Anda di halaman 1dari 91

DIAPER DERMATITIS

Nama : Vivi Rizki, S.Ked


NIM : 71 2017 058
Dosen Pembimbing : dr. Lucille Annisa Suardin, Sp. KK
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dermatitis popok adalah semua erupsi yang terjadi di area
yang tertutup oleh popok dan dapat disebabkan akibat
penggunaan popok.

Prevalensi pada bayi berkisar antara 7-35%, dengan angka


terbanyak pada usia 9-12 bulan.

Di Indonesia dilaporkan lebih dari 30% bayi dan balita di


mengalami diaper rash (ruam popok).

Perjalanan penyakit melalui anamnesis dan gambaran klinis


sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Keluhan yang
biasanya dikemukakan adalah bayi atau lansia tak nyaman
serta rewel. Gambaran klinis berupa eritema yang ditemui di
daerah sekitar kemaluan dan bokong.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diaper
Dermatitis
Dermatitis popok (diapers
dermatitis) adalah iritasi kulit
yang meliputi area popok yaitu
lipat paha, perut bawah, paha
atas, pantat dan anogenital.
Epidemiologi
Dermatitis popok secara konservatif
banyak diobati oleh orangtuanya sehingga
prevalensinya diperkirakan 7-35% bayi yang
pernah menderita dermatitis popok, paling
banyak menyerang usia 9-12 bulan, umumnya
usia kurang dari 2 tahun.
Etiologi
Kontak jangka Gesekan Peningkatan
panjang pada kulit PH

Meningkatnya
Iritasi kimiawi
kelembapan
Dan suferinfeksi
kulit
Popok bersifat
oklusif

mempermudah proliferasi
mikroorganisme serta lebih
mudah terjadi trauma gesekan.

patogenesis
Lecet dan
infeksi

Penikatan suhu

Vasodilatasi dan
memacu inflamasi
Manifestasi Klinis

Dermatitis popok
memberikan gejala klinis
berupa bercak kemerahan,
lembab dan kadang bersisik
pada daerah bokong dan
genitalia yang lebih menonjol.
Kelainan ini dapat tidak
bergejala hingga terasa perih
pada kelainan yang luas.
Manifestasi Klinis
Predileksi tempat terjadinya
iritasi pada dermatitis popok
dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu:
bentuk convexities dermatitis
(daerah W, yaitu area cembung
bokong, perut bawah, pubis) dan
bentuk creases dermatitis
(daerah Y, yaitu area cekungan
lipatan inguinal, lipatan gluteal,
perineum, perianal).
Diagnosis
Perjalan penyakit melalui
anamnesis dan gambaran klinis
sangat penting untuk menegakkan
diagnosa.
Pemeriksaan laboratorium
penunjang seperti KOH 10%,
diperlukan untuk menentukan
apakah ada superinfeksi dengan
Candida albicans dan pemeriksaan
gram diperlukan untuk mengetahui
superinfeksi dengan bakteri
seperti Staphylococcus.
Diagnosis Banding
01 dermatitis kontak
iritan
02 dermatitis kontak
alergi
03 dermatitis atopi,
04 serta kandidiasis
Terapi
Penatalaksanaan dermatitis
popok meliputi pencegahan dan
pengobatan. Pada pencegahan
meliputi penggantian popok, menjaga
higine kulit area popok, menghindari
bahan-bahan iritatif, dan pemakaian
salep pelindung.
Terapi
Edukasi orangtua sangatlah
penting dalam penatalaksanaan
dermatitis popok, terutama tentang
bagaimana higine penggunaan popok.
Mengganti popok setiap kali buang air
kecil / buang air besar, bersihkan
dengan air hangat, bila perlu dengan
sabun dan bilas bersih lalu keringkan.
Terapi
Untuk dermatitis popok ringan maka dapat dilakukan:
1. Higine bayi, terutama kebersihan popok.
2. Olesi krim atau salep atau lotion khusus yang melindungi
kulit yang sedang meradang terhadap kontak dengan bahan
tertentu dan mengurangi gesekan, kandungan bahan zink
oksida biasa digunakan dengan konsentrasi 10-15%.
3. Bila kulit basah, kompres dahulu selama ½ - 1 jam, 2 – 3 kali
sehari sampai kulit kering. Bahan kompres memakai larutan
garam (satu sendok teh garam dalam 0,5 L air atau
menggunakan larutan garam fisiologi NaCl 0,9%), lalu
diangin-anginkan biar kering dan olesi lotion atau krim
pelindung.
Terapi
Karena absorbsi perkutaneus
yang tinggi pada daerah yang inguinal
dan sekitarnya, maka penggunaan
steroid topikal (hidrokortison 1-2,5%)
harus dibatasi dengan penggunaan
jangka pendek (3-7 hari).1
Prognosis
Diagnosis
Prognosis DMdermatitis popok baik jika
pada
penyebabnya bisa teratasi dengan sempurna dan
teratur dalam pengobatan, bila bahan iritan
penyebab dermatitis tersebut tidak dapat
disingkirkan dengan sempurna, maka prognosisnya
kurang baik. Keadaan ini sering terjadi pada
dermatitis kronis dan berkembang menjadi lebih
parah.
Dermatitis Kontak Iritan (DKI)
Dermatitis Kontak Iritan (DKI) adalah
dermatitis yang terjadi akibat respon kulit
yang berkontak dengan bahan dari luar
seperti bahan kimia, fisik, agen biologic,
sedangkan faktor endogen yang berperan
seperti fungsi barrier kulit dan adanya
dermatitis sebelumnya.
Epidemiologi
Dermatitis kontak iritan dapat dialami oleh
semua orang dari berbagai golongan umur, ras,
dan jenis kelamin. Jumlah orang yang
mengalami DKI diperkirakan cukup banyak,
terutama yang berhubungan dengan
pekerjaan (DKI akibat kerja). Hal ini
dikarenakan antara lain banyak pasien dengan
kelainan ringan tidak datang berobat, atau
bahkan tidak mengeluh.
Etiologi
Bahan pelarut detergen Minyak
pelumas

asam alkali
Etiologi
Faktor individu juga turut berpengaruh pada DKI, misalnya
perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan
perbedaan ketebalan kulit diberbagai tempat menyebabkan
perbedaan permeabilitas; usia (anak di bawah 8 tahun dan usia
lanjut lebih mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan
dibandingkan dengan kulit putih); jenis kelamin (insidens DKI
lebih banyak pada perempuan); penyakit kulit yang pernah atau
sedang dialami, misalnya dermatitis atopic.
Manifestasi Klinis
DKI Akut
Etiologi: larutan asam slufat dan asam
hidroklorid atau basa kuat, misalnya natrium dan
kalium hidroksida.
Gejala: Kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar,
kelainan yang terlihat berupa eritema edema, bula,
mungkin juga nekrosis. Tepi kelainan berbatas tegas,
dan pada umumnya asimetris. Luka bakar oleh bahan
kimia juga termasuk dermatitis kontak iritan akut.
Manifestasi Klinis
DKI Akut Lambat
Gambaran klinis dan gejala sama dengan
DKI akut, tetapi baru terjadi 8 jam sampai
24 jam setelah berkontak.
Etiologi: bulu serangga (dermatitis
venenata). Keluhan dirasakan pedih
keesokkan harinya
Gejala: eritema kemudian terjadi
vesikel atau bahkan nekrosis.
Manifestasi Klinis
DKI Kronik Kumulatif
Etiologi: kontak berulang dengan iritan lemah
(misalnya deterjen, sabun, pelarut, tanah, bahkan
juga air).
Gejala: kulit kering, disertai eritema, skuama,
yang lambat laun kulit menjadi tebal (hyperkeratosis)
dengan likenifikasi, yang difus.
Manifestasi Klinis
Reaksi iritan
Reaksi iritan merupakan DKI subklinis pada
seseorang yang terpajan dengan pekerjaan
basah dalam beberapa bulan pertama,
misalnya piñata rambut dan pekerja logam.
Kelainan kulit bersifat monomorf dapat
berupa skuama, eritema, vesikel, pustule, dan
erosi. Umumnya dapat sembuh sendiri.
Manifestasi Klinis
DKI Traumatik
Kelainan kulit berkembang lambat setelah
trauma panas atau laserasi. Gejala klinis
menyerupai dermatitis numularis,
penyembuhan berlangsung lambat, paling
cepat 6 minggu. Lokasi tersering di tangan.
DKI Non-Eritematosa
Bentuk subklinis DKI, ditandai dengan
perubahan sawar (stratum korneum) tanpa
disertai kelainan klnis.
Manifestasi Klinis

DKI subyektif
Disebut juga DKI sensori, karena kelainan
kulit tidak terlihat, namun pasien merasa
seperti tersengat (pedih) atau terbakar
(panas) setelah berkontak dengan bahan
kimia tertentu misalnya asam laktat.
Histopatologik
Diagnosis DM
Pada DKI akut, dermis bagian atas terdapat
vasodilatasi disertai serbukan sel mononuclear di
sekitar pembuluh darah. Eksositosis di epidermis
diikuti spongiosis dan edema intrasel, serta
nekrosis epidermal. Pada dermatitis berat
kerusakan epidermis berbentuk vesikel atau bula.
Di dalam vesikel atau bula ditemukan limfosit dan
neutrofil.
Diagnosis
Upaya pengobatan yang terpenting
pada DKI adalah menghindari pajanan
bahan iritan yang menjadi penyebab, baik
yang bersifat mekanik, fisik, maupun
kimiawi, serta menyingkirkan faktor yang
memperberat. Bila hal ini dapat dilakukan
dengan baik, dan tidak terjadi
komplikasi, maka DKI tersebut akan
sembuh tanpa pengobatan topical,
mungkin cukup dengan pemberian
pelembab untuk memperbaiki sawar kulit.
Prognosis

Bila bahan iritan yang menjadi penyebab


dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan dengan
sempurna, maka prognosisnya kurang baik. Keadaan ini
sering terjadi pada DKI kronis dengan penyebab multi
faktor dan juga pada pasien atopik.
Kandidiasis
Kandidiasis merupakan
penyakit jamur yang disebabkan
oleh Candida spp, misalnya
spesies C. albicans. Infeksi ini
dapat mengenai kuku, kulit,
membrane mukosa, traktus
gastrointestinal, juga dapat
menyebabkan kelainan sistemik.
Etiologi
Jamur candida hidup sebagai saprofit,
terutama terdapat di traktus
gastrointestinal, juga bisa terdapat pada
vagina, uretra, kulit serta di bawah kuku.
Dan dapat ditemukan di atmosfir, air dan
tanah.
Klasifikasi
I. Kandidosis oral
a. Kandidosis oral
(oral trush)
b.Perleche
Klasifikasi
II. Kandidosis kutis dan selaput
lendir genital
a. Lokalisata
1. Kandidosis intertriginosa
2. Kandidosis perianal
b. Vulvovaginitis
c. Balanitis atau balanopostitis
d. Diaper-rash (candida diaper
dermatitis)
e. Kandidosiskutis granulomatosa
Klasifikasi
III. Paronikia candida dan
onikomikosis
IV. Kandidosis kongenital
V. Kandidosis mukokutan
kronik (KMK)
VI. Reaksi Id (Kandidid)
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis DM
Pemeriksaan langsung
Dapat dilakukan kerokan kulit atau usapan
mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 20%
atau dengan pewarnaan gram. Pada hasil
didapatkan sel ragi, blastospora atau hifa semu.
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis
Pemeriksaan DM
biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam
agar dekstrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar
ini dibubuhi antibiotic (kloramfenikol) untuk
mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan
disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu
37ºC, koloni tumbuh setelah 2-5 hari berupa
koloni mukoid putih.
Diagnsosis Banding
Kandidosis kutis Kandidosis
lokalisata: kuku:
Eritsama Tinea unguium
Dermatitis Kandidosis
intertriginosa
Dematofitosis
vulvovaginitis:
Trikomonas
vaginalis
Gonore akut
BAB III
STATUS PASIEN
Nama : Ny. H
Umur : 55 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : Sungai Sungki, Kertapati, Seberang Ulu I
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Pemeriksaan : 19-06-2019
KELUHAN UTAMA DAN PERJALANAN PENYAKIT
Timbul bintil dan ruam merah pada daerah perut bawah
kanan dan kiri sejak 2 hari yang lalu. Serta timbul
kehitaman pada daerah sekitar anus.

Gatal pada daerah bintil dan ruam.

2 hari yang lalu pasien mengeluh timbul bintil dan ruam merah
pada perut bawah kanan dan kiri serta kehitaman pada daerah sekitar
anus. Sejak 4 hari yang lalu pasien dirawat di bangsal saraf RSUD
Palembang Bari dengan diagnosis CVD Non-Hemorragic yang
menyebabkan pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari
sehingga pasien memakai popok untuk membantu pasien buang air
kecil. Pasien mengganti popok 3 kali dalam sehari.
KELUHAN UTAMA DAN PERJALANAN PENYAKIT

Terdapat bintil berwarna merah sebesar ujung jarum


pentul berjumlah lebih dari 10 di sekitar perut bawah kanan
dan kiri. Pasien juga mengeluh terdapat kehitaman pada
daerah sekitar anus. Keluhan tersebut disertai rasa gatal
hilang timbul. Gatal terutama di rasakan ketika popok pasien
sudah penuh dan menghilang saat popok dilepas dan dibilas
menggunakan air. Pasien menyangkal adanya rasa nyeri pada
daerah bintil dan ruam merah. Bintil padat tidak terdapat
cairan, juga tidak terdapat darah maupun nanah dan tidak
disertai bengkak.
KELUHAN UTAMA DAN PERJALANAN PENYAKIT

Tidak terdapat penebalan kulit yang bersisik, gelembung


yang berisi cairan ataupun nanah serta luka yang
mengeluarkan cairan bening ataupun darah. Setelah timbul
bintil, ruam serta kehitaman, pasien hanya memakai popok
bila ingin buang air kecil saja. Setelah buang air kecil, pasien
dibilas dengan menggunakan air dan ditaburi dengan bedak
tabur. Pasien mengaku keluhan ruam dan bintil merah
berkurang.
KELUHAN UTAMA DAN PERJALANAN PENYAKIT

Pasien mengatakan bahwa keluhan ini tidak pernah


dirasakan sebelumnya dan baru pertama kali terjadi.
Keluarganya tidak ada yang mengalami keluhan serupa.
Pasien mengaku bintil tersebut tidak disertai rasa panas
ataupun terbakar. Pasien mengaku tidak ada riwayat kencing
manis.
Pasien sudah diberi obat cetirizine 1x1 tab. Keluhan gatal
berkurang tetapi bintil dan ruam merah masih dirasakan
oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah
mengalami keluhan yang serupa.
Riwayat diabetes mellitus disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan yang sama dikeluarga
disangkal
Keluarga tidak ada yang menderita
penyakit kulit apapun
Riwayat diabetes mellitus dalam
keluarga disangkal
Riwayat Higienitas dan Kebiasaan
Pasien hanya mengganti popok tiga
kali dalam sehari sehingga popok
sering terasa penuh
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan ibu rumah tangga
mengurus dua orang anak dirumah
dan suami
PEMERIKSAAN FISIK
(tanggal 19 Juni 2019 pukul 12.30 WIB)

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Compos Mentis

Pernapasan : 21 x/menit

Nadi : 85 x/menit

Suhu Badan : 36,6ºC


Pemeriksaan Khusus - Mata : Konjungtiva anemis (-/-),
Sklera Ikterik (-/-)
Normocephaly - Hidung : sekret (-/-)
- Telinga : sekret (-/-)

Thorax Leher
Pulmo : dalam batas normal Tidak teraba pembesaran KGB
Cor : dalam batas normal

Ekstremitas :
Ekstremitas Superior : terjadi
kelemahan pada tangan kiri
Ekstremitas Inferior: terjadi
kelemahan pada tungkai kiri
Status dermatologikus

Regio Gluteal Dextra


Status dermatologikus

Regio Gluteal Sinistra


Status dermatologikus

• Pada regio gluteal dextra et sinistra tampak makula eritema,


multipel, irregular berukuran 0,3-0,6 x 0,5-1 cm, penyebaran
diskret hingga konfluens.
• Pada regio gluteal dextra et sinistra tampak papul eritema,
multipel, bentuk bulat, diameter 0,1-0,3 cm, penyebaran
diskret hingga konfluens.
Status dermatologikus

Regio Perianal
Status dermatologikus

• Pada regio perianal tampak patch hiperpigmentasi, soliter,


bentuk irreguler, ukuran 7 cm x 10 cm.
Diagnosis banding
1. Diaper Dermatitis
2. Dermatitis Kontak Iritan et causa diaper
3. Kandidiasis tipe kutis

Diagnosis kerja
Diaper Dermatitis
Tatalaksana
Non Farmakologi
a. Memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarganya
mengenai penyakit serta perjalanan penyakitnya.
b. Memberikan edukasi untuk menghindari pajanan bahan
iritan yang menjadi penyebab dermatitis
c. Memberikan edukasi kepada pasien untuk mengganti popok
setiap setelah buang air kecil
d. Memberikan edukasi kepada pasien agar menjaga higine
kulit area popok
e. Memberikan edukasi untuk tidak menggaruk lokasi lesi.
Tatalaksana
Farmakologi
Obat topical
Betametasone Valerate 0,01% 5 gram dioleskan
pada lesi 2 kali sehari selama 2 minggu
Obat sistemik
Cetirizine 1 x 10 mg selama
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Uji KOH 20%
Prognosis
1.Quo ad vitam : Bonam
2.Quo ad functionam : Bonam
3.Quo ad sanationam : Bonam
4.Quo ad comestica : Bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan

. Pada anamnesis berdasarkan teori, Dermatitis popok (diapers


dermatitis) adalah iritasi kulit yang meliputi area popok yaitu lipat
paha, perut bawah, paha atas, pantat dan anogenital.2 Kelainan ini
sangat sering dijumpai pada bayi dan anak, namun kelainan ini
dapat juga dijumpai pada orang dewasa yang menggunakan popok.
Dermatitis popok juga dapat terjadi pada orang tua dengan
paralisis, inkontinensia urin dan pasien terbaring lama (stroke).
Pembahasan

Terdapat bintil berwarna merah sebesar ujung jarum pentul


berjumlah lebih dari 10 di sekitar perut bawah kanan dan kiri.
Gejala klinis dari diaper dermatitis berupa bercak kemerahan,
lembab dan kadang bersisik pada daerah bokong dan genitalia
yang lebih menonjol serta dapat juga ditemukan papul-papul.
Pembahasan
Pasien juga mengeluh terdapat kehitaman pada daerah sekitar
anus. Keluhan tersebut disertai rasa gatal hilang timbul. Gatal
terutama di rasakan ketika popok pasien sudah penuh dan
menghilang saat popok dilepas dan dibilas menggunakan air.
Etiologi dermatitis popok bersifat multifaktorial.
Pembahasan
Pasien menyangkal adanya rasa nyeri pada daerah bintil dan
ruam merah. Bintil padat tidak terdapat cairan, juga tidak terdapat
darah maupun nanah dan tidak disertai bengkak. Tidak terdapat
penebalan kulit yang bersisik, gelembung yang berisi cairan ataupun
nanah serta luka yang mengeluarkan cairan bening ataupun darah.
Dermatitis popok memberikan gejala klinis berupa bercak
kemerahan, lembab dan kadang bersisik pada daerah bokong dan
genitalia yang lebih menonjol. Kelainan ini dapat tidak bergejala
hingga terasa perih pada kelainan yang luas.
Pembahasan
1 hari yang lalu setelah timbul bintil, ruam serta keitaman,
pasien hanya memakai popok bila ingin buang air kecil saja.
Setelah buang air kecil, pasien dibilas dengan menggunakan air dan
ditaburi dengan bedak tabur. Pasien mengaku keluhan ruam dan
bintil merah berkurang. Untuk mengurangi keluhan, dapat dengan
menjaga higine penggunaan popok. Mengganti popok setiap kali
buang air kecil / buang air besar, bersihkan dengan air hangat.
Pembahasan

Pasien mengatakan bahwa keluhan ini tidak pernah dirasakan


sebelumnya dan baru pertama kali terjadi. Keluarganya tidak ada
yang mengalami keluhan serupa. Pada diaper dermatitis, faktor
genetik tidak terlalu berpengaruh.
Pembahasan

Kasus Diaper Dermatitis


Epidemiologi Pasien berjenis Jenis kelamin laki-laki sama
kelamin Perempuan dengan perempuan
Berusia 55 tahun. Diaper dermatitis umumnya
dialami pada bayi atau anak-anak
tetapi dapat juga pada orang
dewasa yang menggunakan
popok.
Pembahasan
Kasus Diaper Dermatitis
Anamnesis  Timbul bintil kemerahan sebesar ujung  Diaper dermtitis akan menunjukan gejala bercak
jarum pentul berjumlah lebih dari 10 merah yang mengkilat, papul-papul, dan plak yang
di sekitar perut bawah kanan dan kiri umumnya terjadi pada lipatan kulit
serta warna kehitaman pada daerah  Faktor genetik pada diaper dermatitis tidak
sekitar anus
berpengaruh tetapi cenderung meningkat pada orang-
 Keluhan ini tidak pernah dirasakan orang yang sering menggunakan popok.
sebelumnya dan baru pertama kali
 Popok bersifat oklusif sehingga menghambat
terjadi. Keluarganya tidak ada yang
penguapan dan kulit menjadi lembab, memudahkan
mengalami keluhan serupa
maserasi dan mempermudah proliferasi
 Pasien menderita CVD Non- mikroorganisme serta lebih mudah terjadi trauma
Hemorragic yang menyebabkan pasien gesekan. Kulit yang lembab mempunyai kerentanan
tidak dapat melakukan aktifitas sehari- yang lebih tinggi terhadap gesekan, sehingga lebih
hari sehingga pasien memakai popok mudah lecet dan memicu inflamasi
untuk membantu pasien buang air kecil
Pembahasan
Kasus Diaper Dermatitis
Predileksi Keluhan timbul pada perut Predileksi tempat terjadinya iritasi pada
bawah dan di sekitar anus dermatitis popok dibagi menjadi 2
bentuk, yaitu: bentuk convexities
dermatitis (daerah W, yaitu area
cembung bokong, perut bawah, pubis)
dan bentuk creases dermatitis (daerah Y,
yaitu area cekungan lipatan inguinal,
lipatan gluteal, perineum, perianal).
Pembahasan
Kasus Diaper Dermatitis
Efloresensi Pada regio inguinal dextra et  Diaper dermatitis akan menunjukan gejala
sinistra tampak papul eritema, bercak merah yang mengkilat, papul-papul,
multipel, bentuk bulat, diameter dan plak yang umumnya terjadi pada lipatan
0,1-0,3 cm, penyebaran diskret kulit
hingga konfluens. Pada regio
perianal tampak patch
hiperpigmentasi, soliter, bentuk
irreguler, ukuran 7 cm x 10 cm
Pembahasan

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut dapat kita


pikirkan tiga diagnosis banding yaitu diaper dermatitis, dermatitis
kontak iritan, dan kandidiasis.
Pembahasan
Diagnosis banding dapat ditinjau dari epidemiologi, gejala klinis, daerah
predileksi dan efloresensinya. Bila ditinjau dari aspek epidemiologi, pada kasus
ini pasien berjenis kelamin Perempuan berusia 55 tahun. Berdasarkan teori,
Kelainan ini sangat sering dijumpai pada bayi dan anak, namun kelainan ini
dapat juga dijumpai pada orang dewasa yang menggunakan popok.
Dermatitis popok juga dapat terjadi pada orang tua dengan paralisis,
inkontinensia urin dan pasien terbaring lama (stroke).1,4 Dermatitis kontak
iritan dan kandidiasis dapat dialami oleh semua orang dari berbagai golongan
umur, ras, dan jenis kelamin.6 Meskipun sesuai dengan teori, namun hal ini
belum dapat menyingkirkan diagnosis banding.
Pembahasan
Kurangnya kebersihan memegang peranan penting terhadap infeksi tinea
pedis. Pada kasus pasien mencuci piring menggunakan detergen attack
kemungkinan ini bahan iritan penyebab terjadinya keluhan pada pasien. Pasien
mengatakan kaki dalam keadaan basah hanya pada saat mandi dan saat
mencuci saja namun pada saat mencuci pasien menggunakan sandal jepit,
setelah mencuci pasien Sedangkan perjalanan penyakit dari tinea termasuk
keluhan utama dan keluhan tambahan yaitu rasa gatal yang hebat pada
daerah kruris (lipat paha), lipat perineum, bokong dan dapat ke genitalia;
ruam kulit berbatas tegas, eritematosa dan bersisik, semakin hebat jika
banyak berkeringat.
Pembahasan
Kasus Diaper Dermatitis DKI Kandidiasis
Epidemiologi Pasien berjenis Pria sama dengan pria sama dengan Pria sama dengan
kelamin wanita wanita, wanita
Perempuan Sering terjadi pada dapat dialami oleh dapat dialami oleh
Berusia 55 bayi dan anak semua orang dari semua orang dari
tahun. Namun dapat berbagai golongan berbagai golongan
terjadi pada umur umur
orangtua yang
menggunakan
popok
Pembahasan
Jika ditinjau dari anamnesis, pada kasus diketahui bahwa pasien
mengeluh timbul bintil dan ruam merah pada perut bawah kanan dan kiri
dan kehitaman pada daerah sekitar anus. Terdapat bintil berwarna merah
sebesar ujung jarum pentul berjumlah lebih dari 10 di sekitar perut bawah
kanan dan kiri. Pasien juga mengeluh terdapat kehitaman pada daerah sekitar
anus. Keluhan tersebut disertai rasa gatal hilang timbul. Gatal terutama di
rasakan ketika popok pasien sudah penuh dan menghilang saat popok dilepas
dan dibilas menggunakan air. Pasien menyangkal adanya rasa nyeri pada
daerah bintil dan ruam merah. Bintil padat tidak terdapat cairan, juga tidak
terdapat darah maupun nanah dan tidak disertai bengkak. Tidak terdapat
penebalan kulit serta luka yang mengeluarkan cairan bening ataupun darah.
Pembahasan
Kasus Diaper dermatitis DKI Kandidiasis
Anamnesis  Timbul bintil  Bercak kemerahan,  Gejala akut: kulit terasa  vesikel-vesikel dan
kemerahan dan lembab dan kadang pedih, panas, rasa terbakar, pustule-pustul kecil
ruam merah rasa bersisik kelainan yang terlihat berupa atau bula yang bila
nyeri pada daerah eritema edema, bula, pecah akan
 Jika telah terjadi
bintil dan ruam mungkin juga nekrosis meninggalkan daerah
superinfeksi oleh
merah. Bintil padat erosif dengan pinggir
Candida (Candida Diaper  Gejala akut lambat: eritema
tidak terdapat yang kasar dan
Dermatitis), akan kemudian
cairan, juga tidak berkembang seperti lesi
menunjukan gejala
terdapat darah  terjadi vesikel atau bahkan primer
bercak merah yang
maupun nanah dan nekrosis
mengkilat, papul-papul,
tidak disertai  Gejala kronik: berupa kulit
dan plak
bengkak. Tidak kering, disertai eritema,
terdapat penebalan skuama, yang lambat laun
kulit serta luka yang kulit menjadi tebal
mengeluarkan cairan (hyperkeratosis) dengan
bening ataupun likenifikasi, yang difus
darah
Pembahasan

Berdasarkan daerah predileksi, Pada kasus keluhan timbul pada


perut bawah dan daerah sekitar anus. Berdasarkan teori, daerah
Predileksi tempat terjadinya iritasi pada dermatitis popok dibagi
menjadi 2 bentuk, yaitu: bentuk convexities dermatitis (daerah W,
yaitu area cembung bokong, perut bawah, pubis) dan bentuk creases
dermatitis (daerah Y, yaitu area cekungan lipatan inguinal, lipatan
gluteal, perineum, perianal).
Pembahasan

Pada sedangkan pada dermatitis kontak iritan dapat terjadi


dimana saja yang terpajan dengan iritan. Dan pada kandidiasis dapat
terjadi pada lipatan kulit ketiak, genitokrural, intergluteal, lipat
payudara, interdigital, lipat umbilicus serta lipatan kulit dinding perut.
Oleh karena itu, diagnosis banding diaper dermatitis lebih mendekati
dibandingkan dua penyakit lainnya.
Pembahasan

Kasus Diaper Dermatitis DKI Kandidiasis


Predileksi keluhan timbul dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu: dapat terjadi lipatan kulit ketiak,
pada perut bentuk convexities dermatitis dimana saja yang genitokrural,
bawah dan (daerah W, yaitu area cembung terpajan dengan intergluteal, lipat
daerah sekitar bokong, perut bawah, pubis) dan iritan payudara,
anus bentuk creases dermatitis (daerah Y, interdigital, lipat
yaitu area cekungan lipatan inguinal, umbilicus serta
lipatan gluteal, perineum, perianal) lipatan kulit dinding
perut.
Pembahasan

Diberikan obat anti histamin berupa cetirizin tab 10 mg 1 x


sehari selama 2 minggu. Antihistamin banyak digunakan pada
berbagai penyakit kulit eksematosa demikian juga pada penyakit
alergi karena keluhan pruritusnya. Antihistamin bekerja secara
kompetitif inhibitor terhadap histamin pada reseptor jaringan. Dipilih
anihistamin 1 karena merupakan golongan antihistamin yang
terbanyak digunakan, menyusul antihistamin 2, sedangkan
antihistamin 3 tidak digunakan khususnya dalam bidang dermatologi.
Antihistamin Indikasi Manfaat Efek samping
Antihistamin 1 Untuk pengobatan - Menghambat efek - Sedasi
simtomatik berbagai histmin pada - Vertigo
penyakit alergi dan pembuluh darah, - Tinnitus
mencegah atau bronkus dan macam- - Lelah
mengobati mabuk macam otot polos - Nafsu makan
perjalanan - Untuk mengobati menurun
reaksi - Mual
hipersensitivitas atau - Muntah
keadaan lain yang - Keluhan pada
disertai pelepasan epigastrium
histamine endogen - Konstipasi
berlebihan - Diare

Antihistamin 2 Menghambat gejala akut Menghambat sekresi - Nyeri kepala


tukak duodenum dan asam lambung - Pusing
mempercepat - Malaise
Pembahasan

Di pilih antihistamin 1 generasi kedua karena memiliki


efek antihistamin yang tinggi, efek sedasi minimal atau tidak
ada karena tidak dapat menembus sawar darah otak.
Antihistamin 1 generasi kedua kerjanya lebih lama
dibangingkan antihistamin 1 generasi satu.
Pembahasan

Di pilih cetirizine karena masa kerja lebih lama dan efek sedasi
lebih minimal. Sedangkan loratadine juga mempunyai efek sedasi dan
antikolinergik minimal akan tetapi kurang efektif dalam menghambat
pelepasan histamin. Obat astemizol dan feksofenadin tidak dipilih
karena mulai kerjanya lambat juga dapat menyebabkan gangguan
metabolisme hati walaupun risiko aritmia lebih rendah.
Golongan dan contoh Dosis Masa kerja Aktivitas Komentar
obat dewasa (mg) (jam) antikolinergik

Etanolamin
Pembahasan
Antihistamin Generasi I

- Karbinoksamin 4-8 3-4 +++ Sedasi ringan sampai sedang


- Difenhidramin 25-50 4-6 +++ Sedasi kuat, antimotion sickness
- Dimenhidrinat 50 4-6 +++ Sedasi kuat, antimotion sickness
Etilenediamin
- Pirilamin 25-50 4-6 + Sedasi sedang
- Tripelenamin 25-50 4-6 + Sedasi sedang
Piperazin
- Hidroksizin 25-100 6-24 ? Sedasi kuat
- Siklizin 25-50 4-6 - Sedasi ringan, antimotion sickness
- Meklizin 25-50 12-24 - Sedasi ringan, antimotion sickness
Alkilamin
- Klorfeniramin 4-8 4-6 + Sedasi ringan, komponen obat flu
- Bromfeniramin 4-8 4-6 + Sedasi ringan
Derivate fenotiazin
- Prometazin
Lain-lain 10-25 4-6 +++ Sedasi kuat, antiemetic
- Siproheptadin
- Mebhidrolin 4 ±6 + Sedasi sedang, anti serotonin
napadisilat 50-100 ±4 +
Antihistamin Generasi II
- Asetomizol 10 <24 - Mula kerja lambat
- Feksofenadin 60 12-24 - Risiko aritmia lebih rendah
Lain-lain
- Loratadin 10 24 - Masa kerja lebih lama
- Cetirizine 5-10 12-24
Pembahasan

Diberikan secara oral dengan sediaan cetirizine yaitu 5


mg dan 10 mg. Diberikan 10 mg karena dosis cetirizine
usia 2-6 tahun 5 mg sedangkan usia ≥ 6 tahun
diberikan 5-10 mg. Cetirizine diberikan 1 x sehari karena
lama kerja cetirizine yaitu 12-24 jam.8
Pembahasan

Diberikan kortikosteroid topikal betametasone Valerate 0,1% 5gr 2 kali


sehari selama 2 minggu. Kortikosteroid potensi tinggi digunakan untuk
penyakit kulit yang parah di area nonfacial dan nonintertiginous, contohnya
pada kulit kepala, telapak tangan, telapak kaki, dan plak yang tebal pada
permukaan ekstensor. Kortikosteroid sedang digunakan untuk nonfacial
ringan sampai sedang dan daerah nonintertiginous. Sedangkan, kortikosteroid
rendah digunakan pada daerah kulit yang luas dan tipis contohnya daerah
wajah, kelopak mata, genital dan intertiginous. Maka dari itu dipilih
kortikosteroid sedang.
Pembahasan

Pada kasus ini diketahui Ny.H 55 tahun, dengan predileksi


pemberian betametasone valerate 0,01% yaitu pada tubuh bagian
belakang (7 FTU). Dimana diketahui 1 fingertip unit pada
permpuan setara dengan 0,4 gram (7 x 0,4 = 2,8 gram) diberikan
selama 2 minggu (2,8 g x 28 hari = 78,4 gram).
Pembahasan

Prognosis quo ad vitam, quo ad fungsional, quo ad sanationam


serta quo ad kosmetika adalah bonam karena pada diapers
dermatitis akan berkurang apabila penggunaan popok dikurangi. Hal
ini sesuai dengan teori, prognosis pada dermatitis popok baik jika
penyebabnya bisa teratasi dengan sempurna dan teratur dalam
pengobatan, bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak
dapat disingkirkan dengan sempurna, maka prognosisnya kurang baik.
Keadaan ini sering terjadi pada dermatitis kronis dan berkembang
menjadi lebih parah.
KESIMPULAN
1.Pada kasus memiliki tiga diagnosis banding yaitu diaper dermatitis,
dermatitis kontak iritan dan kandidiasis berdasarkan epidemiologi,
gejala klinis, predileksi dan efloresensinya.
2.Diagnosis kerja pada kasus ini yaitu diaper dermatitis dimana gejala
klinis berupa terdapat bintil berwarna merah sebesar ujung jarum
pentul berjumlah lebih dari 10 di sekitar perut bawah kanan dan kiri.
Pasien juga mengeluh terdapat kehitaman pada daerah sekitar anus.
Keluhan tersebut disertai rasa gatal hilang timbul. Gatal terutama di
rasakan ketika popok pasien sudah penuh dan menghilang saat popok
dilepas dan dibilas menggunakan air. Pasien menyangkal adanya rasa
nyeri pada daerah bintil dan ruam merah. Bintil padat tidak terdapat
cairan, juga tidak terdapat darah maupun nanah dan tidak disertai
bengkak. Tidak terdapat penebalan kulit serta luka yang mengeluarkan
cairan bening ataupun darah.
KESIMPULAN
3.Tatalaksana diapers dermatitis adalah Memberikan edukasi
kepada pasien maupun keluarganya mengenai penyakit serta
perjalanan penyakitnya, memberikan edukasi untuk menghindari
pajanan bahan iritan yang menjadi penyebab dermatitis,
memberikan edukasi kepada pasien untuk mengganti popok setiap
setelah buang air kecil, memberikan edukasi kepada pasien agar
menjaga higine kulit area popok, memberikan edukasi untuk tidak
menggaruk lokasi lesi. Sedangkan farmakologi papda pengobatan
sitemik Certirizine dan pengobatan topical Betametasone
Valerate 0,01%.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai