Anda di halaman 1dari 11

Mysthenia gravis:

new developments in research and


Treatment

Oleh : Nurul Maghfirah


Pembimbing : dr. Nasrul Musadir, Sp.S
Pendahuluan

– Myasthenia gravis adalah kelainan langka yang terjadi pada sambungan


neuromuskular, dan sering dikenal dengan sindrom karena memilki lebih dari 1
gejala.
– Mysthenia gravis merupakan penyakit autoantibodi (Abs), yang menyebabkan
perubahan morfologi dan fungsional membran postsinaps dan mengakibatkan
gangguan transmisi neuromuskular sehingga menyebabkan otot yang cepat
lelah.
– Pengaruh antibody utama adalah pengurangan ikatan reseptor acetylcholine
(AchR), yang mana itu sangat penting untuk efisiensi sinaps dan ketepatan dari
interaksi protein kunci, seperti agrin, Muscle specific kinase (MuSK), dan
lipoprotein receptor related protein 4 (Lrp4).
– Kompleks imun antibodi-antigen pada MG menghambat transmisi
neuromuskuler yang normal. Pada sebagian besar pasien, antibodi IgG
menyerang reseptor asetilkolin (AChRs), tetapi mereka juga dapat mengikat
otot kinase spesifik/muscle kinase spesific (Musk) dan Lrp4
AChr, MuSK adalah komponen transmembran dari postsinap
neuromuscular junction. Selama pembentukan dari
neuromuscular junction, MuSK diaktifkan lewat ikatan dari
agrin (saraf bentukan proteoglikan) ke lipoprotein yang
terikat protein 4 (LRP4)
Aspek klinis

Antigen Onset Pria:Wanita Kelemahan %ocular Perubahan timus


myasthenia

<50 1:4.5 Apapun 10–15% Hiperplasia follikular


AChR 40-60 1:1 Apapun 2–3% Antibodi, B thymoma
>50 1.8:1 Apapun 20% Atropi pada pusat
germinal yang jarang

MuSK Berapa saja 1:4 Bulbar Sangat Jarang -


Lrp4 Berapa saja 1:2 Ringan umum 20% ?
– Beberapa pasien myasthenia gravis memiliki antibodi terhadap protein otot
intraseluler, seperti titin, reseptor ryanodine (RyR) dan cortactin.
– Titin dan RyR Abs sejauh ini telah terdeteksi di AChR-myasthenia gravis,
sebagian besar pada pasien dengan thymoma dan pada tingkat lebih rendah.
Dalam studi multisenter baru-baru ini, Titin Abs ditemukan, tidak hanya di
ACHR-myasthenia gravis, tetapi juga pada beberapa kasus MuSK-positif dan
LRp4-positif, serta pada 13% pada pasien AChR / MuSK / Lrp4-negatif.
– Menariknya, keberadaan antibodi titin tidak terkait dengan thymoma, usia
onset atau keparahan penyakit.
– Selanjutnya, Abs untuk cortactin, cortactin terdeteksi pada Pasien yang lebih
muda atau lebih sering terkena pada gejala yang ringan.
PERKEMBANGAN TERBARU PENGOBATAN

– Pilihan terapeutik pada pasien dengan myastenia gravis :


1. menghambat kolinesterase,
2. Timektomi,
3. Agen imunosupresif dan
4. Imunomodulasi kerja lambat dengan pertukaran plasma, serta
5. Intravena imunoglobulin.
Asetilkolinesterase Inhibitor
Sebagai terapi lini pertama dalam kasus ringan miastenia gravis,
asetilkolinesterase inhibitor menghentikan degradasi asetilkolin dan
memperpanjang efeknya pada neuromuskular junction, tetapi tidak memodifikasi
penyakit dan manfaatnya hanya sedikit. Pyridostigmine adalah pilihan biasa
asetikolinsterase inhibitor.
Timektomi
AChR-myastenia gravis biasanya berkaitan dengan perubahan pada timus, seperti
thymus follicular hyperplasia (TFH) dan thymoma, keduanya berperan dalam
patogenesis. Pengobatan dengan thymectomy telah dilakukan sejak tahun 1940,
namun bukti terhadap keberhasilannya masih berupa data yang tidak terkontrol.
Hasil penantian panjang terhadap percobaan myastenia gravis thymectomy
(MGTX), membandingkan trans sternal thymectomy dan prednisone dengan
prednisone tunggal pada nonthymomatous AchR-myastenoa gravis.
Imunosupresif
Kebanyakan pasien myastenia gravis membutuhkan terapi imunosupresif,
berdasarkan pada kortikosteroid dengan tambahan, dalam pengobatan jangka
panjang, dari azathioprine, mycophenolate mofetil, siklosporin atau siklofosfamid.

Rituximab
Rituximab adalah antibodi monoklonal terhadap membran sel B penanda CD20.
Adanya Peningkatan jumlah kasus yang mendukung efektivitas rituximab terhadap
pasien dengan miastenia gravis total yang parah dan tahan pada beberapa
imunosupresan. Ini tampak sangat efektif pada penyakit antibodi positif MuSK.

Laporan terbaru menunjukkan keberhasilan transplantasi sel induk hemopoietik


autologus (AHSCT) pada miastenia gravis refraktori berat. Tujuh pasien, semuanya
mencapai remisi bebas obat, sedangkan pasien tambahan, yang telah gagal dengan
beberapa imunosupresan termasuk rituximab, sirolimus dan bortezomib,
mengalami perbaikan secara signifikan tanpa perlu terapi tambahan.
Kesimpulan

– Beberapa tahun belakangan, sering dilakukan penelitian terkait peningkatan


untuk penatalaksanaan myasthenia gravis. Seperti pada penelitian sebelumnya,
telah ada penemuan aktif untuk antigen baru di myasthenia gravis, yang
mungkin menjadi target intervensi terapeutik di masa depan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai