Pengepresan Pengolahan
Unit
(screw
pemurnian biji
press)
Tahapan pengolahan kelapa sawit menjadi CPO:
1. Tahap proses pengolahan minyak kelapa sawit
a. Perebusan (sterilizer)
b. Penebah (threser)
c. Pelumatan buah
d. Unit pemurnian
2. Unit pemurnian melalui beberapa tahap :
a. Pemisahan pasir
b. Pemisahan bahan padatan
c. Pemisahan lumpur
d. Pemurnian minyak
e. Pengurangan kadar air
Perebusan (sterilizer)
• Tandan buah segar (TBS) direbus dalam ketel
rebusan/sterilizer.
• Sterilizer saat ini ada berbagai model:
1. Sterilizer Horizontal (konvensional)
2. Vertical Sterilizer
3. Continuous Sterilizer (CS)–Hak Paten CBMODIPALM
(Malaysia)
4. Oblique Sterilizer
• Spesifikasi teknis dan kondisi fisik. Sebuah sterilizer
terdiri dari beberapa bagian yaitu :
1. Dinding ketel (shell plate)
2. Plat bodam (disc end)
3. Plat pelapis dalam (wear plat)
4. Steam steainer/talang uap
5. Plat saringan kondensat
6. Pintu rebusan
7. Pipa pembuangan steam
Tujuan perebusan :
• Mematikan enzim lipase penyebab degradasi minyak
menjadi asam lemak bebas (ALB/FFA)
• Mempermudah proses pelepasam buah sawit pada
threser
• Menurunkan kadar air buah sawit
• Melunakkan daging buah sawit, sehingga daging buah
sawit mudah lepas dari biji (nut)
Metode Rebusan
• Sistem perebusan yang diterapkan tergantung kepada
persediaan uap dan besarnya kapasitas rebusan dengan
sasaran bahwa tujuan dari perebusan dapat tercapai.
• Semakin tinggi tekanan perebusan akan semakin cepat
pula waktu perebusan. Tekanan yang tinggi memberikan
temperatur yang tinggi sehingga dapat merusak kualitas
minyak dan inti sawit.
• Pola perebusan yang umum digunakan ada dua yaitu
double peak (dua puncak) atau triple peak (tiga puncak).
• Jumlah puncak dalam proses perebusan ditunjukkan
dari jumlah pembukaan atau penutupan dari steam inlet
atau exhause valve selama perebusan berlangsung yang
diatur secara manual atau secara otomatik.
• Pembukaan katup exhause valve yang dilakukan pada
saat perebusan dilakukan secara tiba-tiba dan cepat,
agar terjadi flash evaporation yang berguna untuk
membuat buah menjadi lemah dan minyak mudah
diperas dari dalamnya.
• Metode perebusan yang digunakan di PKS adalah sistem
perebusan tiga puncak (triple peak). Perebusan yang
dilakukan dengan tekanan uap 2,8 kg/cm2 dan waktu
antara 80-90 menit merupakan yang paling optimal
karena menghasilkan minyak dan inti yang memuaskan.
• Semakin banyak puncak yang diberikan pada saat
perebusan akan memberikan mechanical shock sehingga
semakin baik perebusan buah.
• Pada proses perebusan juga perlu dilakukan pengurasan
udara agar udara bisa keluar dan digantikan oleh uap air
sebagai media perebusan.
Tata cara yang harus dilakukan untuk memperoleh
perebusan normal sebagai berikut :
• 13 menit pemasukan uap pertama dari 0-2,3 kg/cm2,
termasuk menguras udara sekitar 2 menit
• 2 menit pembuangan uap pertama
• 12 menit pemasukan uap kedua kali sampai tekanan 2,5
kg/cm2
• 2 menit pembuangan uap kedua kali
• 13 menit pemasukan uap ketiga kali sampai tekanan 2,8
kg/cm2
• 43 menit tekanan uap ditahan pada 2,8 kg/cm2
• 5 menit pembuangan akhir uap sampai tekanan menjadi
0 (nol).
Kurva Perebusan dengan 3 puncak
Nut Cracker
• Alat ini berfungsi memecahkan biji dengan sistem
bentur biji ke dinding yang keras.
