Anda di halaman 1dari 25

CASE SCIENCE SESSION

HIPERTIROIDISME
Preseptor:
Hendri Priyadi, dr. Sp.PD

Presentan:
Nasyifa Nurul 121001180541
Alifa Naufal M 12100118050
Wahyu Oktaviana 12100118058
SMF
Ilmu Penyakit Dalam
Definisi
Hipertiroid adalah sebuah kondisi yang terjadi ketika fungsi kelenjar
tiroid menjadi tidak normal sehingga menyebabkan produksi dan
pelepasan hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan hipertiroid
dapat menyebabkan thyrotoxicosis.
Thyrotoxicosis didefinisikan sebagai keadaan saat kelebihan
hormon tiroid. Meskipun demikian, thyrotoxicosis bisa saja terjadi
pada kondisi disfungsi tiroid yang tidak menyebabkan hipertiroid.
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi bervariasi bergantung pada populasi, faktor genetik,
dan asupan iodine
• 5 kali lebih besar terjadi pada wanita
• Terjadi pada usia 20-50 tahun, dan lansia.
• Jarang terjadi pada remaja
FAKTOR RISIKO
• Kelebihan iodine
• Infeksi bakteri atau virus
• Stress
• Penghentian glukokortikoid
• Kehamilan, khususnya masa nifas
ETIOLOGI
PATOGENESIS
PATOFISIOLOGI
• PATOFISIOLOGI
• Untuk memahami patofisiologi dari kondisi hipertiroid, harus dipahami terlebih
dahulu mengenai aksis hipotalamus-hipofisis anterior-tiroid. Hipotalamus akan
menghasilkan TRH (Tirotropin Releasing Hormone). TRH akan merangsang sel
tirotropin di hipofisis anterior untuk menghasilkan TSH (Thyroid Stimulating
Hormone). TSH akan merangsang sel folikel di kelenjar tiroid untuk
menghasilkan hormone thyroid yang dapat berupa tri-iodothyronine (T3) dan
tetra-iodothyronine/thyroxine (T4).
• Dalam hal ini tubuh memiliki sistem homeostasis yang baik dengan mekanisme
umpan balik negative. Hormon tiroid yang dilepaskan akan memberikan
umpan balik negative ke hipotalamus dan hipofisis anterior untuk mengurangi
pelepasan TRH dan TSH sehingga produksi hormon tiroid tidak menjadi
berlebihan dalam darah. Apabila terdapat abnormalitas pada aksis ini
tentunya akan berdampak terhadap jumlah hormon yang beredar dalam
darah sehingga dapat terjadi abnormalitas kadar tiroid dalam darah, bisa
penurunan atau peningkatan
Aktivasi dari hormon tiroid pada sel target akan menyebabkan
sintesis dari protein baru yang akan berefek utamanya pada
metabolisme sel sehingga terjadi peningkatan Basal Metabolic
Rate (BMR), dan juga berefek pada pertumbuhan, perkembangan
CNS, sistem CVS (tachycardia, tachypnea, peningkatan tekanan
darah), dan efek pada sistem yang lainnya.
Oleh karena itu, pada kondisi hipertiroid dan thyrotoxicosis dimana
terjadi peningkatan hormon tiroid dalam darah, maka akan terjadi
peningkatan metabolisme tubuh secara signifikan yang ditandai
dengan menjadi sering berkeringat meskipun tanpa melakukan
aktivitas berat, berat badan menurun, tachycardia, tachypnea.
Kelenjar tiroid juga dapat membesar dan terpalpasi saat dilakukan
pemeriksaan fisik
MANIFESTASI KLINIS
Symptoms Signs
• Hyperaktivitas, gelisah, • Takikardia, AF pada
dysphoria
lanjut usia
• Heat intolerance dan
berkeringat • Tremor
• Palpitasi • Goiter
• Lelah dan lemas • Kulit lembab dan
• Penurunan BB dengan nafsu hangat
makan meningkat • Muscle weakness,
• Diare proximal myopathy
• Poliuria • Lid retraction
• Oligomenorrhea, libido • Ginekomastia
menurun
Gejala khas
DD
Hipertiroidism sekunder karena terlalu banyak TSH
• Tumor hipofisis
• Stimulator abnormal yang berasal dari sejenis trofoblas (Mola
Hidatidosa atau koriokarsinoma)
Hipertiroidisme karena :
• Adenoma toksik
• Tiroiditis subakut
• Tiroiditis kronik
Tirotoksikosis, dimana hormon tiroid bukan berasal dari kelenjar tiroid
• Jaringan tiroid ektopik (struma ovarii)
• Tirotoksikosis factitia (hormon tiroid eksogen)
Diagnosis
1. Anamnesis
Terkait gejala umum tirotoksikosis
Terkait gejala khas graves disease
Pada pasien usia lanjut gejala yang kemungkinan
timbul hanya berupa kelelahan dan penurunan
berat badan -> tirotoksikosis apeatetik
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umum seperti retraksi kelopak mata,
eksoftalmos, takikardi, tremor, kulit yang hangat dan lembap,
kelemahan otot
Pemeriksaan neurologi menunjukkan adanya peningkatan
reflex, wasting otot
Pemeriksaan kelenjar tiroid menunjukkan adanya pembesaran
yan difuse dan peningkatan vascular bruit
3. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboratorium : penurunan TSH dan
peningkatan hormon T4 dan T3
 Pemeriksaan radiologi menggunakan radioaktif I123
 Pemeriksaan uji autoantibody immunoglobulin
 CT scan orbital untuk melihat pembengkakakn extraocular
mata
 Thyroid biopsy untuk melihat ada tidaknya keganasan
 Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi penyakit penyerta
Manajemen
1. Obat Anti Tiroid
2. Tindakan Bedah
• Dilakukan apabila terjadi relaps setelah diberi OAT
• Subtotal atau total thyroidectomi untuk pasien dengan
kelenjar besar atau multinodular goiter, alergi obat.
• Komplikasi yang mungkin muncul adalah perdarahan, edema
laring, hipoparatiroidisme, dan cedera nervus laringeus
rekurens
• Sebelum operasi, pasien diberikan OAT sapai eutiroid
kemudian diberikan cairan kalium yodida 100-200 mg/hari
atau cairan lugol 10-15 tetes/hari selama 10 hari sebelum
dioperasi
Indikasi dilakukannya operasi
• Pasien umur muda dengan struma yang besar serta tidak
mempan dengan OAT
• Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan OAT dosis
besar
• Alergi terhadap OAT, pasien tidak dapat menerima yodium
radioaktif
• Adenoma toksik atau struma multinodular toksik
• Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau
lebih nodul
3. Terapi radioiodine
- Penggunaan radioaktif yodium (I-131) dimana
bertujuan untuk menghancurkan sel-sel tiroid secara
prograsif
- Dilakukan saat terjadi relaps setalah pengobatan OAT
- Kontraindikasi pada ibu hamil dan menyusui
Komplikasi
• Krisis tirotoksis (“thyroid storm”) adalah
- Eksaserbasi akut dari semua gejala tirotoksikosis
- Seringkali terlihat seperti sindroma yang dapat
mengancam jiwa
- Mortality rate 50%
Prognosis
• Setelah diberi terapi, 25% berkembang menjadi hipotiroid dan
membutuhkan follow up seumur hidup
• Follow up terapi seumur hidup diperlukan untuk pasien grave’s
disease

Anda mungkin juga menyukai