Anda di halaman 1dari 61

Afri Dwijatmiko 2313100009

Andi Muhammad Danial 2313100145


Aidir Rahman Bustami 2313100152

Pengolahan Limbah Industri D


Dosen: Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja, M. Eng.

Departemen Teknik Kimia – FTI


Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
Waste Stabilization Pond/Lagoon
• Kolam stabilisasi (pengolahan secara alami) merupakan
metode yang cukup tua dan sederhana di dalam wastewater
treatment.
• Metode ini dipilih karena biaya konstruksi dan operasi yang
rendah, namun prosesnya memakan waktu yang lama.
• Air limbah akan ditreatment dengan memanfaatkan bantuan
dari bakteri ( baik aerob maupun anaerob), algae, mikro
maupun makroorganisme lain untuk mereduksi bahan
pencemar organik yang terkandung dalam air limbah.

Wisconsin Department of Natural Resources


Bureau of Science Services, Operator Certification Program
PO Box 7921, Madison, WI 53707
Wisconsin Department of Natural Resources
Bureau of Science Services, Operator Certification Program
PO Box 7921, Madison, WI 53707
Wisconsin Department of Natural Resources
Bureau of Science Services, Operator Certification Program
PO Box 7921, Madison, WI 53707
Proses dari
Waste Stabilization Pond/ Lagoon

• Physical Process
• Chemical Process
• Biological Process

Michigan Department of Environmental Quality


Operator Training and Certification Unit
Physical Process

Evaporation Gas exchange


SOLIDS UV Radiation

Seepage Sedimentation
Michigan Department of Environmental Quality
Operator Training and Certification Unit
Chemical Process

Precipitation
Formula
Michigan Department of Environmental Quality
Operator Training and Certification Unit
Biological Process

Algae

Bacteria

Michigan Department of Environmental Quality


Photosynthesis
Operator Training and Certification Unit
Tipe- Tipe Bakteri
• Aerobik
“ Bakteri yang hanya dapat hidup dengan adanya oksigen
bebas ”
• Anaerobik
“ Bakteri yang dapat hidup tanpa adanya oksigen bebas “
• Fakultatif
“ Bakteri yang dapat hidup baik dengan adanya oksigen
bebas maupun tidak “

Michigan Department of Environmental Quality


Operator Training and Certification Unit
Zones in a Pond/Lagoon
• Anaerobik
Mengurangi kandungan BOD

• Fakultatif
• Aerobik Mengurangi kandungan
Mikroorganisme patogen

Ir. Nusa Idaman Said, M. Eng


Teknologi Pengolahan Limbah cair dengan Proses Biologi
Kolam Anaerobik

SOLIDS
Sedimentation

Fermentasi anaerob
Fermentasi Anaerobik
Reaksi :
1. Reaksi Hidrolisa
C6H10O5 + 2H2O → C6H12O6 + 2H2 (Glukosa)
2. Reaksi Asidogenesis
C6H12O6 ↔ 2CH3CH2OH + 2CO2 (Ethanol)
C6H12O6 + 2H2 ↔ 2CH3CH2COOH + 2H2O (Propionic Acid)
C6H12O6 → 3CH3COOH (Asam Asetat)
3. Reaksi Acetogenesis
CH3CH2COO- + 3H2O ↔ CH3COO- + H+ + HCO3- + 3H2
C6H12O6 + 2H2O ↔ 2CH3COOH + 2CO2 + 4H2
CH3CH2OH + 2H2O ↔ CH3COO- + 2H2 +H+
4. Reaksi Metanogenesis
CO2 + 4H2 → CH4 + 2H2O
2C2H5OH + CO2 → CH4 + 2CH3COOH
CH3COOH → CH4 + CO2

http://www.wtert.eu/default.asp?Menue=13&ShowDok=12
• Kolam anaerobik merupakan salah satu cara paling ekonomis
untuk mengolah limbah anaerob
• Umumnya satu kolam anaerobik sudah cukup memadai untuk
mengolah air limbah yang kandungan BOD-nya kurang dari
1.000 mg/l. Namun jika anaerobik digunakan untuk
mengolah air limbah anaerobik berdaya cemar tinggi, maka
dibutuhkan tiga buah kolam anaerobik yang disusun secara
seri agar proses degradasi dapat berlangsung dengan optimal

(Ramadan and Ponce, 2004; Lani Puspita et al., 2005).


