Anda di halaman 1dari 26

LEARNING ISSUE

LBM 5
SGD 21
1. Anatomi rongga pelvis?
2. Sakit perut bawah dan pinggul dan BAK
berdarah?
• Nyeri perut bawah dan pinggul

Trauma tumpul pada daerah suprapubisnya di suprasimfisis


 terdapat bangunan peka nyeri di : periosteum, 1/3
bangunan luar anulus fibrosus, ligamentum, kapsula
artikularis, fascia, dan otot  mengandung nosiseptor
yang peka terhadap stimuli mekanik, termal, kimiawi 
reseptor dirangsang  pengeluaran mediator inflamasi
 terjadi spasme otot untuk mencegah kerusakan yang
lebih berat dengan membatasi gerakan antar fragmen
tulang  spasme otot menyebabkan iskemi dan
memumculkan trigger point  nyeri
• Nyeri tekan lepas
Fraktur pelvis  fiksasi VU pada tulang pelvis oleh fascia
endopelvic dan diaphragm pelvis sangat kuat  cedera
deselerasi jika titik fiksasi fascia bergerak ke arah yang
berlawanan

• BAK berdarah?
Fraktur pelvis mengenai ramus/simfisis pubis dan
menimbulkan kerusakan pada cincin pelvis  arteri iliaca
communis yang terletak di dalam pelvis diantara sendi
sacroiliaca dan incisura ischiadica mayor beserta vena-
venanya mudah terkena cedera pada fraktur
bag.posterior cincin pelvis  robekan pada uretra pars
prostatika – membranacea  robekan PD yang berada di
cavum pelvis  hematom yang luas di cavum retzi  jika
lig.pubostatikum ikut robek, prostat dan buli-buli
terangkat ke kranial.
Pada kontusio uretra  uretra terjepit diantara
tulang pelvis dan benda tumpul  hematuri
3. Interpretasi dari PF?
Trauma mekanik  terjadi fraktur pelvis 
terbukanya cincin pelvis  ketidakstabilan
dari bagian yang terputus  ketidakstabilan
hemodinamik dan kerusakan vascular dalam
rongga pelvis  laserasi langsung dari arteri
iliaca komunis dan arteri iliaca eksterna 
syok dan perdarahan
Syok hemoragic : HR ↑ , TD ↓ , RR dalam batas
atas
4. Tanda-tanda dari fraktur pelvis?
• Nyeri
• Pembengkakan
• Deformitas
• Perdarahan subkutan sekitar panggul
• Hematuria
• Syok
• Nyeri suprapubik / nyeri pada perut bawah
• Perdarahan dari rektal, vagina, uretra

• Look  lihat ada tidaknya jejas, perdarahan/fraktur


terbuka
• Feel  nyeri tekan, krepitasi, teraba hangat
• Movement  periksa ROM, deformitas
5. Diagnosis dan DD?
Intraperitoneal  25% - 45%
• Disebabkan karena cedera deselerasi pada titik fiksasi fascia
bergerak ke arah berlawanan
• Dapat menimbulkan kematian karena peritonitis maupun
sepsis
• Eksplorasi laparatomi untuk mencari robekan serta adanya
cedera pada organ lain. Dilakukan operasi untuk mencegah
peritonitis.

Ekstraperitoneal  45% - 60%


• Disebabkan karena fragmen tulang pelvis merobek dinding
VU
• Kontusio VU  hanya terdapat memar pada dindingnya,
mungkin terdapat hematoma perivesikel, tapi tidak ada
ekstravasasi urine keluar VU
• Pasang kateter untuk mengistirahatkan VU selama 7-10
hari. Lakukan penjahitan VU dengan kateter sistosomi.
Pastikan tidak ada darah pada kateter saat dipasang melalui
uretra, jika ada darah, kontras didapatkan melalui IVU
Ruptur urethra anterior
• Terletak di proksimal diafragma urogenital
• Selain karena cedera kangkang, juga disebabkan karena instrumentasi
urologi seperti pemasangan kateter, businasi, dan bedah endoskopi
• Jenis kerusakan uretra yang terjadi berupa kontusio dinding uretra,
rupture parsial, atau rupture total dinding uretra. Pada kontusio uretra
pasien mengeluh adanya perdarahan per-uretram atau hematuria. Jika
terdapat robekan pada korpus spongiosum, terlihat adanya hematom
pada penis atau butterfly hematom. Pada keadaan ini seringkali pasien
tidak dapat miksi
• Daerah luka/hematom pada penis dan skrotum, beberapa tetes darah
segar pada meatus uretra, bila ruptur uretra total pasien tidak dapat
miksi sejak awal trauma dan nyeri perut bagian bawah dan daerah
suprapubik
• Pemulihan uretra dengan anastomosis ujung ke ujung dengan sayatan
perineal , pasang kateter silikon selama 3 minggu. Bila ruptur parsial 
kateter foley di uretra selama7-10 hari.
Ruptur uretra posterior
• Terletak di distal diafragma urogenital
• Tanda patah tulang pelvis, pada daerah suprapubik dan
abdomen bagian bawah, dijumpai jejas, hematom, dan
nyeri tekan lepas, ditemukan rangsang peritoneum
• Fraktur pelvis dan robekan pembuluh darah yang berada di
kavum pelvis menyebabkan hematom yang luas di kavum
retzius sehingga jika ligamentum pubo-prostatikum ikut
robek, prostat beserta buli-buli akan terangkat ke cranial
• Darah sedikit di meatus urethra dan disertai patah tulang
pelvis, pada colok dubur ditemukan prostat mengapung
karena tidak terfiksasi lagi pada diafragma urogenital.
Kadang prostat tidak teraba karena pindah ke kranial
• Reparasi uretra dilakukan 2-3 hari kemudian dilakukan
anastomosis ujung ke ujung dan pasang kateter silikon
selama 3 minggu. Bila ada cedera organ lain pasang kateter
rail roading
• Gambar 2 .Skema anatomi normal urethra pria pada potongan
sagital.Selama urethrografi setelah trauma pelvis, penting untuk
mengidentifikasi lokasi leher VU (bintang putih) dan sphincter
urethra eksternal atau diafragma urogenital (bintang merah) karena
merupakan kunci penunjuk anatomi pada klasifikasi trauma urethra.
6. Penyebab rupture saluran kemih
7. Pemeriksaan penunjang?
• Pemeriksaan lab
a. Pemeriksaan serial hemoglobin dan
hematokrit untuk memonitor kehilangan
darah yang sedang berlangsung
b. Pemeriksaan urine untuk mengetahui adanya
gross hematuria atau mikroskopik
• Pemeriksaan imaging
a. Radiografi anteroposterior pelvis merupakan
screening test untuk cedera pelvis
b. CT Scan untuk evaluasi anatomi panggul dan
derajat perdarahan pelvis
c. MRI untuk mengidentifikasi fraktur pelvis
d. Ultrasonografi untuk mengidentifikasi
homoperitoneum pada pasien dengan
fraktur pelvis
e. Cystography
8. Alur diagnosis?
9. Primary survey?
Primary survey  prioritas penanggulangan trauma
• Airway : clear
• Breathing : spontan, RR 24x/menit, thoracoabdominal
• Circulation : takikardi, HR 130x/menit TD 90/70 mmHg
• Disability : GCS
Resusitasi awal  perhatikan saluran/jalan nafas dan pernafasannya
dan kontrol pendarahan dengan pemberian cairan ringer dan
transfusi

Secondary Survey
Keadaan umum : pasien tampak kesakitan pada perut bagian
bawah dan pinggul
Kesadaran : compos mentis
10. Tatalaksana?
11. Komplikasi
• Komplikasi segera
a. Trombosis vena ilio-femoral  beri antikoagulan secara
rutin untuk profilaksis
b. Robekan kandung kemih  terjadi jika disrupsi simfisis
pubis atau tusukan bagian tulang panggul yang tajam
c. Robekan uretra  disrupsi simfisis pada daerah uretra
pars membranosa
d. Trauma rektum dan vagina
e. Trauma pembuluh darah besar yang menyebabkan
perdarahan masif dan syok
f. Trauma pada saraf
Lesi saraf skiatik  terjadi saat trauma atau saat operasi
Lesi plexus lumbosakralis  pada fraktur sacrum yang
bersifat vertikal dengan pergeseran.
Gangguan fungsi seksual jika mengenai pusat saraf.
• Komplikasi lanjut
a. Pembentukan tulang heterotropik  setelah
suatu trauma jaringan lunak yang hebat atau
setelah diseksi operasi. Berikan endometasin
untuk profilaksis
b. Nekrosis avaskuler  terjadi pada caput
femur beberapa waktu setelah trauma
c. Gangguan pergerakan sendi serta
osteoartritis sekunder  jika fraktur
acetabulum tanpa dilakukan reduksi yang
akurat
d. Skoliosis kompensatoar

Anda mungkin juga menyukai