1
CEREBROVASCULAR DISEASE
1. TIA
2. INFARK SEREBRAL
3. HEMATOM INTRASEREBRAL
4. PENDARAHAN SUBARACHNOID
5. ENSEFALOPATI HIPERTENSI
2
DEFINISI
• Gangguan mendadak dari peredaran darah di
otak atau adanya perdarahan setempat di otak
yang menimbulkan kelainan fokal neurologik
3
STROKE
4
Epidemiologi
Di Indonesia, menurut SKRT th 1995, stroke
termasuk penyebab kematian utama, dengan
3 per 1000 penduduk menderita penyakit
stroke dan jantung iskemik.
5
Klasifikasi
Stroke
Ischemic Hemorrhagic
TIA Tipe carotis
stroke stroke
Thrombosis Subarachnoid
hemorrhage
Lacunar
Cryptogenic
Other 6
JENIS
7
ISCHEMIC STROKE
8
Etiologi Ischemic Stroke
9
Faktor Resiko Ischemic Stroke
10
Ischemic Stroke
Patofisiologi
Cardioembolic stroke (15-30%)
Fibrilasi atrium akibat thrombus mural, penyakit
katup jantung (penyakit jantung rheumatik,
regurgitasi / stenosis mitral, endokarditis).
Terjadi recanalization(90%) cardioemboli tidak
tampak pada angiography setelah 48 jam.
Manifestasi mendadak, timbul saat aktif (bergiat).
Patofisiologi
Lacunar stroke (15-30%)
Infark arteri kecil akibat hipertensi, diabetes
kerusakan endothelial.
12
Penyebab Lain Ischemic Stroke
13
Ischemic Stroke
14
15
Ischemic Stroke
16
MCA Syndrome
Superior MCA Syndrome Inferior MCA Syndrome
• Hemiparesis kontralateral • Contralateral homonymous
• Sensory loss (esp. face & hemianopia (one-sided
distal arm) blind)
• Contralateral conjugate • Little/ no weakness, sensory
gaze paresis loss, gaze paresis.
• Motor aphasia (Broca • Sensory aphasia (Wernicke
aphasia) type)
17
ACA Syndrome
Unilateral ACA Infarct Bilateral ACA Infarct
Contralateral leg weakness Abulia (lack of will)
Sensory loss (esp. distal) Muteness
Complete hemiparesis Motor inertia
Incontinence Psychomotor retardation
Speech disturbance (unable Incontinence
to initiate spontaneous Diffusely increased muscle
speech) tone
Akinetic mutism
18
PCA Syndrome
PCA Infarction Bilateral PCA Infarct
• Homonymous hemianopia • Complete cortical blindness
• Inability to read without • Visual agnosia
signs of aphasia (alexia • Achromatophia
without agraphia) • Impaired memory
19
ICA Syndrome Vertebrobasilar Syndrome
Emboli a. retina In brainstem & cerebellum
ipsilateral transient Diplopia, vertigo, heaing loss,
monocular blindness circumoral numbness, dysphagia,
hiccups, nausea, vomiting,
(amaurosis fugax)
↓consciousness.
Contralateral weakness On examination : dysconjugate gaze,
Sensory loss nystagmus, unilateral pharyngeal
weakness, prominent ataxia,
Homonymous hemianopia bilateral/ crossed (ipsilateral face,
Aphasia / hemineglect contralateral arm & leg) motor &
sensory deficit.
20
Brainstem Stroke Syndrome
21
Lacunar Syndrome
Occlusion of aa.
Occlusion of aa. lenticulostriatae thalamoperforate
Branches of MCA, supplying Branches of PCA, supplying
internal capsule, basal thalamus.
ganglia, corona radiata. • Contralateral sensory loss.
Motor hemiparesis (face, • No other neurologic deficit.
arm, leg).
No sensory loss,
homonymous hemianopia,
aphasia, or hemineglect.