Masalah yang Timbul
• Bau yang menyengat
• Munculnya bau ini sangat terkait dengan kandungan sulfat (SO4) dalam air
limbah.
• Pada kondisi anaerob SO4 akan berubah menjadi gas H2S yang memiliki
bau sangat menyengat

• Untuk menghindari masalah bau ini, maka kandungan


SO4 dalam air limbah harus dikontrol.
• Dibangun jauh dari kawasan perumahan dan fasilitas
umum lainnya

(Gloyna and Espino (1969), Ramadan and Ponce (2004); Lani Puspita et al., (2005))
Kolam Fakultatif
Kolam fakultatif memiliki kedalaman 1-2 meter dan
didesain untuk mendegradasi air limbah yang bebannya
tidak terlalu tinggi (100-400 kg BOD/hari pada suhu udara
antara 20-25oC)

Daerah dimana oksigen terlarut terjadi fluktuasi disebut


daerah fakultatif, karena mikroorganisme yang terdapat
pada daerah tsb harus mampu menyesuaikan proses
metabolisme thd perubahan kondisi oksigen terlarut

Pada kolam fakultatif, bahan anaerob diubah


menjadi CO2, H2O, serta sel bakteri dan alga baru;
hal tersebut dilakukan dalam suasana anaerob.

Oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis alga


dimanfaatkan oleh bakteri anaerob untuk
mendegradasi limbah anaerob lebih lanjut.

(Daur : Informasi Lingkungan Kota dan Industri, Volume 2 No.1 Agustus 2001;Varón, 2003; Ramadan and Ponce, 2004;
Lani Puspita et al., 2005)
Kolam Aerobik
• Kolam maturasi merupakan kolam sangat dangkal (kedalaman 1-1,5 m)
yang didesain untuk mendegradasi kandungan mikroorganisme pathogen
dan nutrien.
• Kolam maturasi merupakan kolam tambahan yang dibangun jika
pengelola pengolahan air limbah menginginkan kualitas air olahan yang
jauh lebih baik (terutama dari sudut bakteriologi), karena sebetulnya air
olahan dari kolam anaerobik dan kolam fakultatif telah cukup memadai
bagi keperluan irigasi.

(Curtis et al., 1994, Varón, 2003; Lani Puspita et al, 2005)


Algae and Aerobic Bacteria Effluent

Facultative Bacteria
Influent

Anaerobic Bacteria

Michigan Department of Environmental Quality


Operator Training and Certification Unit
Faktor yang Mempengaruhi Proses

• Pengaruh dari angin

Oksigen

Meningkatkan
pengadukan

Michigan Department of Environmental Quality


Operator Training and Certification Unit
Faktor yang Mempengaruhi Proses
• Pengaruh dari Cahaya
SUN

Fotosintesis

Michigan Department of Environmental Quality


Operator Training and Certification Unit
Faktor yang Mempengaruhi Proses
• Pengaruh dari Temperatur
SUN

Kecepatan
pertumbuhan
bakteri
Aerobic

Facultative
O2

Anaerobic
Pertumbuhan Alga

Michigan Department of Environmental Quality


Operator Training and Certification Unit
Keuntungan dari Sistem Pond/Lagoon

1. Biaya Konstruksi dan operasi yang rendah.


2. Kebutuhan dari pengendalian kontrol yang
rendah.
3. Hemat energi dan penggunaan bahan chemical
rendah.
4. Tingkat kegagalan secara mekanis rendah.
5. Sludge bisa dimanfaatkan.
6. Bertahan lama.

