• Perbandingan antar kelompok 
Chi square test  kelompok yang diketagorikan
Studen’s t-test  variable kontinu
Signifikan apabila p<0,05
• Memeriksa faktor resiko terhadap pasien tidak beresponnya pasien
terhadap ECT  backward stepwise logistic regressions.
• SPSS very 20.0
HASIL
• 522 Pasien  DSM IV
203 (38,9%) episode kini campuran
8 (1,5%) episode kini manik
311 (59,6%) episode kini depresif
• 522 pasien  DSV IV TR
26 (4,98%) katatonia
7 (26,9%) episode depresi berat dengan gejala psikotik kongruen mood
3 episode depresi berat dengan gejala psikotik tidak kongruen dengan moo
19 episode campuran (10 dengan gejala psikotik kongruen mood dan 9
sisanya)
• Pasien minimal mengikuti 3 kali sesi ECT
HASIL
• Bipolar Episode Depresi
Berespon  201 (68,1%)
Tidak Berespon  94 (31,9%)
Durasi episode kini non responder > responder (11,28 vs 9,3 bulan)
Episode kronik (>2 tahun) non responder > responder (18,1% vs 10%)
Gejala psikotik non responder > responder (44,7% vs 33,3%)
Pada akhir terapi skor CGIs, HDRS-17,BPRS, YMRS  responder <
nonresponder
Karakterisitk lainnya  tidak ada perbedaan yang signifikan
Tabel 1 Perbedaan karakteristik demografik, gambaran klinis, karakteristik ECT dan symptomatological scales antara
responder dan non responder terhadap ECT pada 295 pasien dengan bipolar episode depresi.
Total Responders Non-responders t/x2 p
(n=295) (n=201) (N=94)
Usia (tahun) 49,80 (13,29) 50,43 (13,57) 48,45 (12,63) -1,13 ,27
Usia saat onset (tahun) 29,50 (13,99) 30,18 (13,64) 28,03 (14,68) 1,2 ,22
Jenis kelamin, wanita n (%) 177 (60,0) 120 (59,7) 57 (60,0) ,23 ,878
Durasi episode kini (bulan) 9,93 (11,20) 9,30 (10,74) 11,28 (12.08) -1,41 ,158
Durasi episode kini > 2 tahun 38 (12,9) 21 (10,4) 17 (18,1) 3,32 ,068
Jumlah Episode Sebelumnya 5,69 (2,83) 5,77 (3,05) 5,53 (2,33) -,674 ,501
Jumlah Rawat Inap Sebelumnya 3,87 (6,46) 4,15 (7,71) 3,26 (1,97) -,113 ,267
Percobaan bunuh diri, n (%) ,58 (1,45) ,06 (1,26) ,54 (,86) -,415 ,679
Kelainan Bipolar tipe II n (%) 161 (54,6) 120 (59,7) 41 (43,6) 6,68 ,01
Gejala Psikotik, n (%) 109 (36,9) 67 (33,3) 42 (44,7) 3,54 ,06
Komorbid Selama Hidup, n (%)
Kelainan panik / Agoraphobia 123 (41,7) 90 (48,8) 42 (35,1) ,117 ,246
Fobia Sosial 2 (0,7) 2 (1,0) 0 (0,0) ,942 ,332
Kelainan Obsesi Kompulsif 39 (13,2) 24 (11,9) 15 (16,0) ,901 ,343
GAD 3 (1,0) 3 (1,5) 0 (0) ,417 ,234
Anoreksia Nervosa 2 (1,0) 2 (1,0) 0 (0) ,942 ,323
Bulimia Nervosa 5 (1,7) 2 (1,0) 3 (3,2) 1,85 ,173
Penyalahgunaan Alkohol 9 (3,1) 6 (3,0) 3 (3,2) ,009 ,923
Penyalahgunaan Zat 9 (3,1) 4 (1,4) 5 (1,7) 2,40 ,21
Tabel 1 Perbedaan karakteristik demografik, gambaran klinis, karakteristik ECT dan symptomatological scales antara
responder dan non responder terhadap ECT pada 295 pasien dengan bipolar episode depresi.

Total Responders Non-responders t/x2 p


(n=295) (n=201) (N=94)
Karakteristik Terapi ECT
Total sesi ECT, mean (sd) 7,67 (2,16) 7,67 (1,99) 7,67 (2,05) -,005 ,996
Dosis elektrik pada sesi pertama, mC 169,74 (49,01) 170,37 (50,94) 168,38 (44,83) -,324 ,746
Dosis elektrik pada sesi terakhir, mC 272,63 (111,64) 264,92 (109,94) 289,13 (114,04) -1,742 ,083
Aktivitas Kejang EEG, detik (sd) 39,92 (16,70) 40,63 (15,99) 38,39 (18,12) -,543 ,285
Symptomatological Rating Scale, mean (sd)
CGI- Severity
Baseline 5,94 (,61) 5,90 (,78) 6,03 (,40) -1,417 ,038
Final 3,33 (1,22) 2,81 (1,28) 4,44 (,80) -2,08 ,000
Ham D
Baseline 23,81 (4,15) 23,95 (4,3) 23,51 (3,81) ,84 ,40
Final 11,06 (4,90) 9,13 (3,80) 15,2 (4,42) -12,13 ,000
Young Mania Rating Scale
Baseline 7,48 (5,02) 6,74 (4,79) 9,08 (5,15) -3,73 ,000
Final 4,58 (4,26) 3,53 (3,43) 6,82 (4,96) -5,81 ,000
BPRS Total Score
Baseline 53,39 (10,67) 53,48 (10,98) 53,21 (10,03) ,205 ,84
Final 36,07 (7,81) 33,13 (5,46) 42,35 (8,39) -11,3 ,000
BPRS Psychotic Cluster
Baseline 8,06 (4,43) 6,82 (4,30) 7,58 (4,68) -1,34 ,182
HASIL
• Bipolar Episode Campuran
Berespon  152 pasien (72,9%)
Tidak berespon  55 pasien (27,9%)
Lamanya episode kini  nonresponder > responder (13,49 vs 7,56 bulan)
Jumlah episode >1 tahun  nonresponder > responder (38,1% vs 20,4%)
Skor rata – rata HAM-D-17, YMRS, CGIs, HDRS-17, BPRS, YMRS setelah terapi
 responder < nonresponder
Lamanya episode kini  predictor kegagalan atau no response pada terapi
ECT
Karakteristik lainnya  serupa atau tidak ada perbedaan yang signifikan
Tabel 2 Perbedaan karakteristik demografik, gambaran klinis, karakteristik ECT dan symptomatological scales antara
responder dan non responder terhadap ECT pada 197 pasien dengan bipolar episode campuran
Total Responders Non-responders t/x2 p
(n=197) (n=142) (N=55)
Usia (tahun) 43,92 (13,00) 43,59 (12,34) 44,76 (14,64) ,567 ,57
Usia saat onset (tahun) 24,40 (19,29) 23,95 (9,76) 25,56 (11,54) ,987 ,32
Jenis kelamin, wanita n (%) 119 (60,4) 85(39,9) 34 (61,8) ,064 ,80
Durasi episode kini (bulan) 9,22 (11,08) 7,56 (7,11) 13,49 (16,95) 3,46 ,001
Durasi episode kini > 1 tahun 51 (25,9) 31 (20,4) 21 (38,1) 4,36 ,037
Jumlah Episode Sebelumnya 5,35 (3,18) 5,50 (3,14) 4,96 (3,27) 1,06 ,29
Jumlah Rawat Inap Sebelumnya 3,58 (2,49) 3,60 (2,51) 3,55 (2,46) -1,34 ,89
Percobaan bunuh diri, n (%) 54 (27,4) 40 (28,2) 14 (25,5) ,147 ,70
Gejala Psikotik, n (%) 146 (74,1) 103 (72,5) 43 (78,2) ,66 ,42
Gejala psikotik nonkongruen dengan mood, n (%) 50 (25,4) 35 (24,6) 15 (27,3) ,67 ,71

Komorbid Selama Hidup, n (%)