22
Ischemic Stroke
23
Ischemic Stroke
Diagnosa Banding
• Migrain
• Epilepsi parsial
• Tumor intrakranial, malformasi vaskular,
hematoma subdural kronik
• Sklerosis multipel
• Gangguan vestibular
• Lesi saraf perifer atau radiks saraf (palsi nervus
kranialis)
• Hipoglikemia
• Hiperventilasi
24
Ischemic Stroke
Farmakoterapi
1. THROMBOLYSIS
• rt-PA (recombinant tissue plasminogen activator), IV dalam
3 jam setelah onset.
2. OBAT ANTIPLATELET
• Aspirin
– Diberikan dosis rendah
– Asprin + dipridamol lebih efektif
– KI : ulkus peptikum
– Klopidogrel untuk pasien yg mentoleransi aspirin
3. OBAT ANTIKOAGULAN
• Warfarin
– I: jika suber emboli dari jantung, meliputi fibrilasi atrium
nonreumatik
4. CEA (Carotid End-Arterectomy)
– Untuk membersikan ateroma pada arteri karotis interna pada kasus
stenosis karotis berat yang simptomatik
25
Ischemic Stroke
Non-farmakoterapi
• Memodifikasi faktor resiko
– Menangani hipertensi
– Berhenti merokok
– Menurunkan kolesterol serum dengan diet dan
obat - obatan
26
Komplikasi
• Hemorrhagic transformation
• Brain edema
• Seizure
• Medical complication : pneumonia, urosepsis,
deep venous thrombosis (DVT), pulmonary
embolism, hyperglycemia.
27
HEMORRHAGIC STROKE
28
Penyebab Intracranial Hemorrhage
29
30
Intracerebral Hemorrhage
Faktor Resiko Manifestasi Klinis
• Hipertensi • Defisit fokal neurologis
• Merokok mendadak dan memburuk
• Alkoholik dalam hitungan detik –
menit.
• Riwayat keluarga : mutasi
alel APOE ε2 & ε4 • Sakit kepala, mual, muntah.
deposit amiloid.
31
Subarachnoid Hemorrhage
Faktor Resiko Manifestasi Klinis
• Aneurisma pembuluh darah Sakit kepala hebat &
otak mendadak, kadang diikuti
• Hipertensi gejala fokal neurologis.
• Merokok Sentinel hemorrhage
• Riwayat keluarga sakit kepala hebat yang
berlangsung beberapa hari –
1 minggu; onset beberapa
hari sebelum ruptur
pembuluh darah terjadi (10-
15% kasus).
32
Diagnosis
1.Anamnesa : riwayat hipertensi
2.Pemeriksaan Lab
a) CBC (complete blood count) & platelet
b) LFT (liver function test)
c) Cairan cerebrospinal LCS mengandung
eritrosit pada subarachnoid hemorrhage
3. Pemeriksaan Penunjang
a) CT scan & MRI
b) Angiography & venography
33
34
Penatalaksanaan Umum
• ABC
• Monitor tanda- tanda vital : TD, status
respirasi.