Michigan Department of Environmental Quality


Operator Training and Certification Unit
Kerugian dari Sistem Pond/Lagoon

1. Lahan yang luas.


2. Pengoperasian sangat dipengaruhi oleh iklim.
3. Mengeluarkan bau yang menyengat.
4. Memungkinkan terkontaminasinya air tanah.
5. Tidak efektif digunakan untuk beban yang tinggi.

Michigan Department of Environmental Quality


Operator Training and Certification Unit
Manfaat Air Olahan Kolam Stabilisasi
• Dimanfaatkan sebagai air irigasi untuk mengairi lahan
pertanian, karena di dalamnya terkandung nitrogen, fosfor dan
natrium yang bermanfaat sebagai nutrient tanaman.
• Endapan tanah organik yang terkumpul di bagian dasar kolam
dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas tanah
pertanian
• Biogas yang dihasilkan pada kolam anaerobik juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

(Ramadan and Ponce (2004); Lani Puspita et al., (2005))


POND Loading
Desain dari suatu kolam harus memperhitungkan jumlah air
limbah yang akan ditreatment. Loading memiliki kaitan
dengan luas permukaan dari sistem yang dinyatakan dalam
beberapa cara, yaitu :
• Population Loading
• Hydraulic Loading
• Organic Loading
Surface Area
• Median Depth adalah ½ dari kedalaman penyimpanan air
pada kolam.

2 ft
Median Depth
4 ft
6 ft Operating Depth

2 ft Sediment 4 ft
Population Loading
• Jumlah populasi individu (orang) yg per acre (satuan luas)
Persamaannya adalah :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
Number of person per acre =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐾𝑜𝑙𝑎𝑚 (𝐴𝑐𝑟𝑒)

Range yang baik berkisar 50-500 orang. Bergantung pada faktor


lokal, seperti kondisi suhu dan cuaca pada suatu daerah.
Hydraulic Loading
• Rate dari aliran masuk ke dalam kolam atau jumlah volume
dari air limbah yang akan ditreatment

𝑔𝑎𝑙𝑙𝑜𝑛
𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 ( 𝑑𝑎𝑦 )
• Inches per Day = 𝑔𝑎𝑙𝑙𝑜𝑛
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑘𝑜𝑙𝑎𝑚 ( 𝑖𝑛𝑐ℎ )
Hubungan antara rate aliran masuk dengan volume
kolam yang tersedia untuk ditreatment.

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐾𝑜𝑙𝑎𝑚 (𝑔𝑎𝑙𝑙𝑜𝑛)


• Detention Time = 𝑔𝑎𝑙𝑙𝑜𝑛
𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 ( 𝑑𝑎𝑦 )

Waktu yang diperlukan untuk mengisi kolam hingga


penuh.
Range Detention Time berkisar 30 – 120 hari.
Bergantung pada faktor lokal seperti Iklim dan cuaca,
dan kebutuhan dari treatment.
Example Calculation
• Hitung Detention Time apabila sebuah kolam memiliki volume
432.000 gallon dan rate aliran air masuk sebesar 0.012
MGD?

432.000 𝑔𝑎𝑙𝑙𝑜𝑛
Detention Time =
0.012 𝑀𝐺𝐷
432.000 𝑔𝑎𝑙𝑙𝑜𝑛
= 𝑔𝑎𝑙𝑙𝑜𝑛
12.000 𝑑𝑎𝑦

= 36 days
Organic Loading
• Jumlah dari zat organik atau limbah biodegradable yang
masuk ke dalam sistem.

𝑃𝑜𝑢𝑛𝑑𝑠 𝐵𝑂𝐷 𝑝𝑒𝑟 𝑑𝑎𝑦


Organic Loading =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐾𝑜𝑙𝑎𝑚 (𝑎𝑐𝑟𝑒)

Pounds BOD = konsentrasi * rate aliran (atau volume) *


8,34 lbs/gal
Pada umumnya, Organic loading untuk kolam fakultatif
memiliki range berkisar 10 – 50 pon BOD per hari per acre.
Example calculation
• Hitung Organic Loading dari kolam dengan luas area 4 acre dan rate
aliran air masuk 0,0075 MGD dengan konsenstrasi BOD rata-rata 128
mg/L

𝑃𝑜𝑢𝑛𝑑𝑠 𝐵𝑂𝐷/𝑑𝑎𝑦
Organic Loading =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒

Pounds / day = 128 mg/L * 0,0075 MGD * 8,34 lbs/gal


= 80,06 lbs BOD/day

𝑙𝑏𝑠 𝐵𝑂𝐷
80,06
𝑑𝑎𝑦
Organic Loading =
4 𝑎𝑐𝑟𝑒
𝑙𝑏𝑠 𝐵𝑂𝐷/𝑑𝑎𝑦
= 20
𝑎𝑐𝑟𝑒
Constructed Wetland
Latar
Berkurangnya Belakang Kekurangan
Pasokan Air Air

Water Reuse
Water Reuse Mengolah Limbah
Cair Domestik

Aliran Air Hujan

Constructed Peningkatan
Wetland Rawa Buatan kualitas air

Mengolah lindi

Habitat hewan
Liar dan Sumber
Air Irigasi
Metode Pengolahan

Soil-Aquifer Treatment Phytoremediation


Penggunaan tanah sebagai Penggunaan tanaman untuk
filter untuk mengolah limbah meningkatkan degradasi
cair polutan dalam air limbah.
Soil-Aquifer Treatment ( SAT )
• Bergantung pada proses alami yaitu :
• Percolation
• Adsorption
• Dipengaruhi oleh :
• Tingkat pre-treatment
• Kedalaman air tanah dan jarak ke sumur pemulihan
• Jadwal operasi dari basin perkolasi ( Periode basah atau
kering )
SAT Pre-Treatment
Merupakan pengolahan sebelum aplikasi dalam wetland yang
mencakup proses filtrasi, klorinasi, denitrifikasi, pengolahan
biologis
Impacts WQ of Recharge
Basin influent

Biodegradable
Total Oxygen Redox Conditions
matter – Dissolved
Demand ( TOD ) In saturated zone
Organic Carbon
Total Oxygen Demand ( TOD )
• Merupakan Dampak terbesar dari Pre-Treatment
• Secondary Effluent
>20mg NH3-N/L
TOD > 100mg/L
• Nitrified/Denitrified Effluent
0 mg NH3-N/L and 8 mg DOC/L
TOD < 5mg/L
• Kondisi anaerob lebih diutamakan karena dapat
mempercepat proses biodegradasi. Kondisi anaerob
dapat dijaga dengan limbah yang memiliki TOD kecil
Dissolved Organic Carbon

• Merupakan jumlah karbon yang terikat dalam suatu


senyawa organik dan sering digunakan sebagai salah
satu indikator dari kualitas air
• Dampak :
• Disinfeksi By-Produk
• Senyawa antropogenik
Redox Conditions In saturated zone

• Dikendalikan oleh Pre-treatment


• TOD mempengaruhi kondisi redoks di zona jenuh. Jika
oksigen terlarut dikeluarkan selama perkolasi melalui
zona vadose, kondisi anoxic cenderung dikembangkan
pada zona jenuh
• Sekali lagi, kondisi aerobik dapat dipertahankan dengan
limbah yang memiliki kebutuhan oksigen total yang
rendah.
Nitrogen
• Dapat dihilangkan dengan cara :
• Pre-Treatment
• SAT Alone
• Anoxic or anaerobic conditions necessary --> 50% removal
• Dibatasi oleh jumlah karbon organik biodegradable
• Wetland Treatment
• SAT + Phytoremediation
• Dapat menhilangkan nitrogren lebih baik
• Tanaman menyediakan sumber karbon yang berlimpah
(CO2) untuk promotor degradasi selama infiltrasi
Phytoremediation
Penggunaan tanaman untuk meningkatkan
degradasi polutan dalam air limbah.
Dapat digunakan
menghilangkan :
 Heavy Metals
 Trace metals
 Nutrients
 Organics
 Pathogens
Proses Phytoremediation

Phytoextraction or kontaminan terkonsentrasi di akar, batang dan daun


Phytoconcentration
Phytodegradation pemecahan molekul kontaminan oleh enzim tanaman
yang bertindak sebagai langkah untuk membantu
katalis
Rhizosphere akar tanaman melepaskan nutrisi untuk
Biodegradation mikroorganisme yang aktif dalam biodegradasi
molekul kontaminan

Volatilization transpirasi organik melalui daun tanaman

Stabilization tanaman mengkonversi kontaminan ke dalam bentuk


yang tidak bioavailable, atau tanaman mencegah
penyebaran gumpalan kontaminan
Jenis Jenis Tanaman

Water Hyacinths Eichhornia crassipes


Forage Kochia Kochia spp
Poplar Trees Populus spp
Willow Trees Salix spp
Alfalfa Medicago sativa
Cattail Typha latifolia
Coontail Ceratophyllum demersvm L
Bullrush Scirpus spp
Reed Phragmites spp.
American pondweed Potamogeton nodosus
Common Arrowhead Sagittaria latifolia
Jenis Jenis Tanaman
Jenis Tanaman dan zat yang diserap :
Jenis Tanaman Fungsi

Pohon Poplar Mendegradasi zat organic, contohnya pemecahan senyawa


kontaminan peptisida, klorinat, hidrokarbon, menurunkan kandungan
nitrat, menurunkan kandungan atrazin
Kiambang ( Pistia Penyerapan orthofosfat yang terkandung pada detergen ( mampu
Stratiotes ) menyerap 15.38% orthofosfat awal )
Tanaman Bunga Menyerap dan Mengakumulasi Radiosesium ( kebanyakan berupa
Matahari 134Cs dan 137Cs ) yang merupakan bahan radioaktif yang dapat
menganggu lingkungan dan kehidupan manusia
Kangkung ( Ipome Menyerap logam berat dalam limbah
reptans )
Jarak Pagar ( Jathropa Menyerap logam berat Nikel ( Ni ), Timbal (Pb) , dan Cadmiu (Cd), dan
curcas L. ) dapat bertahan di tanah yang mengandung Arsenik (As), Cromium (Cr)
dan Seng (Zn)
Jenis Jenis Tanaman
Jenis Tanaman untuk menyerap logam berat (Tanaman Hipertoleran) :

Jenis Tanaman Logam Berat


yang diserap
Thlaspi calaminare Seng ( Zn )
T. caerulescens Cadmium ( Cd )
Aeolanthus biformifolius Tembaga ( Cu )
Phylanthus serpentinus Nikel ( Ni )
Haumaniastrum robertii Cobalt ( Co )
Astragalus racemosus Selenium ( Se )
Alyxia rubricaulis Mangan ( Mn )
Brachiaria mutica Raksa ( Hg )

( Li, et.al, 2000 dalam Wise et.al, 2000 ) & Kartawinata, 2002
Aplikasi Jenis Tanaman pada Wetland
Lokasi Fungsi Jenis Tanaman
Opotiki, Bay of Membersihkan tanah yang tercemar Pohon Poplar
Plenty, New Cadmium (Cd oleh penggunaan
Zeland pesticida)
Bali Membersihkan limbah grey Tumbuhan air
water dan effluent dari septictank (Hydrophyte)
Tennese, USA Membersihkan tanah dan air tanah Sagopond
yang mengandung bahan peledak (Potomogeton
(TNT, RDX dan amunisi militer) pectinatus), Water
stargas (Hetrathera),
Elodea (Elodea
Canadensis) dan lain-
lain.
Constructed
Wetland
Desain wetland harus berdasarkan :
contaminant
absorption
sedimentation
chemical process, etc

Tipe tipe Constructed Wetland :

 Constructed Wetlands with


Surface Flow
 Constructed Wetlands with
Subsurface Flow
 Hybrid Constructed Wetlands
Constructed Wetlands with Surface Flow

 Menggunakan vegetasi yang  Efisien untuk menghilangkan


muncul di permukaan air limbah organik melalui proses
 Tersusun dari tanah gambut degradasi oleh mikroba dan
dengan ketebalan 20-30 cm untuk mengendapkan partikel
 Ketinggian air 20-40 cm koloid
 Outlet pengolahan berada di  Cocok di terapkan di semua
permukaan iklim
Beberapa contoh Constructed Wetlands with Surface Flow
Constructed Wetlands with Horizontal Subsurface Flow
Constructed Wetlands with Horizontal Subsurface Flow
 Terdiri dari bed berisi kerikil atau batu yang disegel dengan lapiran
impermeable dan kemudian ditanami vegetasi wetland
 Air limbah masuk melalui inlet dan perlahan masuk melalui media
berposi di bawah permukaan bed yang ditanami tanaman.
 Dalam alirannya, limbah kontak dengan zona aerobic, anoxic dan
anaerobic. Sebagian besar bed adalah zona anoxic/anaerob karena
efek dari kejenuhan permanen bed
 Senyawa organik secara efektif terdegradasi terutama oleh degradasi
mikroba dalam kondisi anoxic / anaerobik karena konsentrasi oksigen
terlarut di bed filtrasi sangat terbatas.
 Peran paling penting dari tanaman adalah penyediaan substrat (akar
dan rizhoma) untuk pertumbuhan bakteri yang menempel,
penghilangan oksigen radial (difusi oksigen dari akar ke rizosfir),
serapan hara dan isolasi pada permukaan bed di daerah beriklim
dingin
Beberapa contoh Constructed Wetlands with Horizontal Subsurface
Flow
Constructed Wetlands with Vertical Subsurface Flow
Constructed Wetlands with Vertical Subsurface Flow

 Terdiri dari bed datar yang berisi kerikil dan bagian atasnya
dilapisi dengan pasir
 Memiliki arus feed masuk besar, yang memenuhi/membanjiri
permukaan bed kemudian meresap ke bagian bawah bed dan
mengalir melalui aliran drainase.
 Aliran dalam bed memungkinkan udara mengalir ke dalam bed
sehingga transfer oksigen ke dalam bed besar dan
menghasilkan limbah NO3 tinggi.
 Akibatnya, Constructed Wetlands with Vertical Subsurface Flow
tidak cocok untuk proses denitrifikasi untuk mengkonversi ke
gas nitrogen, yang kemudian dilepas ke atmosfer
Hybrid Constructed Wetlands

 Didesain untuk mencapai efisiensi removal yang lebih tinggi,


terutama untuk nitrogen.
 Merupakan gabungan antara model vertical suburface flow,
horizontal subsurface flow dan surface flow. VSSF-HSSF dan
HSSF-VSSF CWS adalah sistem hibrida yang paling umum,
tetapi secara umum, setiap jenis CWS dapat dikombinasikan
untuk mencapai efisiensi pengolahan limbah yang lebih tinggi
Hybrid Constructed Wetlands
 Dalam kombinasi VSSF-HSSF, VSSF dimaksudkan untuk
menghilangkan senyawa organik dan padatan tersuspensi dan
untuk mempromosikan nitrifikasi, sementara HSSF untuk
denitrifikasi dan proses penghilangan lebih lanjut dari senyawa
organik dan padatan tersuspensi terjadi.
 Konfigurasi lain adalah sistem HSSF-VSSF. Sebuah bed HSSF besar
ditempatkan pertama yang menghilangkan senyawa organik dan
padatan tersuspensi dan untuk mempromosikan denitrifikasi. Bed
VSSF kecil digunakan untuk menghilangkan senyawa organik yang
masik terkandung dan padatan tersuspensi dan untuk nitrifikasi
amonia menjadi nitrat.Namun, Untuk memaksimalkan proses
menghilangkan N, limbah nitrified dari bed VSSF harus didaur ulang
ke tangki sedimentasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai