Mbhy
Mbhy
Meningkatnya
Iritasi kimiawi
kelembapan
Dan suferinfeksi
kulit
Popok bersifat
oklusif
mempermudah proliferasi
mikroorganisme serta lebih
mudah terjadi trauma gesekan.
patogenesis
Lecet dan
infeksi
Penikatan suhu
Vasodilatasi dan
memacu inflamasi
Manifestasi Klinis
Dermatitis popok
memberikan gejala klinis
berupa bercak kemerahan,
lembab dan kadang bersisik
pada daerah bokong dan
genitalia yang lebih menonjol.
Kelainan ini dapat tidak
bergejala hingga terasa perih
pada kelainan yang luas.
Manifestasi Klinis
Predileksi tempat terjadinya
iritasi pada dermatitis popok
dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu:
bentuk convexities dermatitis
(daerah W, yaitu area cembung
bokong, perut bawah, pubis) dan
bentuk creases dermatitis
(daerah Y, yaitu area cekungan
lipatan inguinal, lipatan gluteal,
perineum, perianal).
Diagnosis
Perjalan penyakit melalui
anamnesis dan gambaran klinis
sangat penting untuk menegakkan
diagnosa.
Pemeriksaan laboratorium
penunjang seperti KOH 10%,
diperlukan untuk menentukan
apakah ada superinfeksi dengan
Candida albicans dan pemeriksaan
gram diperlukan untuk mengetahui
superinfeksi dengan bakteri
seperti Staphylococcus.
Diagnosis Banding
01 dermatitis kontak
iritan
02 dermatitis kontak
alergi
03 dermatitis atopi,
04 serta kandidiasis
Terapi
Penatalaksanaan dermatitis
popok meliputi pencegahan dan
pengobatan. Pada pencegahan
meliputi penggantian popok, menjaga
higine kulit area popok, menghindari
bahan-bahan iritatif, dan pemakaian
salep pelindung.
Terapi
Edukasi orangtua sangatlah
penting dalam penatalaksanaan
dermatitis popok, terutama tentang
bagaimana higine penggunaan popok.
Mengganti popok setiap kali buang air
kecil / buang air besar, bersihkan
dengan air hangat, bila perlu dengan
sabun dan bilas bersih lalu keringkan.
Terapi
Untuk dermatitis popok ringan maka dapat dilakukan:
1. Higine bayi, terutama kebersihan popok.
2. Olesi krim atau salep atau lotion khusus yang melindungi
kulit yang sedang meradang terhadap kontak dengan bahan
tertentu dan mengurangi gesekan, kandungan bahan zink
oksida biasa digunakan dengan konsentrasi 10-15%.
3. Bila kulit basah, kompres dahulu selama ½ - 1 jam, 2 – 3 kali
sehari sampai kulit kering. Bahan kompres memakai larutan
garam (satu sendok teh garam dalam 0,5 L air atau
menggunakan larutan garam fisiologi NaCl 0,9%), lalu
diangin-anginkan biar kering dan olesi lotion atau krim
pelindung.
Terapi
Karena absorbsi perkutaneus
yang tinggi pada daerah yang inguinal
dan sekitarnya, maka penggunaan
steroid topikal (hidrokortison 1-2,5%)
harus dibatasi dengan penggunaan
jangka pendek (3-7 hari).1
Prognosis
Diagnosis
Prognosis DMdermatitis popok baik jika
pada
penyebabnya bisa teratasi dengan sempurna dan
teratur dalam pengobatan, bila bahan iritan
penyebab dermatitis tersebut tidak dapat
disingkirkan dengan sempurna, maka prognosisnya
kurang baik. Keadaan ini sering terjadi pada
dermatitis kronis dan berkembang menjadi lebih
parah.
Dermatitis Kontak Iritan (DKI)
Dermatitis Kontak Iritan (DKI) adalah
dermatitis yang terjadi akibat respon kulit
yang berkontak dengan bahan dari luar
seperti bahan kimia, fisik, agen biologic,
sedangkan faktor endogen yang berperan
seperti fungsi barrier kulit dan adanya
dermatitis sebelumnya.
Epidemiologi
Dermatitis kontak iritan dapat dialami oleh
semua orang dari berbagai golongan umur, ras,
dan jenis kelamin. Jumlah orang yang
mengalami DKI diperkirakan cukup banyak,
terutama yang berhubungan dengan
pekerjaan (DKI akibat kerja). Hal ini
dikarenakan antara lain banyak pasien dengan
kelainan ringan tidak datang berobat, atau
bahkan tidak mengeluh.
Etiologi
Bahan pelarut detergen Minyak
pelumas
asam alkali
Etiologi
Faktor individu juga turut berpengaruh pada DKI, misalnya
perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan
perbedaan ketebalan kulit diberbagai tempat menyebabkan
perbedaan permeabilitas; usia (anak di bawah 8 tahun dan usia
lanjut lebih mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan
dibandingkan dengan kulit putih); jenis kelamin (insidens DKI
lebih banyak pada perempuan); penyakit kulit yang pernah atau
sedang dialami, misalnya dermatitis atopic.
Manifestasi Klinis
DKI Akut
Etiologi: larutan asam slufat dan asam
hidroklorid atau basa kuat, misalnya natrium dan
kalium hidroksida.
Gejala: Kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar,
kelainan yang terlihat berupa eritema edema, bula,
mungkin juga nekrosis. Tepi kelainan berbatas tegas,
dan pada umumnya asimetris. Luka bakar oleh bahan
kimia juga termasuk dermatitis kontak iritan akut.
Manifestasi Klinis
DKI Akut Lambat
Gambaran klinis dan gejala sama dengan
DKI akut, tetapi baru terjadi 8 jam sampai
24 jam setelah berkontak.
Etiologi: bulu serangga (dermatitis
venenata). Keluhan dirasakan pedih
keesokkan harinya
Gejala: eritema kemudian terjadi
vesikel atau bahkan nekrosis.
Manifestasi Klinis
DKI Kronik Kumulatif
Etiologi: kontak berulang dengan iritan lemah
(misalnya deterjen, sabun, pelarut, tanah, bahkan
juga air).
Gejala: kulit kering, disertai eritema, skuama,
yang lambat laun kulit menjadi tebal (hyperkeratosis)
dengan likenifikasi, yang difus.
Manifestasi Klinis
Reaksi iritan
Reaksi iritan merupakan DKI subklinis pada
seseorang yang terpajan dengan pekerjaan
basah dalam beberapa bulan pertama,
misalnya piñata rambut dan pekerja logam.
Kelainan kulit bersifat monomorf dapat
berupa skuama, eritema, vesikel, pustule, dan
erosi. Umumnya dapat sembuh sendiri.
Manifestasi Klinis
DKI Traumatik
Kelainan kulit berkembang lambat setelah
trauma panas atau laserasi. Gejala klinis
menyerupai dermatitis numularis,
penyembuhan berlangsung lambat, paling
cepat 6 minggu. Lokasi tersering di tangan.
DKI Non-Eritematosa
Bentuk subklinis DKI, ditandai dengan
perubahan sawar (stratum korneum) tanpa
disertai kelainan klnis.
Manifestasi Klinis
DKI subyektif
Disebut juga DKI sensori, karena kelainan
kulit tidak terlihat, namun pasien merasa
seperti tersengat (pedih) atau terbakar
(panas) setelah berkontak dengan bahan
kimia tertentu misalnya asam laktat.
Histopatologik
Diagnosis DM
Pada DKI akut, dermis bagian atas terdapat
vasodilatasi disertai serbukan sel mononuclear di
sekitar pembuluh darah. Eksositosis di epidermis
diikuti spongiosis dan edema intrasel, serta
nekrosis epidermal. Pada dermatitis berat
kerusakan epidermis berbentuk vesikel atau bula.
Di dalam vesikel atau bula ditemukan limfosit dan
neutrofil.
Diagnosis
Upaya pengobatan yang terpenting
pada DKI adalah menghindari pajanan
bahan iritan yang menjadi penyebab, baik
yang bersifat mekanik, fisik, maupun
kimiawi, serta menyingkirkan faktor yang
memperberat. Bila hal ini dapat dilakukan
dengan baik, dan tidak terjadi
komplikasi, maka DKI tersebut akan
sembuh tanpa pengobatan topical,
mungkin cukup dengan pemberian
pelembab untuk memperbaiki sawar kulit.
Prognosis
2 hari yang lalu pasien mengeluh timbul bintil dan ruam merah
pada perut bawah kanan dan kiri serta kehitaman pada daerah sekitar
anus. Sejak 4 hari yang lalu pasien dirawat di bangsal saraf RSUD
Palembang Bari dengan diagnosis CVD Non-Hemorragic yang
menyebabkan pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari
sehingga pasien memakai popok untuk membantu pasien buang air
kecil. Pasien mengganti popok 3 kali dalam sehari.
KELUHAN UTAMA DAN PERJALANAN PENYAKIT
Pernapasan : 21 x/menit
Nadi : 85 x/menit
Thorax Leher
Pulmo : dalam batas normal Tidak teraba pembesaran KGB
Cor : dalam batas normal
Ekstremitas :
Ekstremitas Superior : terjadi
kelemahan pada tangan kiri
Ekstremitas Inferior: terjadi
kelemahan pada tungkai kiri
Status dermatologikus
Regio Perianal
Status dermatologikus
Diagnosis kerja
Diaper Dermatitis
Tatalaksana
Non Farmakologi
a. Memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarganya
mengenai penyakit serta perjalanan penyakitnya.
b. Memberikan edukasi untuk menghindari pajanan bahan
iritan yang menjadi penyebab dermatitis
c. Memberikan edukasi kepada pasien untuk mengganti popok
setiap setelah buang air kecil
d. Memberikan edukasi kepada pasien agar menjaga higine
kulit area popok
e. Memberikan edukasi untuk tidak menggaruk lokasi lesi.
Tatalaksana
Farmakologi
Obat topical
Betametasone Valerate 0,01% 5 gram dioleskan
pada lesi 2 kali sehari selama 2 minggu
Obat sistemik
Cetirizine 1 x 10 mg selama
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Uji KOH 20%
Prognosis
1.Quo ad vitam : Bonam
2.Quo ad functionam : Bonam
3.Quo ad sanationam : Bonam
4.Quo ad comestica : Bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan
Di pilih cetirizine karena masa kerja lebih lama dan efek sedasi
lebih minimal. Sedangkan loratadine juga mempunyai efek sedasi dan
antikolinergik minimal akan tetapi kurang efektif dalam menghambat
pelepasan histamin. Obat astemizol dan feksofenadin tidak dipilih
karena mulai kerjanya lambat juga dapat menyebabkan gangguan
metabolisme hati walaupun risiko aritmia lebih rendah.
Golongan dan contoh Dosis Masa kerja Aktivitas Komentar
obat dewasa (mg) (jam) antikolinergik
Etanolamin
Pembahasan
Antihistamin Generasi I