• Bed rest
• Koreksi adanya hiperglikemia atau
hipoglikemia
• Pertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit
35
Tatalaksana
Perdarahan Perdarahan Perdarahan
Intraserebral Intrakranial yang subaraknoid
meninggi
- Obati penyebabnya 1. Manitol bolus 1 a. Nimodipin untuk
- Turunkan tekanan gr/kgBB mencegah
intrakranialnya 2. Gliserol 50% oral vasospasme
- Berikan 3. Furosemid 1 b. Tindakan operasi
neuroprotektor mg/kgBB IV
-Tindakan bedah 4. Intubasi dan
hiperventilasi
terkontrol dengan
oksigen hiperbarik
sampai pCO2 =
29-35 mmHg
5. Steroid
6. Tindakan
kraniotomi
dekompresif 36
Tatalaksana
Rehabilitasi Fisik
• Bed exercise
• Speech therapy
37
Hubungan Faktor Nutrisi dan Risiko Stroke
39
HYPERTENSIVE ENCEPHALOPATHY
• Pe↑ mendadak TD baik dg ada atau tidak adanya
HT kronik ensefalopati & sakit kepala (dapat
timbul beberapa jam ~ hari)
– Gejala neurologik dapat timbul, cth: muntah, gg
visual, defisit neurologik fokal lain
– Biasanya pd ps dg HT kronik perlu > 250/150 mmHg
– Patogenesis: spasme serebrovaskuler, terganggunya
proses autoregulasi dari aliran darah
– Proses diatas dapat infark² kecil, & petechial
hemorrage, biasanya efek ke batang otak > prominen
40
Keterangan
Tanda & • Oftalmoskopi: spasme aa. Retinal, retinal hemorrage,
Gejala eksudat, papilledema
• Pungsi lumbal: tekanan CSF N/↑ & protein
• CT & MRI: daerah densitas rendah edema
42
TIA
• Episode gangguan fokal iskemia
Faktor resiko :
otak yang bersifat reversibel
• Merokok
tanpa adanya tanda-tanda
infark serebral dan berlangsung
• Hipertensi
singkat ( < 24 jam). • Hiperkolesterol
• TIA → “warning-sign” terjadinya
• Diabetes
stroke di kemudian hari jika • Gangguan
tidak ditangani dengan baik.
hematologi
43
Etiologi
• Bekuan darah pada arteri di otak
• Bekuan darah dari bagian tubuh lain (mis: jantung) yang menuju ke otak
44
• Gejala klinis:
– Kelumpuhan (lemah) otot wajah, lengan, dan tungkai pada satu sisi
– Gangguan pandangan
– Perubahan emosi
– Gangguan kesadaran
– Kesulitan menelan
– Vertigo / pusing
– Agnosia
45
• Karotis (paling sering) :
- Hemiparesis
- hilangnya sensasi hemisensorik
- disfasia
- kebutaan monokular (amaurosis fugax) yang
disebabkan oleh iskemia retina
• Vertebrobasilar :
- Paresis atau hilangnya sensasi bilateral atau
alternatif
- kebutaan mendadak bilateral (pada pasien
usia lanjut)
- diplopia,ataksia,vertigo,disfagia – setidaknya
2 dari 3 gejala ini terjadi secara bersamaan
46
Arteri serebral yang terlibat dalam TIA:
• Carotid interna
• Ophthalmic
• Vertebral
• Basilar
• Serebelar
• Percabangan yang masuk ke dalam kapsula
interna
• Thalamus
• Batang otak
47
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan darah rutin , LED
• Glukosa darah dan kolesterol
• EKG
• Rontgen toraks,ekokardiogram –jika diduga terdapat emboli
kardiogenik
• CT-Scan kanial – mendekteksi CVD yang telah ada sebelumnnya dan
menyingkirkan kemungkinan lesi struktural seperti tumor tang
menunjukan gejala seperti TIA
• USG Karotis atau angiografi – untuk mendeteksi stenosis karotis
pada pasien TIA dengan lokasi lesi karotis
• Kultur darah - jika terdapat dugaan endokarditis infektif
48
Diagnosis TIA
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik:
– Status mental
– Pemeriksaan saraf kranial pergerakan mata & wajah
– Auskultasi leher carotid bruits
– Frekuensi jantung atrial fibrillation
– Pemeriksaan lengan & tungkai tonus, kekuatan, sensasi
– Pemeriksaan terhadap koordinasi & keseimbangan
49
50
TRAUMA
Hematom epidural
Hematom subdural
Trauma medula spinalis
51
Trauma
Concussion/commotio serebral
Keadaan dimana berhentinya sementara fungsi otak, dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran, sehubungan dengan aliran darah ke otak.
Kehilangan kesadaran sebagai akibat adanya stres/tekanan/rangsang
pada reticular activating system pada midbrain menyebabkan disfungsi
elektrofisiologi sementara.
Gangguan kesadaran terjadi hanya beberapa detik atau beberapa jam.
Pada concussion yang berat akan terjadi kejang-kejang dan henti nafas,
pucat, bradikardia, dan hipotensi yang mengikuti keadaan penurunan tingkat
kesadaran.
52
• Contusio serebri
54
PERDARAHAN
SUBDURAL HEMATOMA
Perdarahan antara duramater dan lapisan arachnoid pada lapisan
meningen yang membungkus otak.
Oleh karena subdural hematoma berhubungan dengan kerusakan
vena, sehingga hematoma terjadi secara perlahan-lahan. Tetapi bila
disebabkan oleh kerusakan arteri maka kejadiannya secara cepat.
Bila terjadi kompresi jaringan otak maka akan terjadi peningkatan ICP
menyebabkan penurunan tingkat kesadaran dan nyeri
Somnolence, confusio, lethargy, kehilangan memory merupakan
masalah kesehatan yang berhubungan dengan subdural hematoma.
55
Perdarahan subarachnoid
57
Faktor resiko
• Faktor diet
• Herediter
• Sosio ekonomi
58
Presentasi klinis
59
Diagnosa
• Pemeriksaan CT scan otak
– Mengidentifikasi adanya perdarahan
– Mengetahui ekstensinya ke otak
60
Sistem gradasi klinis perdarahan subarakhnoid
(Hunt and Hess)
Grade 1 Grade 4
Asimtomatik Stupor
Nyeri kepala minimal Hemiparesis moderat sampai berat
Kaku kuduk ringan Permulaan deserebrasi
Grade 2 Gangguan vegetatif
61
Skala klinis perdarahan subarakhnoid (Sano dan Tamura)
63
Patofisiologi
Infark pada otak
Trombus atau emboli
Perubahan Perfusi darah pada otak
Kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak
Hipoksia
Iskemia otak
Sel-sel neuron tidak mampu menyimpan glikogen
Kebutuhan metabolisme tergantung dari glukosa dan oksigen pada arteri yang
menuju ke otak
Nekrosis neuron
Infark pada otak
64
TUMOR
65
Tumor otak
66
Klasifikasi tumor otak
• Jenis
– Jinak : Acoustic neuroma, Meningioma, Pituitary adenoma,
Astrocytoma (grade I)
– Ganas : Astrocytoma (grade 2,3,4), Oligodendroglioma,
Apendymoma
• Lokasi
– Tumor supratentorial (glioblastoma multiforme, astroscytoma,
oligodendroglioma, meningioma)
– Tumor infratentorial (schwanoma akustikus, tumor metastasis)
67
Manifestasi Klinis
• Nyeri Kepala
• Perubahan status mental
• Seizure
• Muntah
• Vertigo
68
DEMENSIA & ALZHEIMER
69
Pendahuluan
• Konfusio Akut adalah Suatu akibat gangguan
menyeluruh fungsi kognitif yang ditandai oleh
memburuknya secara mendadak derajat
kesadaran dan terganggunya proses berfikir
yang berakibat terjadinya disorientasi
• Dimensia adalah suatu sindroma klinik yang
meIputi hilangnya intelektual dan ingatan
/memori sedemikian berat sehingga
menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari
70
Patogenesis Konfusio
• Metabolisme otak terutama tergantung pada
jumlah glukosa dan oksigen yang mencapai
otak
• Penurunan mendadak dan pasokan tersebut
akan mengganggu jalur metabolik otak dan
menyebabkan terjadinya konfusio
• Hal ini sangat mencolok pada usila, dimana
berbagai mekanisme cadangan homeostatik
sudah sangat buruk
71
Diagnosa banding konfusio akut dan
penyakit Alzheimer
Penyakit Demensia Alzheimer
Konfusio Akut
72
• Kecernasan, agitasi, • Tak hirau akan masalah
ketakutan, delusi, sering tampak gembira,
halusinasi, (terutama delusi sering pada tahap
visual) mis. Interprestasi demensia tahap akhir,
visual sangat jelas. Sulit untuk mempertahan
Disorganisasi pemikiran kan pembicaraan,
dan bicara, sering hal jawaban sering tak sesuai
yang tampak betul terjadi mungkin disfasia
• Keadaan fisik tanpak • Keadaan fisik memburuk
cepat memburuk, pada derajat akhir
penderita tampak sakit penyakit
berat • Tak adanya bukti tentang
• Pemeriksaan fisik dan penyakit yang mendasari,
penunjang menunjukan mendukung diagnosis
penyakit yang mendasari penyakt alzheimer
73
Dementia
• Demensia adalah suatu sindroma klinik yang
meliputi hilangnya intelektual dan ingatan
/memori sedemikian berat sehingga
menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari
Manifestasi Klinik adalah sebagai berikut:
1. Perjalanan penyakit yang bertahap (beberapa
bulan atau tahun)
2. Tidak terdapat gangguan kesadaran
(penderita tetap sadar)
74
• Proses menua tidak sendirinya menyebabkan
terjadinya dementia
• Pada beberapa penderita tua terjadi penurunan
daya ingat dan gangguan psikomotor yang
masih wajar disebut” sifat pelupa” akibat
penuaan
• Beberapa penderita demensia sering
mengalami depresi dan konfusio sehingga
gambaran kliniknya seringkali membingungkan
75
Jenis dan Penyebab dementia pada usila
77
Tiga kelompok Penyebab Utama
1. Penyebab Intra cerebral
a .Penyebab intra serebral (Meningitis, Oedema serebral,
serangan iskemik, hidrocepalus)
b. Penyebab penurunan pasokan nutrisi serebral
- Penyebab kardiovaskular
- Penyebab respiratorik
2.Penyebab ekstra serebral
a .penyebab toksik (lnfeksi, septikemia, Alkoholisme)
b. Kegagalan mekanisme homeostatik (DM,gagal hati)
3. latrogenik
• obat hipotensi, perdarahan dan anemia, Hipoglisemia
78
Dementia Degeneratif Primer
• Dikenal dengan dementia tipe alzheimer adalah suatu
keadaan yang meliputi perubahan dan jumlah struktur
dan fungsi neoron di daerah tertentu dan korteks otak
• Terjadi suatu kekusutan neoro-fibriler dan plak-plak
neorit dan perubahan aktivitas kholinergik di daerah
tetentu diotak
• Teori mengatakan adanya faktor kromosom atau
genetik, radikal bebas, pengaruh logam aluminium,
akibat infeksi virus atau pengaruh Iingkungan
79
Dementia Multi Infark
• Dementia ini merupakan jenis kedua tipe
terbanyak setelah Alzheimer
• Didapat dari sisa gejala Stroke kortikal atau sub
kortikal yang berulang
• Yang khas adanya gejala dan tanda menunjukan
penurunan bertingkat, dimana setiap episode
akut menurunkan keadaan kognitif
• Pada banyak penderita sering dijumpai gejala dan
tanda dan dementia tipe campuran (multi infark
dan alzheimer)
80
Dementia pada penyakit neorologik
• Berbagai penyakit neorologik sering disertai
dengan gejala dementia
• Diantaranya adalah penyakit Pakinson dan
hidrosepalus
• Pada MRI didapatkan pelebaran ventrikel
melebihi proporsi dibanding atropi kortikal otak
• Gejala mirip dementia subkortikal , yaitu selain
didapatkan dementia juga disertai depresi
81
Fase Gejala Dementia Alzheimer
Fase l
• ditandai dengan gangguan memori subjektif, konsentrasi buruk,
Lingkungan yang biasa menjadi seperti asing, sukar melalui jalan
pulang yang biasa dilalul
Fase ll
• Terjadi tanda yang mengarah kerusakan fokal kortikal, walaupun
tidak terlihat pola defisit yang khas, gejala neorologik mungkin
termasuk antara lain tanggapan ekstensor plantaris dan
beberapa kelemahan fasial.
Fase III
• Pembicaraan terganggu berat, tidak mengenali dirinya sendiri atau
orang yang dikenalnya
82