Kelainan panik / Agoraphobia 77 (39,1) 59 (41,5) 18 (32,7) 1,12 ,25
Fobia Sosial 3 (1,5) 1 (0,7) 2 (3,6) 2,27 ,13
Kelainan Obsesi Kompulsif 29 (14,7) 20 (14,1) 9 (16,4) ,164 ,68
Anoreksia Nervosa 3 (1,5) 2 (1,4) 1 (1,8) ,044 ,83
Bulimia Nervosa 6 (3,0) 4 (2,8) 2 (3,6) ,09 ,76
Penyalahgunaan Alkohol 10 (5,1) 6 (4,2) 4 (7,3) ,76 ,38
Penyalahgunaan Zat 12 (6,1) 8 (5,6) 4 (7,3) ,18 ,67
Tabel 2 Perbedaan karakteristik demografik, gambaran klinis, karakteristik ECT dan symptomatological scales antara
responder dan non responder terhadap ECT pada 197 pasien dengan bipolar episode campuran
Total Responders Non-responders t/x2 p
(n=197) (n=142) (N=55)
Karakteristik Terapi ECT
Total sesi ECT, mean (sd) 7,49 (2,42) 7,55 (2,02) 7,33 (3,24) -,577 ,56
Dosis elektrik pada sesi pertama, mC 149,12 (45,25) 148,65 (41,83) 152,4 (53,0) ,528 ,598
Dosis elektrik pada sesi terakhir, mC 248,03 (120,08) 248,99 (122,14) 245,5 (115,6) -,181 ,856
Aktivitas Kejang EEG, detik (sd) 42,37 (19,76) 40,85 (13,91) 46,27 (29,8) 1,73 ,08
Symptomatological Rating Scale, mean (sd)
CGI- Severity
Baseline 5,99 (0,60) 5,61 (,67) 6,07 (0,33) 1,21 ,23
Final 3,61 (1,05) 3,23 (,92) 4,60 (0,66) 10,14 ,000
Ham D
Baseline 22,18 (4,94) 22,45 (4,65) 21,45 (5,57) -1,28 0,20
Final 10,84 (4,77) 9,62 (3,96) 13,96 (5,26) 6,26 ,000
Young Mania Rating Scale \
Baseline 16,96 (6,96) 16,6 (7,37) 17,90 (5,70) 1,16 ,24
Final 8,65 (5,57) 7,33 (5,02) 12,07 (5,50) 5,79 ,000
BPRS Total Score
Baseline 61,59 (13,26) 61,65 (12,88) 61,07 (14,32) -,28 ,78
Final 39,91 (9,21) 37,21 (7,15) 46,85 (10,28) 7,45 ,000

BPRS Psychotic Cluster


Baseline 12,10 (5,92) 12,19 (6,19) 11,85 (5,17) -3,64 ,72
Final 7,25 6,61 (2,75) 8,89 (3,72) 4,69 ,000
HASIL
• Bipolar Episode Mania
Berespon  6 pasien (75%)
Tidak Berespon  2 pasien (25%)
Karakteristik dapat dilihat di tabel 3
Pada akhir terapi  skor CGIs, BPRS total, BPRS kluster psikotik, dan skor YMR
menunjukkan penurunan signifikan = perbaikan
Tabel 3 Gambaran demografi, klinis, diagnosis, dan komorbid, CGI, YMRS, BPRS total dan BPRS Psychotic Scores
sebelum dan sesudah Terapi ECT pada 8 pasien dengan episode manik
Usia (tahun) 41,00 (11,31)
Jenis Kelamin, Wanita, n (%) 4 (50,0)
Durasi Episode kini (bulan) 3,63 (2,20)
Jumlah rawat inap sebelumnya 3,13 (3,04)
Usaha bunuh diri, n (%) ,13 (,35)
Diagnosis, n (%) 16,73 (11,83)
Episode manik tanpa gejala psikotik 1 (12,5)
Episode manik dengan gejala psikotik kongruen mood 4 (50,0)

Episode manik dengan gejala psikotik yang tidak kongruen 3 (37,5)


dengan mood
Penyakit komorbid selama hidup, n (%)
Kelainan panik / agoraphobia 0 (0,00)
Fobia Sosial 0 (0,00)
Kelainan obsesi kompulsif 1 (12,5)
Anoreksi Nervosa 0 (0,00)
Bulimia Nervosa 0 (0,00)
Penyalahgunaan alkohol 1 (12,5)
Penyalahgunaan zat 0 (0,00)
Tabel 3 Gambaran demografi, klinis, diagnosis, dan komorbid, CGI, YMRS, BPRS total dan BPRS Psychotic Scores
sebelum dan sesudah Terapi ECT pada 8 pasien dengan episode manik

Karakterisitk Terapi ECT


Total sesi ECT 6,25 (3,69)
Dosis elektrik pada sesi pertama, mC 146,00 (35,71)
Dosis elektrik pada sesi terakhir, mC 259,00 (101,73)
Aktivitas kejang EEG, sec. 34,25 (14,49)
Symptomatological Rating Scale, mean (sd)
CGI-S
Baseline 6,63 (,52)
Final 4,38 (,92)a
YMRS
Baseline 42,12 (3,40)
Final 17,38 (8,14)b
BPRS total score
Baseline 81,75 (13,23)
Final 45,38 (11,64)c
BRPS psychotic cluster score
Baseline 16,63 (6,02)
Final 8,25 (3,81)d
Baseline vs Final:
at = 4,96 p = ,002; bt=0,30 p = ,000; ct = 6,27 p=,000; dt=4,96 p=,002
HASIL
• Bipolar dengan Gejala Katatonik
Responder  21 (80,7%) pasien
Nonresponder  5 (19,3%) pasien
Karakteristik dapat dilihat pada tabel 4
Rata – rata skor CGIs, BFCRS, BPRS total dan kluster psikotik, YMRS lebih
rendah pada akhir terapi = perbaikan
Tabel 4 Gambaran demografi, klinis, diagnosis, dan komorbid, CGI, YMRS, BPRS total dan BPRS Psychotic Scores
sebelum dan sesudah Terapi ECT pada 26 pasien dengan gejala katatonik yang parah
Usia (tahun) 49,50 (12,52)
Usia pada saat onset (tahun), rata – rata (sd) 28,08 (12,82)
Jenis Kelamin, Wanita, n (%) 23 (88,5)
Durasi Episode kini (bulan), rata – rata (SD) 7,12 (3,28)
Durasi Gejala katatonik (minggu), rata – rata (SD) 16,73 (11,83)

Riwayat katatonia pribadi, n(%) 10 (38,5)


Jumlah episode mood sebelumnya, Mean (sd) 5,27 (2,84)
Jumlah Rawat Inap sebelumnya, mean (sd) 3,19 (1,94)
Usaha bunuh diri, n (%) 0,12 (0,43)
Diagnosis, n (%)
Bipolar episode depresi, n(%) 7 (26,9)
1) Gejala psikotik kongruen dengan mood 4 (15,4)

1) Gejala psikotik tidak kongruen dengan mood 3 (11,5)

Bipolar Episode Campur, n(%) 19 (73,1)


1) Gejala psikotik konguren dengan mood 9 (34,6)

1) Gejala psikotik tidak kongruen dengan mood 10 (38,5)


Tabel 4 Gambaran demografi, klinis, diagnosis, dan komorbid, CGI, YMRS, BPRS total dan BPRS Psychotic Scores
sebelum dan sesudah Terapi ECT pada 26 pasien dengan gejala katatonik yang parah
Penyakit komorbid selama hidup, n (%)
Kelainan panik / agoraphobia 4 (15,4)
Penyalahgunaan alkohol 1 (3,8)
Karakterisitk Terapi ECT
Total sesi ECT 10,15 (3,02)
Dosis elektrik pada sesi pertama, mC 185,9 (54,3)
Dosis elektrik pada sesi terakhir, mC 336,0 (125,7)
Aktivitas kejang EEG, sec. 34,04 (9,48)
Symptomatological Rating Scale, mean (sd)
CGI-S
Baseline 6,88 (,33)
Final 3,73 (1,05)a
YMRS
Baseline 32,23 (8,05)
Final 5,77(5,46)b
BPRS total score
Baseline 105,08 (26,06)
Final 47,92 (21,08)c
BRPS psychotic cluster score
Baseline 18,62 (5,91)
Final 7,96 (5,09)d
Baseline vs Final:
at=11,68 p =,000; bt=17,34 p=,000;ct=11,37 p=,000;dt=8,50 p=,000
DISKUSI
• Pasien kami  2/3berespon klinis secara signifikan terhadap ECT
• Pengawasan yang baik  ECT aman dan tidak cendrung tidak
memberikan efek samping
• ECT  tidak menginduksi episode mania ataupun depresi  mood
stabilizer
DISKUSI
• Syarat mood stabilizer pada bipolar
Menurunkan frekuensi + keparahan suatu episode
Tidak memperparah episode lainnya
Mencegah kekambuhan
Mencegah switch ke episode lainnya
• Litium dan antikonvulsan pada bipolar episode apapun parah,
terdapat gejala psikotik, dan delirium  tidak berespon
• Bila diberi antidepresan dan antikonvulsan  memicu switch episode
• ECT  lebih efektif
DISKUSI
• Penelitian mengenai ECT sebagai profilaksis jangka Panjang dan
penelitian mengenai Continuation-ECT dan Maintenance-ECT belum
ada.
• Penelitian ini  terapi ECT jangka Panjang  efektif
• Penelitian lain
M-ECT  menurunkan lamanya pasien dirawat inap
• Diperlukan : penelitian perbandingan efikasi antar m-ECT dengan
terapi farmakologi  menentukan efikasi, kemanan dari terapi ECT
jangka panjang + menentukan frekuensi dan durasi terapi ECT jangka
Panjang yang aman.
Diskusi
• Lamanya episode kini + tingkat keparahan  prediktor tidak
beresponnya pasien
• Menjadi suatu hal yang harus diperhatikan :
Guideline – guideline yang ada menjadikan ECT terapi lini akhir  resiko
kegagalan terapi ECT
Guideline dipertimbangkan  diubah
Kesimpulan
• ECT  efektif untuk semua episode bipolar
• ECT Seharusnya menjadi salah satu terapi pilihan utama
• Episode yang memanjang adalah faktor resiko kegagalan terapi ECT
(tidak berespons)

Anda mungkin juga menyukai