PEMBIMBING:
drg. Nita Damayanti, M.Kes
Abstrak
• Antara 19 April dan 23 Juni 2015, terdapat 52 kasus Sindrom Pernapasan
Timur Tengah (Middle East Respiratory Syndrome-MERS) yang disebabkan
oleh coronavirus yang telah terkonfirmasi laboratorium di wilayah Al-Ahssa,
Arab Saudi bagian timur.
• Tujuh kasus pertama terjadi dalam satu keluarga, kemudian diikuti 45 kasus
di tiga rumah sakit umum.
• Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan karakteristik
epidemiologis dari kelompok tersebut dan mengidentifikasi faktor resiko
potensial dan membentuk langkah-langkah pengontrolan untuk mencegah
terjadinya MERS lebih lanjut.
Lanjutan
• Kami memperoleh catatan medis dari semua kasus yang telah terkonfirmasi,
mewawancarai anggota rumah tangga yang terkena dampak dan meninjau
tindakan yang diambil oleh otoritas kesehatan. Semua kasus tersebut saling
berhubungan.
• Kasus yang menjadi indeks adalah kasus seorang pria yang berusia 62 tahun
dengan riwayat pernah kontak dekat dengan unta-unta dromedaris (unta
berpunuk satu)
• Masa inkubasi rata-rata adalah sekitar 6 hari. Kelompok kasus muncul karena
paparan MERS yang tinggi, keterlambatan diagnosis, penyuluhan resiko yang
masih kurang, dan kurangnya kepatuhan petugas kesehatan dan pengunjung
rumah sakit dengan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi.
Pendahuluan
Sindrom Pernapasan Timur Tengah (Middle East Respiratory Syndrome-
MERS) merupakan sebuah penyakit menular yang menyerang sistem
pernapasan yang dihubungkan dengan tingkat fatalitas kasus yang tinggi.
Infeksi primer pada manusia dikaitkan dengan paparan langsung atau tidak
langsung terhadap unta dromedaris yang telah terinfeksi MERS coronavirus
(MERS-CoV) di Arab Saudi, Qatar, dan UEA. Lebih dari 85% kasus MERS
telah dilaporkan berasal dari Arab Saudi.
Lanjutan
Pada 20 April 2015, satu kasus MERS dilaporkan di Al-Ahssa, Arab Saudi
bagian timur, yang diikuti oleh enam kasus yang berasal dari keluarga yang
sama dari kasus tersebut. Pada 23 Juni 2015, terdapat 52 kasus yang telah
terkonfirmasi laboratorium dilaporkan telah terjadi di wilayah tersebut, 45 kasus
sekunder dilaporkan di tiga rumah sakit umum; dan 8 infeksi yang asimtomatik
yang ditemukan pada petugas kesehatan.
Lanjutan
Kementrian Kesehatan Arab Saudi menggelar misi bersama dengan Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Organization-WHO) ke wilayah tersebut untuk
menginvestigasi gambaran karakteristik epidemiologi dari wabah tersebut,
mengidentifikasi faktor resiko potensial yang terjadi pada kelompok keluarga
yang terdampak MERS dan kasus sekunder pada fasilitas perawatan
kesehatan, dan mengidentifikasi langkah-langkah pengontrolan untuk
mencegah terjadinya infeksi nosokomial, termasuk penyuluhan tentang faktor
resiko dan wabah MERS.
Material dan Metode
Latar belakang
Al-Ahssa merupakan provinsi terbesar di Arab Saudi dengan luas 534.000 km2,
dan memiliki populasi 1.063.112 jiwa pada tahun 2010. Di sana terdapat iklim
tropis yang kering dengan 5 bulan musim panas dan musim dingin yang relatif
dingin. Selain aktivitas pertanian, terdapat juga aktivitas peternakan yang
membuat Al-Ahssa menjadi salah satu penghasil makanan terbesar di Arab
Saudi. Terdapat 3 rumah sakit umum di Al-Ahsaa: Rumah Sakit A, B, dan C.
Sumber Data
Diagnosis MERS dilakukan menggunakan uji Real Time reverse-
transcription Polymerase Chain Reaction (rRT-PCR) pada swab nasofaring dan
spesimen pernapasan bagian bawah lainnya. Data tambahan didapatkan dari
formulir penelitian yang buat oleh ahli epidemiologi lapangan di wilayah Al-
Ahssa, dengan meninjau rekam medis pada kasus dan korespondensi di
aplikasi “Whatsapp” pada petugas kesehatan di wilayah tersebut. Tim
investigasi wabah mengunjungi keluarga dari kasus indeks sebanyak 2 kali
untuk mendapatkan kronologi yang lengkap dan hubungan antara ayah (yang
merupakan kasus indeks) dan anggota keluarga lainnya.
Lanjutan
Seluruh anggota keluarga telah diwawancarai untuk mengidentifikasi
faktor resiko yang menyebabkan mereka terjangkit MERS dan mengambil
sampel swab nasofaring untuk kepentingan uji rRT-PCR. Tes serologi tidak
dilakukan karena alasan logistik.
Pengendalian Infeksi dan Pencegahan pada rumah
sakit di Al-Ahssa
Rumah Sakit A memiliki 105 tempat tidur dan melayani sekitar 300.000-
400.000 populasi dalam daerah cakupannya; rumah sakit tersebut menerima
rata-rata 350 pasien rawat jalan dan 500 pasien IGD setiap hari. Rumah Sakit B
merupakan rumah sakit tersier yang memiliki 73 tempat tidur dan melayani
seluruh wilah Al-Ahssa dan juga menerima pasien dari wilayah lain. Rumah
Sakit C menerima rata-rata sekitar 700-800 pasien per hari. Ketiga rumah sakit
tersebut memiliki unit-unit khusus kecil untuk pengendalian infeksi dan
pencegahan (infection prevention and control-IPC); dimana tiap unitnya terdiri
dari satu hingga dua dokter dan beberapa perawat.
Lanjutan
Direktur dari ketiga rumah sakit tersebut diminta untuk memberikan
informasi tentang implementasi tindakan IPC yang direkomendasikan, termasuk
uraian terperinci dari semua langkah-langkah yang diambil tentang wabah
MERS dan mencegah kasus-kasus sekunder, dengan tanggal yang pasti; daftar
petugas kesehatan yang telah diuji-skrining MERS, ruang kerja mereka di
rumah sakit, alasan pengujian, tanggal pengujian, tanggal penerimaan hasil
laboratorium, dan apakah mereka yang mendapat hasil positif merasakan
gejala atau tidak; tanggal penggunakan peralatan perlindungan diri, triase
Lanjutan
langkah-langkah IPC lainnya yang relevan; daftar semua petugas kesehatan
yang terlibat dalam setiap kasus dan apakah mereka menggunakan peralatan
pelindung diri selama kontak dengan pasien; dan daftar kesulitan dalam
mengimplementasikan langkah-langkah IPC sepenuhnya. Pada Rumah Sakit
C, kami mewawancarai perawat di meja triase.
Hasil
Wabah bermula dari sekelompok dari 7 kasus dalam sebuah keluarga yang
terdiri dari 26 anggota keluarga yang tinggal di gedung tiga lantai (secondary
attact rate = 23%). Tambahan 37 kasus bergejala dan 8 kasus tak bergejala
yang mengjangkiti petugas kesehatan pada Rumah Sakit B. Jumlah kasus yang
bergejala dan tak bergejala adalah 52 kasus. Tiga dari tujuh anggota keluarga
(ayah, anak sulung, dan anak perempuan) meninggal, seperti halnya 18 kasus
bergejala lainnya, untuk tingkat fatalitas kasus 40,4%. Tabel 1 merangkum
karakteristik demografis dari semua kasus.
Tabel 1 Jumlah kasus Sindrom Pernapasan
Timur Tengah (Middle East Respiratory
Syndrome-MERS) yang disebabkan oleh
coronavirus, Al-Ahssa, Arab Saudi, April-Juni
2015
Indikator
Gambar 1. Kurva epidemi MERS yang menunjukkan distribusi kasus MERS menurut tanggal timbulnya gejala di Al-Ahssa,
Arab Saudi, 2015