• Mekanisme pemecahan ini didasarkan pada kecepatan
putar, radius dan massa biji yang dipecahkan. Faktor
massa merupakan faktor yang selalu berubah ubah maka
perlu dilakukan penggelompokan biji, dan ini telah
dimulai dari “Nut Grading”.
• Biji yang telah dikelompokkan menjadi tiga fraksi maka
Cracker disediakan tiga unit. Ketiga Cracker tidak
mempunyai putaran yang sama, sebab semakin kecil
ukuran biji maka dibutuhkan putaran yang lebih tinggi.
• Penentuan kecepatan putaran mempengaruhi besarnya
persentase inti pecah dan inti lekat.
• Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemecahan biji
antara lain :
1. Karakter biji
Biji yang kecil akan lebih sulit dipecah dibanding
dengan biji yang besar. Banyaknya serat yang melekat
dalam biji membuat lebih sulit dipecahkan, dan
menghasilkan biji pecah dan inti lekat. Kadar air biji
rendah (15%) lebih mudah dipecah dan menghasilkan
inti utuh. Kadar air 15% dapat dicapai jika dilakukan
pemeraman yang sempurna.
2. Kapasitas olah
Pemecahan biji di atas kapasitas yang sudah
ditetapkan akan menurunkan efisiensi pemecahan
biji, yaitu sering ditemukan biji utuh dan inti lekat
dengan persentase yang besar.
3. Kelengkapan “nut cracker” dengan alat penangkap
logam berat
Alat pemecah biji yang tidak dilengkapi dengan alat
penangkap logam dapat menyebabkan kerusakan
dinding nut cracker sehingga permukaan tidak rata
dan menyebabkan biji tidak pecah sempurna.
Ripple Mill
• Ripple Mill terdiri dari dua bagian yaitu Rotating Rotor.
• Mekanisme pemecahan biji dengan cara melemparkan
biji dengan Rotor pada dinding bergerigi dan
menyebabkan pecahnya biji.
• Alat ini dapat memecahkan biji tanpa melalui
pemeraman dalam nut silo asalkan dalam proses
perebusan dilakukan dengan sempurna yaitu tekanan
rebusan 3 kg/cm² dengan sistem 3 puncak selama 90
menit, yang setara dengan kadar air 15 %.
• Penggunaan Ripple Mill oleh setiap PKS perlu dilakukan
penyesuaian terhadap biji yang diolah.
• Efisiensi pemecahan biji dipengaruhi :
1. Kondisi Ripple Mill. Keadaan plat yang bergerigi
tumpul dan rod yang bengkok akan menyebabkan
pemecahan tidak efektif.
2. Jarak Rotor dengan plat bergerigi. Jarak yang terlalu
rapat akan menyebabkan persentase biji yang remuk
cukup tinggi dan bila jarak terlalu renggang maka
pemecahan biji tidak sempurna.
3. Putaran Rotor. Putaran yang terlalu cepat akan
menghasilkan biji yang hancur dan terlalu rendah
menyebabkan banyak biji yang tidak pecah.
4. Bentuk biji. Ukuran biji yang heterogen, bentuk biji
yang gepeng dan lonjong akan menyebabkan efisiensi
pemecahan biji yang rendah.
Pemisahan Inti Dengan Tempurung
Pemisahan inti dengan tempurung menggunakan tiga cara
yaitu:
1. Claybath
2. Hydrocyclone
3. Hisapan angin
Clay Bath
• Clay Bath adalah tanah liat dapat tersuspensi dalam air
dan memiliki berat jenis larutan di atas satu, tergantung
dari konsentrasi tanah liat yang dilarutkan.
• Clay bath dapat digunakan untuk memisahkan dua
kelompok padatan yang memiliki berat jenis (BJ) yang
berbeda.
• Inti sawit basah memiliki berat jenis 1.07 kg/cm3
sedangkan cangkang 1.15 – 1.20 kg/m3.
• Untuk memisahkan inti dan cangkang dibuat BJ (berat
jenis) larutan 1.12 kg/m3 sehingga inti mengapung dan
cangkang akan tenggelam.
• Hasil gilingan pemecah biji masuk ke dalam bak dan inti
mengapung sedangkan cangkang bergerak ke dasar bak
(dikirim ke Shell Hopper)
• Faktor yang mempengaruhi efisiensi pemisahan :
1. Berat jenis suspensi. Pemisahan inti termasuk
“Continuous Process”, dan berat jenis dapat berubah
akibat pertambahan zat tersuspensi yang berasal dari
pecahan biji yang memiliki berat yang berbeda
dengan tanah liat.
2. Orang mencoba dengan menggunakan kapur
(CaCO3), akan tetapi diperoleh suspensi yang tidak
baik dan terlihat saat pemompaan berhenti kapur
akan mengendap dan sulit untuk mengaktifkan
kembali. Kapur memiliki sifat yang tidak baik yaitu
terjadi pembentukan busa sehingga mempersulit
pemisahan inti.
Hydro Cyclone
• Hasil olahan cracker sebelum memasuki Hydro Cyclone
mengalami pemisahan fraksi halus oleh Winnowing.
• Sampah halus akan terpisah dari fraksi berat akan
dicampur dengan air yang kemudian inti dipisahkan dari
tempurung berdasarkan berat jenis.
• Untuk memperbesar selisih berat jenis inti dengan
tempurung maka campuran dilewatkan melalui Cyclone,
sehingga inti akan keluar dari atas permukaan cyclone
dan tempurung dari bagian bawah yang kemudian
masing – masing fraksi diangkut ke pengolahan yang
lebih lanjut.
• Keberhasilan pemisahan tempurung dari inti
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Tekanan pompa air yang melalui Cyclone, tekanan
yang lebih tinggi akan mempercepat pemisahan inti
dan cangkang.
b. Putaran Cyclone semakin baik jika permukaan
bagian dalam lebih rata.
c. Kebersihan umpan, jika serat dan debu tinggi dalam
cairan Hydro Cyclone akan mempengaruhi
pemisahan inti dan cangkang.
d. Menghilangkan inti pecah kecil yang dapat
menggunakan kapasitas olah Hydro Cyclone.
e. Rotasi penggantian air, harus terjadwal dengan dasar
viskositas.
f. Biji bulat yang tidak terpecahkan dalam pemecah biji.
• Keberhasilan pemisah inti dengan Hydro Cyclone dapat
diketahui dari :
1. Jumlah kandungan kotoran (cangkang) dalam inti
sawit. Pemisahan inti yang dianggap cukup baik jika
kadar cangkang < 6.0 % .
2. Kadar inti dalam tumpukan cangkang tidak lebih dari
2%. Kadar kotoran inti yang dipisahkan dengan
menggunakan tanah liat memenuhi mutu standar
mutu yakni < 6.0 %.
• Cara pemishan cangkang dengan tanah liat mengandung
kelemahan - kelemahan yaitu :
1. Keterbatasan persediaan tanah liat disekitar pabrik.
2. Menimbulkan pengotoran disekitar lokasi pabrik,
yaitu dalam proses pembuangan Lumpur.
Hisapan angin
• Pemisahan cangkang dari inti dilakukan dengan
memanfaatkan perbedaan berat jenis dari fraksi. Fraksi
ringan umumnya lebih cepat dipisahkan dibanding
dengan fraksi berat.
• Pemisahan inti cangkang dilakukan dengan beberapa
tahap :
Hisapan tahap pertama
Hisapan ini bertujuan untuk menghilangkan debu dan
partikel halus seperti pecahan cangkang, inti dan serat
dengan alat winnowing.
Hisapan tahap kedua
Hisapan ini bertujuan untuk memisahkan cangkang dari
inti.
•
Hisapan tahap ketiga
Hisapan ini bertujuan untuk memisahkan inti yang
terdapat dalam tumpukan cangkang hasil hisapan
tahapan kedua. Daya hisap ketiga (p³) lebih kecil dari
hisapan kedua (P²) dan lebih besar dari hisapan pertama
(P¹). Tekanan hisapan yang paling rendah ke daya
hisapan lebih tinggi ( P¹ < P³ < P² ).