2. Penelitian analitis
• Untuk mengetahui hubungan antar variabel
Formulasi pertanyaan:
• Adakah hubungan…?
• Adakah perbedaan…?
• Adakah korelasi…?
3. Variabel Kategorik
• Variabel yang hasil pengukurannya
dikelompokkan berdasarkan klasifikasi
tertentu
Contoh:
Jenis Kelamin: laki-laki, perempuan
Kanker payudara : penderita , bukan
penderita
pengetahuan : baik, cukup, kurang
4. Variabel Numerik
variabel yang hasil pengukurannya berupa
angka atau nilai asli tanpa dikelompokkan
Contoh:
• Kadar hemoglobin
• Kadar gula darah
• Tekanan darah
5. Berpasangan-tidak berpasangan
• Berpasangan : data diperoleh dari
pengukuran berulang dari kelompok yang
sama
• Kelompok berpasangan bisa diperoleh dengan
metode matching dan cross over
Proses Matching
Contoh : peneliti mengukur kadar gula darah
perokok dan bukan perokok. Setiap subjek
perokok dicarikan pasangannya dari bukan
perokok dengan syarat mempunyai karakteristik
yang sama berdasar usia dan jenis kelamin.
Desain cross over
Contoh: pada periode tertentu subjek penelitian
akan menerima obat A. setelah menyelesaikan
obat A , mereka akan menerima obat B selama
periode tertentu. Dengan cara ini akan diperoleh
data ketika subjek menggunakan obat A dan
ketika menggunakan obat B. Data obat A dan
data obat B dikatakan berpasangan karena
diperoleh dari individu yang sama.
• Ilustrasi kelompok tidak berpasangan
Seorang peneliti membandingkan kadar gula
darah antara perokok dan bukan perokok. Gula
darah perokok adalah satu kelompok data
sedangkan gula darah bukan perokok adalah
kelompok data yang lain. Data tidak
berpasangan karena individu dari 2 kelompok
berbeda.
• Contoh kasus
1. Berapa rerata kadar gula darah penduduk
usia 30-40 tahun di Kecamatan Sukamaju?
2. Apakah terdapat perbedaan kesembuhan
antara subjek yang menderita pneumonia
yang diberi obat amoksilin dengan
kotrimoksazol?
3. Apakah terdapat perbedaan rerata kadar gula
darah antara sebelum pengobatan dengan
sebulan setelah pengobatan obat
hipoglikemik oral (OHO)?
4. Apakah terdapat perbedaan rerata kadar
ketokolamin antara subjek yang mengalami
penyakit jantung koroner dengan yang
normal?
5. bagaimana korelasi antara kadar kolesterol
dengan kadar tebal lemak bawah kulit?
Jenis penilitian kasus:
1. Deskriptif-numerik
2. Analitik kategorik-kategorik tidak
berpasangan
3. Penelitian analitis kategorik-numerik
berpasangan
4. Penelitian analitis kategorik-numerik tidak
berpasangan
5. Penelitian korelatif
• Menentukan ukuran sampel suatu populasi
dengan formula:
1. Penelitian deskriptif-kategorik
2
Z x P x Q
n 2
d
n = jumlah sampel
2
Z = tingkat kepercayaan
P = proporsi
d = presisi
• Tingkat kepercayaan 95% (1,96), 90% (1,645)
Contoh (prevalensi diketahui):
seorang peneliti ingin mengetahui prevalensi
diare di Desa A. Diketahui bahwa prevalensi
diare dari penelitian sebelumnya adalah 20%.
Berapa besar sampel yang diperlukan untuk
meneliti prevalensi diare di di Desa A?
• Jawab:
2
Z x P x Q
n
d2
1,96 2 x 0,2 x 0,8
0,12
62
• Contoh (prevalensi tidak diketahui):
Seorang peneliti ingin mengetahui prevalensi
status gizi buruk di Kabupaten A. berapa besar
sampel yang diperlukan untuk meneliti
prevalensi status gizi buruk di Kabupaten A
bila belum ada data sebelumnya?
Jawab: P= 50%
2
2 1,96 x 0,5 x 0,5
Z x P x Q n
n 2 0,12
d
96
• Catatan:
panduan menetapkan presisi (d):
PxN>5
Contoh: sama dengan soal di atas
Jika prediksi peneliti benar, maka prevalensi yang
diperoleh sebesar 50% ± 10% = 40% - 60%
40% x 96 = 38,4
60% x 96 = 57,6
Dengan demikian sampel sebesar 96 boleh
digunakan karena memenuhi syarat besar sampel.
2. Deskriptif-numerik
2
Zα x S
n
d
n
Z 2 P1 P Z P1 1 P1 P2 1 P2
2
P1 P2 2
Keterangan:
P = proporsi rata-rata (P1 + P2) /2
Zα = nilai distribusi normal baku pada α tertentu
Zβ = nilai distribusi normal baku pada β tertentu
P1 = proporsi kelompok 1
P2 = proporsi kelompok 2
Contoh 1: (Uji Klinis)
Obat A dikatakan dapat menghilangkan nyeri
pada 80% pasien rematik dibandingkan dengan
50% oleh parasetamol. Anda diminta untuk
membuktikan apakah obat A memang lebih
efektif dari parasetamol. Berapa besar sampel
yang anda butuhkan jika menginginkan
kemaknaan 5% dan kekuatan uji 80%.
Jawab:
P1 = 80% = 0,8
P2 = 50% = 0,5
Zα = 5% = 1,64 (1 arah)
Zβ = 80% = 0,84
P = (0,8 + 0,5)/2 = 0,65
Cat: kekuatan uji 80%, 90%, 95%, 99% dengan
nilai Z berturut-turut 0,84; 1,28; 1,64; 2,33
n
1.64 2 x 0,651 0,65 0,84 0,8 1 0,8 0,51 0,5
2
0,8 0,52
29,99
30
0,515 0,0492
13,37
14
Z 2 P 1 P
n
d2
N. Zα 2 P 1 P
n
d 2 N 1 Zα 2 P 1 P
• Contoh:
Hubungan status gizi, zat goitrogenik, asupan
dan garam beriodium dengan kadar EIU pada
anak sekolah dasar. Diketahui populasi murid
3793 siswa. Berapa besar sampel yang harus
diambil?
• Keterangan:
Zα2 = derajat kepercayaan 95% (Z = 1,96)
P = Kadar urin ekskresi iodium berdasarkan
kepustakaan (73,33%)