Anda di halaman 1dari 77

PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT

Elis Diana Ulfa

POLITEKNIK NEGERI PASER


MATERI
1. Jenis minyak sawit yang dihasilkan dari buah
kelapa sawit
2. Sumber-sumber impurities minyak nabati
3. Proses pengolahan minyak kelapa sawit
4. Tahap-tahap proses pengolahan minyak kelapa
sawit (CPKO)
JENIS MINYAK KELAPA SAWIT
• Kelapa sawit merupakan tumbuhan palm jenis dura
• Minyak kelapa sawit dihasilkan dari daging dan biji buah
• Minyak kelapa sawit dapat diolah menjadi berbagai
bahan pangan (minyak goreng, mentega) dan non
pangan (bahan farmasi, polimer, pelumas)
• Buah dari kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak
yaitu:
1. Crude Palm Oil (CPO
2. Crude Palm Kernel Oil (CPKO)
Perbedaan CPO dan CPKO
CPO CPKO
• Dari pengempaan daging • Dari pengepresan biji
buah kelapa sawit buah kelapa sawit
• Banyak mengandung • Banyak mengandung
asam lemak jenuh asam lemak tidak jenuh
• Nilai jual rendah • Nilai jual tinggi
• Randemen tinggi • Randemen rendah
Komponen minyak kelapa sawit
• Komponen dalam minyak kelapa sawit menentukan mutu
minyak
• Komposisi minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh faktor
genetika dan perlakuan saat panen
Asam Lemak CPO (%) CPKO (%)
Jenuh
Kaproat 3–7 -
Kaprilat 3–4 -
Dekanoat 3–7 -
Laurat 46 – 52 -
Miristat 14 – 17 1,1 – 2,5
Palmitat 6,5 – 9 40 – 46
stearat 1 – 2,5 3,6 – 4,7
Tidak jenuh 39 – 45
Oleat 13 – 19 7 – 11
Linoleat 0,5 – 2 1
linolenat 1–5
IMPURITIES MINYAK KELAPA SAWIT
Sumber-sumber impurities minyak kelapa sawit:
1. Secara alami terdapat pada minyak kelapa sawit
(primary by product)
2. Terbentuk karena degradasi impurities yang secara
alami terdapat pada minyak kelapa sawit (secondary
by product)
3. Terbentuk saat proses pengolahan minyak kelapa
sawit dengan menggunakan bahan kimia pembantu
(tertierty by product)
Impuritas alami yang terdapat pada minyak kelapa sawit
(primary by product) yaitu:
• Protein
• Asam lemak bebas (free fetty acid)
• Pospolipida
• Senyawa tidak tersabunkan (unsaponifiables) seperti
sterol, tokoferol, hidrokarbon
• Senyawa penyebab warna (colour bodies) seperti
karoten, klorofil, gossipol,
• Senyawa kompleks dari logam (metal complexes)
• Belerang
• Alkohol
• Eter
• Ester
Impuritas yang erbentuk karena pada minyak kelapa sawit
(secondary by product), yaitu:
• Asam lemak bebas (free fatty acid/ FFA)
• Keton
• Aldehid
• Trans fatty acid
• Senyawa logam
• Senyawa belerang
• Senyawa penyebab warna
• Non hydratable pospolipids
Impuritas yang terbentuk saat proses pengolahan minyak
kelapa sawit dengan menggunakan bahan kimia pembantu
(tertierty by product) yaitu:
• Pestisida
• Zat-zat pelarut
• Hidrokarbon
• Logam tidak terdeteksi
• Sabun
• Asam berupa asam lemak bebas, asam posporic, asam
sitrat
• Trans dan conjugate asam lemak
• Dimer dan polimer
PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT
• Proses pengolahan minyak kelapa sawit  proses
pengambilan minyak dari buah kelapa sawit.
• Minyak dari daging buah  crude palm oil (CPOI dan
inyak dari biji  crude palm kernel oil (CPKO).
• Proses mendapatkan CPO
Tandan
Perebusan Penebah Pelumatan
buah segas
(sterilizer) (thresher) (digester)
(TBS)

Pengepresan Pengolahan
Unit
(screw
pemurnian biji
press)
Tahapan pengolahan kelapa sawit menjadi CPO:
1. Tahap proses pengolahan minyak kelapa sawit
a. Perebusan (sterilizer)
b. Penebah (threser)
c. Pelumatan buah
d. Unit pemurnian
2. Unit pemurnian melalui beberapa tahap :
a. Pemisahan pasir
b. Pemisahan bahan padatan
c. Pemisahan lumpur
d. Pemurnian minyak
e. Pengurangan kadar air
Perebusan (sterilizer)
• Tandan buah segar (TBS) direbus dalam ketel
rebusan/sterilizer.
• Sterilizer saat ini ada berbagai model:
1. Sterilizer Horizontal (konvensional)
2. Vertical Sterilizer
3. Continuous Sterilizer (CS)–Hak Paten CBMODIPALM
(Malaysia)
4. Oblique Sterilizer
• Spesifikasi teknis dan kondisi fisik. Sebuah sterilizer
terdiri dari beberapa bagian yaitu :
1. Dinding ketel (shell plate)
2. Plat bodam (disc end)
3. Plat pelapis dalam (wear plat)
4. Steam steainer/talang uap
5. Plat saringan kondensat
6. Pintu rebusan
7. Pipa pembuangan steam
Tujuan perebusan :
• Mematikan enzim lipase penyebab degradasi minyak
menjadi asam lemak bebas (ALB/FFA)
• Mempermudah proses pelepasam buah sawit pada
threser
• Menurunkan kadar air buah sawit
• Melunakkan daging buah sawit, sehingga daging buah
sawit mudah lepas dari biji (nut)
Metode Rebusan
• Sistem perebusan yang diterapkan tergantung kepada
persediaan uap dan besarnya kapasitas rebusan dengan
sasaran bahwa tujuan dari perebusan dapat tercapai.
• Semakin tinggi tekanan perebusan akan semakin cepat
pula waktu perebusan. Tekanan yang tinggi memberikan
temperatur yang tinggi sehingga dapat merusak kualitas
minyak dan inti sawit.
• Pola perebusan yang umum digunakan ada dua yaitu
double peak (dua puncak) atau triple peak (tiga puncak).
• Jumlah puncak dalam proses perebusan ditunjukkan
dari jumlah pembukaan atau penutupan dari steam inlet
atau exhause valve selama perebusan berlangsung yang
diatur secara manual atau secara otomatik.
• Pembukaan katup exhause valve yang dilakukan pada
saat perebusan dilakukan secara tiba-tiba dan cepat,
agar terjadi flash evaporation yang berguna untuk
membuat buah menjadi lemah dan minyak mudah
diperas dari dalamnya.
• Metode perebusan yang digunakan di PKS adalah sistem
perebusan tiga puncak (triple peak). Perebusan yang
dilakukan dengan tekanan uap 2,8 kg/cm2 dan waktu
antara 80-90 menit merupakan yang paling optimal
karena menghasilkan minyak dan inti yang memuaskan.
• Semakin banyak puncak yang diberikan pada saat
perebusan akan memberikan mechanical shock sehingga
semakin baik perebusan buah.
• Pada proses perebusan juga perlu dilakukan pengurasan
udara agar udara bisa keluar dan digantikan oleh uap air
sebagai media perebusan.
Tata cara yang harus dilakukan untuk memperoleh
perebusan normal sebagai berikut :
• 13 menit pemasukan uap pertama dari 0-2,3 kg/cm2,
termasuk menguras udara sekitar 2 menit
• 2 menit pembuangan uap pertama
• 12 menit pemasukan uap kedua kali sampai tekanan 2,5
kg/cm2
• 2 menit pembuangan uap kedua kali
• 13 menit pemasukan uap ketiga kali sampai tekanan 2,8
kg/cm2
• 43 menit tekanan uap ditahan pada 2,8 kg/cm2
• 5 menit pembuangan akhir uap sampai tekanan menjadi
0 (nol).
Kurva Perebusan dengan 3 puncak

Lama penahanan pada puncak III adalah sekitar 43 menit


dan siklus perebusan 80-90 menit. Tujuan dari penahanan
tekanan pada puncak ke III untuk memberikan kondisi yang
cukup agar kadar ALB dalam buah dapat dikurangi.
Hal-hal yang mempengaruhi perebusan :
1. Tekanan uap dan lamanya perebusan sangat
menentukan hasil perebusan dan mempengaruhi
efisiensi pabrik. Tekanan uap dan lama perebusan yang
tidak cukup akan berpengaruh terhadap :
• Buah kurang masak, sebagian brondolan tidak lepas
dari tandan (unstriped bunch) yang mengakibatkan
kerugian minyak dalam janjangan kosong
bertambah
• Pelumatan dalam digester tidak sempurna sebagian
daging buah tidak lepas dari biji sehingga
mengakibatkan proses pengempaan tidak sempurna
dan mengakibatkan kerugian minyak pada ampas,
dan biji bertambah
• Ampas (fibre) basah menyebabkan pembakaran
dalam ketel uap tidak sempurna
• Pembakaran janjangan kosong dalam incinerator
tidak sempurna menyebabkan kerusakan
incinerator
• Perebusan terlalu lama
1) Buah menjadi memar, kerugian minyak dalam air
rebusan (kondensat)
2) Merusak mutu minyak dan inti
3) Pemucatan pada kernel
2. Pembuangan udara dan pembuangan air kondensat.
• Apabila udara di dalam ketel rebusan tidak
dikeluarkan secara sempurna akan terjadi
pencampuran udara dan uap (turbulensi) yang
mengakibatkan pemindahan panas dari uap ke
dalam buah tidak sempurna.
• Udara harus benar-benar dikeluarkan dari dalam
ketel rebusan dengan cara :
1) Setiap hari harus diperiksa kemungkinan adanya
kebocoran dan harus segera diperbaiki
2) Setiap minggu rebusan dibersihkan dengan
minyak pelumas bekas
3) Setiap 3-4 tahun rebusan direparasi untuk
pemeriksaan berkala
Penebah (Thresher)
• Thresher berfungsi untuk memisahkan buah dari
janjangannya dengan cara membanting tandan buah
segar (TBS) ke dalam drum thresher.
• Thresher berupa drum silinder panjang yang berputar
secara horizontal dengan kecepatan putar 21 rpm. Drum
dirancang dengan kisi–kisi yang berfungsi untuk
meloloskan berondolan. Thresher ini berkapasitas 30
ton/jam.
• Stasiun Threshing terdiri dari beberapa bagian alat atau
mesin dan dalam proses pengoperasiannya sangat
berkaitan satu sama lain.
• Maksud dan tujuan desain dari pada stasiun ini adalah
sebagai berikut :
1. Melepaskan buah (TBS yang sudah direbus) dari
tandannya dengan sistem bantingan.
2. Menjaga kestabilan/pemerataan secara kontinu agar
kapasitas pengolahan TBS dapat tercapai sesuai
desain pabrik dengan pengoperasian hoist cycle, rpm
auto feeder maupun supervisi yang benar.
3. Menjaga oil loss maupun kernel loss seoptimal
mungkin agar berada dibawah target/parameter
yang sudah disepakati perusahaan.
4. Jadi, kapasitas desain saja tidaklah cukup untuk
mendapatkan tujuan di atas tanpa kesatuan sistem
pengoperasian alat yang benar pada stasiun ini
maupun dukungan dari stasiun-stasiun lainnya.
Pelumatan buah (Digester)
• Buah yang telah terpisahkan dari tandannya pada
thresher dikirim ke digester untuk dilumatkan.
• Buah diproses dengan cara diaduk dengan air panas
sedemikian rupa di dalam digerster pada suhu 90-95oC
sehingga sebagian besar daging buah terlepas dari
bijinya.
• Fungsi Digester :
1. Melumatkan daging buah
sawit
2. Memisahkan daging
buah sawit dengan biji
(nut)
3. Mempersiapkan Feeding
ke dalam mesin screw
Press
4. Mempermudah proses
pengepresan minyak di
mesin screw Press PKS
5. Proses pemanasan atau
melembutkan buah sawit
Pengempaan buah (Screw Press)
• Buah kelapa sawit yang sudah terlumatkan bercampur
dengan air panas yang keluar dari digester diambil
minyaknya deangan cara dikempa pada alah screw
press.
• Screw press bekerja pada tekanan 30-50 kg/cm2 dengan
menggunakan air pengencer bersuhu 90-95oC.
• Minyak sawit yang dihasilkan oleh mesin press dialirkan
ke oil vibrating screen (mesin ayakan getar) dan
kemudian dialirkan ke crude oil tank untuk diproses
lebih lanjut,sedangkan serabut (fibre) dan biji buah
sawit(nut) yang masih mengandung 4% minyak
dialirkan ke cake breaker conveyor (CBC) untuk proses
selanjutnya.
• Kapasitas mesin screw press yang direncanakan
harus sesuaikan dengan kapasitas olahan pabrik sawit.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
1. Sebelum kelapa sawit masuk ke dalam screw press,
massa awal buah kelapa sawit telah berkurang.
Karena berlangsungnya proses penebahan pada
mesin thresher bantingan. Massa sawit yang
berkurang yaitu berupa tandan kosong sawit yang
dipindahkan dengan konveyor.
2. Untuk dapat memperoleh hasil pressing yang baik,
maka mesin screw press harus dalam keadaan selalu
penuh agar memperoleh efisiensi yang baik dari
penekanan buah sawit. Jika banyak ruang kosong
pada saat penekanan maka hasilnya tidak maksimal.
Unit pemurnian (Clarification station)
• CPO yang keluar dari screw press masih mengandung air
yang cukup banyak dan kotoran-kotoran lainnya. Agar
CPO memenuhi standar mutu yang ditetapkan harus
dilakukan pemurnian.
• Unit pemurnian CPO terdiri dari :
1. Sand Trap Tank (Tangki Pemisah Pasir)
Setelah di press (salah satu proses pabrik sawit) maka
Crude Palm Oil yang mengandung air, minyak,
lumpur masuk ke Sand Trap Tank. Fungsi dari Sand
Trap Tank adalah untuk menampung
pasir/manangkap pasir yang ada. Temperatur pada
sand trap mencapai 95 °C.
2. Vibro Separator/Vibrating Screen (Ayakan Getar)
• Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring
Crude Oil dari serabut–serabut (fiber) yang dapat
mengganggu proses pemisahan minyak. Sistem kerja
mesin penyaringan itu sendiri dengan sistem getaran
– getaran (simetris), dan pada Vibro kontrol perlu
penyetelan pada bantul yang di ikat pada
elektromotor supaya getaran berkurang
dan pemisahan lebih efektif.
• Ukuran saringan yang digunakan sekitar 20-40
mesh. Setelah dipisahkan dari bahan padatan, CPO
dialirkan ke continous selting tank (CST) dan suhu
dipertahankan tetap 90-95oC.
3. Continuous Settling Tank (CST) / Vertical Clarifier
Tank (VCT)
• Fungsi dari Continuous Settling Tank (CST atau
sering disebut juga Clarification Settling Tank)
adalah untuk memisahkan minyak, air dan
kotoran (Non Oily Solid/NOS) secara gravitasi.
• Minyak dengan berat jenis yang lebih kecil dari 1
g/cm3 akan berada pada lapisan atas dan air dengan
berat jenis = 1 g/cm3 akan berada pada lapisan
tengah sedangkan Non Oily Solid (NOS) dengan
berat jenis lebih besar dari 1 akan berada pada
lapisan bawah. Suhu harus dipertahankan tetap 90-
95oC.
• Fungsi Skimmer dalam CST adalah untuk membantu
mempercepat pemisahan minyak dengan cara
mengaduk (stirring) dan memecahkan padatan serta
mendorong lapisan minyak yang mengandung lumpur
(Sludge). Temperatur yang cukup (95°C) akan
memudahkan proses pemisahan ini.
• Prinsip kerja CST dalam proses pengolahan pada
pabrik kelapa sawit adalah menggunakan prinsip
keseimbangan antara larutan yang berbeda berat jenis.
4. Oil Purifier (Pemurni Minyak)
• Fungsi dari Oil Purifier (pemurni minyak) adalah
untuk mengurangi kadar air dalam minyak sawit
dengan prinsip kerja sentrifugal. Pada saat alat ini
dilakukan proses diperlukan temperatur 90-95oC.
• Keluar dari alat ini diharapkan CPO memiliki kadar
air maksimal 0,1% dan kadar kotoran 0,02%.
5. Vacuum Oil Dryer (VOD)
• Fungsi dari VOD yaitu untuk mengurangi kadar air
dalam minyak produksi.
• CPO dengan kadar 0,1% akan diturunkan lagi
dengan VOD.
• Cara kerjanya VOD adalah minyak disimpan dalam
bejana melalui nozzle-nozel. Suatu jalur re-
sirkulasi dihubungkan dengan suatu pengapung
di dalam bejana supaya pengapung membuka dan
mensirkulasi minyak ke dalam bejana ketika
ketinggian permukaan minyak menurun.
Pengolahan Inti Kelapa Sawit
• Inti minyak sawit adalah minyak nabati yang diambil
dari inti/biji buah kelapa sawit. Inti minyak kelapa sawit
disebut Palm Kernel Oil (PKO). Minyak ini hanya bisa
dibuat pada pabrik inti sawit (kernel crushing plant).
• Tahapan pengolahan inti sawit
1. Tahap-tahap proses pengolahan inti, yaitu :
a. Cake breaker conveyor
b. Polishing drum
c. Fermentasi biji
d. Nut grading
e. Pemecahan biji
f. Pemisahan inti dengan tempurung
g. Pengeringan inti
2. Prinsip pengolahan inti:
a. Sistem basah
b. Sistem kering
c. Gabungan sistem basah dan sistem kering
Cake Breaker Conveyor
• Ampas press yang berasal dari Screw Press terdiri dari
serat halus (Vibre) dan biji (Nut) memiliki kandungan
air yang masih tinggi dan menggumpal, sehingga
gumpalan harus diuraikan dan dikeringkan dengan alat
pemecah ampas yaitu Cake Breaker Conveyor (CBC).
• Dari CBS, ampas diangkut ke Fibre Cyclone. Fungsi alat
ini untuk mempermudah pemecahan gumpalan dan
mempersiapkan ampas kering agar mudah diproses
lebih lanjut.
• Dari Fibre Cyclone, ampas dibawa ke Depericarper dan
sesuai dengan persyaratan bahan bakar untuk Boiler,
maka pemanasan pada CBC dilakukan dengan pemanas
mantel (Steam Jacket).
• Ampas press yang terlalu basah dapat menyebabkan
kerusakan alat CBC yaitu patah poros dan mempersulit
pemisahan serat dan biji akhirnya dapat mengurangi
kalori bakar pada Boiler.
• Semakin tinggi kadar air dalam serat akan menyebabkan
kalor bakar rendah dan berakibat langsung pada
pencapaian tekanan kerja dan kapasitas uap yang
dihasilkan boiler.
• Pemecahan gumpalan ampas press yang sempurna
dapat mendukung proses pemisahan serat dengan biji
dalam Depericarper, sebagai penentu dalam efisiensi
pemecahan biji dalam alat pemecah biji.
• Penguapan air pada CBC dilakukan dengan pemanasan
ampas disepanjang mantel CBC, tetapi cara pengeringan
ini kurang sempurna, karena panjang CBC yang terlalu
pendek.
Polishing Drum
• Ampas press yang telah diurai oleh Cake Breaker perlu
dipisah antara fraksi ringan dan fraksi berat dengan cara
ditiup oleh blower.
• Fraksi ringan terdiri dari serat, inti pecah halus, pecahan
tempurung tipis dan debu.
• Fraksi berat terdiri dari biji utuh, biji pecah, inti utuh
dan inti pecah.
• Pemisahan fraksi ini tergantung dari efisiensi
penggunaan blower.
• Fraksi berat akan diproses lanjut dalam Depericarper,
untuk menghilangkan serat – serat yang masih melekat
pada cangkang biji.
• Semua serat harus hilang, karena serat yang masih
terdapat di cangkang biji dapat mengganggu jalannya
proses pemecahan biji oleh Nut Cracker.
• Biji yang masih berserat kurang daya pentalnya
(Collision), akibatnya proses pemecahan biji menjadi
lebih lama, dan sekaligus juga mengurangi kapasitas
unit.
• Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan
Polishing Drum antara lain :
1. Kemiringan Drum Berputar
Sudut kemiringan drum berputar akan menentukan
lamanya biji dipoles. Semakin lama biji dipoles maka
mutu biji semakin baik yaitu serat yang terdapat
dalam biji semakin sedikit.
2. Kecepatan Putar Polishing Drum
Kecepatan Putar akan mempengaruhi gaya gesekan
antara drum dan biji. Putaran yang diinginkan ialah
putaran yang menyebabkan biji berguling guling
pada bagian dinding drum dan tidak melebihi tinggi
Tangkai poros drum.
3. Kondisi Permukaan Dalam Drum.
Permukaan bagian dalam drum yang dibuat lobang
halus dengan garis tengah 0,5 cm akan membuat
proses pemolesan menjadi sempurna.
4. Hisapan Angin
Bertujuan untuk membuang serat halus yang masih
terdapat dipermukaan drum dan yang masih
melekat pada biji akan dapat menghambat atau
mengurangi gaya gesekan antara biji dengan drum.
Fermentasi Biji
• Biji mengandung pectin, yang terdapat antara
tempurung dengan inti. Untuk mempermudah proses
pemecahan biji oleh Cracker, maka pectin yang
berfungsi sebagai perekat inti pada tempurung perlu
dirombak dengan proses kimia seperti fermentasi.
• Fermentasi ialah salah satu proses biokimia yang
dikembangkan pada pengolahan biji sawit di dalam Nut
Silo .
• Waktu tunggu pemeraman di dalam Nut Silo
berpengaruh langsung pada proses hidrolisa sebagai
upaya menurunkan kadar air biji dan siap di umpan
pada Cracker.
• Lamanya pemeraman yang dianggap memenuhi kriteria
ialah 24 – 48 jam, dengan kadar air biji sekitar 15 %.
• Pemeraman biji sering dialiri dengan udara panas
hingga suhu Silo berkisar antara 40 - 60°C.
• Pemanasan dengan suhu rendah bertujuan untuk
membantu proses hidrolisa, bila suhu terlalu tinggi
dapat menyebabkan pectin mongering dan sulit
dihidrolisa, akibatnya pemecahan di Cracker kurang
berhasil, yaitu menurunnya inti pecah, inti lekat dalam
tempurung yang berarti menurunnya kualitas.
Nut Grading
• Alat pemecahan biji disebut dengan Nut Cracker. Biji
yang telah diperam dalam Nut Silo akan dipecahkan
dalam Nut Cracker.
• Sebelum proses pemecahan biji terlebih dahulu
dilakukan seleksi berdasarkan ukuran biji dengan
menggunakan alat “Nut Grading” yaitu drum berputar
terdiri dari ukuran lobang yang berbeda – beda.
• Biji yang telah diseleksi terdiri dari tiga fraksi yaitu kecil
(8 – 14 mm), sedang (15 – 17 mm) dan besar (18 mm).
• Variasi ukuran biji banyak tergantung kepada jenis
tanaman.
• Faktor yang mempengaruhi variasi biji dalam kelompok
fraksi tergantung pada :
1. Retention time dalam proses pemisahan. Semakin
lama biji berada dalam drum maka kesempatan biji
untuk lolos dari lobang yang sesuai semakin tinggi.
2. Semakin panjang ukuran nut grading pemisahan
semakin sempurna, karena kesempatan memisah
akan lebih banyak
3. Perbandingan setiap kolom, yakni kolom fraksi kecil
lebih panjang dari pada kolom untuk fraksi yang
lebih besar. Hal ini berkaitan dengan volume umpan
biji yang harus melalui kolom fraksi kecil dan
berakhir pada kolom fraksi besar.
4. Semakin cepat putaran Nut Grading maka
kesempatan biji untuk keluar dari lobang disetiap
kolom akan semakin kecil.
Pemecahan Biji
Untuk pemecahan biji ada 2 alat yaitu :
1. Nut Cracker
2. Ripple Mill

Nut Cracker
• Alat ini berfungsi memecahkan biji dengan sistem
bentur biji ke dinding yang keras.
• Mekanisme pemecahan ini didasarkan pada kecepatan
putar, radius dan massa biji yang dipecahkan. Faktor
massa merupakan faktor yang selalu berubah ubah maka
perlu dilakukan penggelompokan biji, dan ini telah
dimulai dari “Nut Grading”.
• Biji yang telah dikelompokkan menjadi tiga fraksi maka
Cracker disediakan tiga unit. Ketiga Cracker tidak
mempunyai putaran yang sama, sebab semakin kecil
ukuran biji maka dibutuhkan putaran yang lebih tinggi.
• Penentuan kecepatan putaran mempengaruhi besarnya
persentase inti pecah dan inti lekat.
• Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemecahan biji
antara lain :
1. Karakter biji
Biji yang kecil akan lebih sulit dipecah dibanding
dengan biji yang besar. Banyaknya serat yang melekat
dalam biji membuat lebih sulit dipecahkan, dan
menghasilkan biji pecah dan inti lekat. Kadar air biji
rendah (15%) lebih mudah dipecah dan menghasilkan
inti utuh. Kadar air 15% dapat dicapai jika dilakukan
pemeraman yang sempurna.
2. Kapasitas olah
Pemecahan biji di atas kapasitas yang sudah
ditetapkan akan menurunkan efisiensi pemecahan
biji, yaitu sering ditemukan biji utuh dan inti lekat
dengan persentase yang besar.
3. Kelengkapan “nut cracker” dengan alat penangkap
logam berat
Alat pemecah biji yang tidak dilengkapi dengan alat
penangkap logam dapat menyebabkan kerusakan
dinding nut cracker sehingga permukaan tidak rata
dan menyebabkan biji tidak pecah sempurna.
Ripple Mill
• Ripple Mill terdiri dari dua bagian yaitu Rotating Rotor.
• Mekanisme pemecahan biji dengan cara melemparkan
biji dengan Rotor pada dinding bergerigi dan
menyebabkan pecahnya biji.
• Alat ini dapat memecahkan biji tanpa melalui
pemeraman dalam nut silo asalkan dalam proses
perebusan dilakukan dengan sempurna yaitu tekanan
rebusan 3 kg/cm² dengan sistem 3 puncak selama 90
menit, yang setara dengan kadar air 15 %.
• Penggunaan Ripple Mill oleh setiap PKS perlu dilakukan
penyesuaian terhadap biji yang diolah.
• Efisiensi pemecahan biji dipengaruhi :
1. Kondisi Ripple Mill. Keadaan plat yang bergerigi
tumpul dan rod yang bengkok akan menyebabkan
pemecahan tidak efektif.
2. Jarak Rotor dengan plat bergerigi. Jarak yang terlalu
rapat akan menyebabkan persentase biji yang remuk
cukup tinggi dan bila jarak terlalu renggang maka
pemecahan biji tidak sempurna.
3. Putaran Rotor. Putaran yang terlalu cepat akan
menghasilkan biji yang hancur dan terlalu rendah
menyebabkan banyak biji yang tidak pecah.
4. Bentuk biji. Ukuran biji yang heterogen, bentuk biji
yang gepeng dan lonjong akan menyebabkan efisiensi
pemecahan biji yang rendah.
Pemisahan Inti Dengan Tempurung
Pemisahan inti dengan tempurung menggunakan tiga cara
yaitu:
1. Claybath
2. Hydrocyclone
3. Hisapan angin

Clay Bath
• Clay Bath adalah tanah liat dapat tersuspensi dalam air
dan memiliki berat jenis larutan di atas satu, tergantung
dari konsentrasi tanah liat yang dilarutkan.
• Clay bath dapat digunakan untuk memisahkan dua
kelompok padatan yang memiliki berat jenis (BJ) yang
berbeda.
• Inti sawit basah memiliki berat jenis 1.07 kg/cm3
sedangkan cangkang 1.15 – 1.20 kg/m3.
• Untuk memisahkan inti dan cangkang dibuat BJ (berat
jenis) larutan 1.12 kg/m3 sehingga inti mengapung dan
cangkang akan tenggelam.
• Hasil gilingan pemecah biji masuk ke dalam bak dan inti
mengapung sedangkan cangkang bergerak ke dasar bak
(dikirim ke Shell Hopper)
• Faktor yang mempengaruhi efisiensi pemisahan :
1. Berat jenis suspensi. Pemisahan inti termasuk
“Continuous Process”, dan berat jenis dapat berubah
akibat pertambahan zat tersuspensi yang berasal dari
pecahan biji yang memiliki berat yang berbeda
dengan tanah liat.
2. Orang mencoba dengan menggunakan kapur
(CaCO3), akan tetapi diperoleh suspensi yang tidak
baik dan terlihat saat pemompaan berhenti kapur
akan mengendap dan sulit untuk mengaktifkan
kembali. Kapur memiliki sifat yang tidak baik yaitu
terjadi pembentukan busa sehingga mempersulit
pemisahan inti.
Hydro Cyclone
• Hasil olahan cracker sebelum memasuki Hydro Cyclone
mengalami pemisahan fraksi halus oleh Winnowing.
• Sampah halus akan terpisah dari fraksi berat akan
dicampur dengan air yang kemudian inti dipisahkan dari
tempurung berdasarkan berat jenis.
• Untuk memperbesar selisih berat jenis inti dengan
tempurung maka campuran dilewatkan melalui Cyclone,
sehingga inti akan keluar dari atas permukaan cyclone
dan tempurung dari bagian bawah yang kemudian
masing – masing fraksi diangkut ke pengolahan yang
lebih lanjut.
• Keberhasilan pemisahan tempurung dari inti
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Tekanan pompa air yang melalui Cyclone, tekanan
yang lebih tinggi akan mempercepat pemisahan inti
dan cangkang.
b. Putaran Cyclone semakin baik jika permukaan
bagian dalam lebih rata.
c. Kebersihan umpan, jika serat dan debu tinggi dalam
cairan Hydro Cyclone akan mempengaruhi
pemisahan inti dan cangkang.
d. Menghilangkan inti pecah kecil yang dapat
menggunakan kapasitas olah Hydro Cyclone.
e. Rotasi penggantian air, harus terjadwal dengan dasar
viskositas.
f. Biji bulat yang tidak terpecahkan dalam pemecah biji.
• Keberhasilan pemisah inti dengan Hydro Cyclone dapat
diketahui dari :
1. Jumlah kandungan kotoran (cangkang) dalam inti
sawit. Pemisahan inti yang dianggap cukup baik jika
kadar cangkang < 6.0 % .
2. Kadar inti dalam tumpukan cangkang tidak lebih dari
2%. Kadar kotoran inti yang dipisahkan dengan
menggunakan tanah liat memenuhi mutu standar
mutu yakni < 6.0 %.
• Cara pemishan cangkang dengan tanah liat mengandung
kelemahan - kelemahan yaitu :
1. Keterbatasan persediaan tanah liat disekitar pabrik.
2. Menimbulkan pengotoran disekitar lokasi pabrik,
yaitu dalam proses pembuangan Lumpur.
Hisapan angin
• Pemisahan cangkang dari inti dilakukan dengan
memanfaatkan perbedaan berat jenis dari fraksi. Fraksi
ringan umumnya lebih cepat dipisahkan dibanding
dengan fraksi berat.
• Pemisahan inti cangkang dilakukan dengan beberapa
tahap :
Hisapan tahap pertama
Hisapan ini bertujuan untuk menghilangkan debu dan
partikel halus seperti pecahan cangkang, inti dan serat
dengan alat winnowing.
Hisapan tahap kedua
Hisapan ini bertujuan untuk memisahkan cangkang dari
inti.

Hisapan tahap ketiga
Hisapan ini bertujuan untuk memisahkan inti yang
terdapat dalam tumpukan cangkang hasil hisapan
tahapan kedua. Daya hisap ketiga (p³) lebih kecil dari
hisapan kedua (P²) dan lebih besar dari hisapan pertama
(P¹). Tekanan hisapan yang paling rendah ke daya
hisapan lebih tinggi ( P¹ < P³ < P² ).

• Faktor yang mempengaruhi efisiensi pemisahan inti


dengan cara hisapan angin dapat dipengaruhi oleh :
1. Kemampuan “Separating Column” untuk membuang
debu dan partikel halus, sehingga mempermudah
pemisahan inti dan cangkang.
2. Stabilitas daya hisap alat yang ditentukan daya hisap
blower yang dipengaruhi oleh variasi ampere arus
listrik.
3. Pengaturan Air Lock, sebagai penentu terhadap daya
hisapan, yang dihubungkan dengan kondisi umpan.
4. Kontinuitas umpan yang masuk. Jumlah umpan
masuk akan mempengaruhi efisiensi pengutipan dan
pemisahan inti.

• Hisapan angin lebih menguntungkan jika dibandingkan


dengan pemisahan secara basah seperti “Claybath” dan
“Hydrocyclone” yaitu inti yang dihasilan tidak basah
sehingga keperluan energi untuk pengeringan inti hanya
sedikit, dan kemungkinan kerusakan minyak dalam
pengeringan semakin kecil. Dengan cara ini keadaan
pabrik bersih tidak sekotor “Kernel Plant” yang
menggunakan pemisahan inti system batas.
Pengeringan Inti
• Kadar air permukaan inti hasil pemisahan basah dapat
diatasi dengan melewatkan inti pada ayakan getar
sihingga air cepat kering dan ada baiknya jika dibantu
dengan pemberian uap panas.
• Inti sawit dapat tahan lama disimpan selama 6 bulan
dengan ALB akhir, jika kandungan air inti sangat
rendah.
• Inti sawit pecah menunjukkan kecepatan reaksi
pembentukan ALB yang lebih cepat. Kandungan air 7 %
dan terdapat inti pecah 15 % menunjukkan kecepatan
pembentukan asam lemak, dapat dicatat untuk beberapa
PKS diperoleh hasil bahwa setelah penyimpanan 6 bulan
diperoleh ALB antara 3–5 %.
• Pengering inti yang berkembang ialah tipe rectangulair
dan tipe Cylindrical, keduanya hampir bersamaan
prinsip kerjanya.
1. Type Rectangulair
Alat ini mengeringkan inti dengan udara panas, yaitu
mengalirkan udara melalui heater yang terdiri dari
spiral berisi uap panas dengan suhu 130ºC (heater
atas), 85ºC (heater tengah) dari 60ºC (heater
bawah). Untuk memperoleh mutu inti yang sesuai
dengan keinginan konsumen maka pemanasan pada
ke tiga tingkat dibuat suhu yang berbeda, yaitu suhu
atas 70oC, tengah 80oC dan bawah 60oC. Udara panas
dihembuskan dan keluar dari lubang yang sudah ada,
sehingga pengeringan inti setiap lapisan dapat terjadi
dengan baik.
2. Type Cylindrical
Silo inti berbentuk silinder yang dilengkapi dengan
Heater berada di atas silinder. Udara dihembuskan
dari atas ke bawah melalui pipa ditengah silinder
kemudian disebarkan ke seluruh dinding silo. Keadaan
suhu inti dalam silo tidak berbeda dengan suhu inti
pada tipe Rectangulair, yaitu dengan pengaturan letak
dari heater yang dibuat bertingkat dalam Column
tengah silo.

• Type cylindrical memiliki keuntungan yaitu tidak ada


inti yang tertinggal dibagian dinding, karena jatuhnya
inti ke bawah berbentuk cincin (0), pada tipe rectangular
jatuhnya inti berbentuk cone (V) pada titik tengah.
Pengeringan pada silo tipe silinder lebih homogen
dibandingkan dengan tipe rectengulair
Pengolahan Inti
• Efisiensi Pengutipan Inti (EPI) ditinjau dari segi teknik
dan ekonomis, EPI yang tinggi jika rendemen inti yang
diperoleh mendekati rendemen teoritis, umumnya lebih
besar dari 90%.
• Kenyataannya bahwa realisasi di lapangan sekarang
berkiksar antar 80 – 85%. Angka ini perlu dinaikkan
dengan merancang pabrik pengolah biji di PKS yang
efisien dan ekonomis.
• Pengolahan biji sawit memiliki investasi yang tinggi dan
perawatan yang efektif. Oleh sebab itu dususun pola
pengolahan biji sawit, yaitun sistem basah, sistem
kering, gabungan sistem basah dan kering.
Pola pertama “Sistem Basah”
• Pada pola pertama ini, pengolahan inti antara lain dari
unit Fermentasi, Ripple Mill, Claybath dan Kernel
Drier (Type Cylindrical).
• Pemeraman biji dengan silo biji yang dialiri dengan
udara panas diatur suhu Silo berkisar antara 50º -
70ºC. Suhu Nut Silo bagian atas 70ºC, bagian tengah
60ºC, dan bagian bawah 50ºC. Pemanasan dengan suhu
rendah bertujuan untuk membantu proses hidrolisa,
bila suhu terlalu tinggi dapat menyebabkan pectin
mengering dan sulit dihidrolisa, sehingga pemecahan di
Cracker kurang berhasil, yaitu meningkatnya inti pecah,
inti lekat dalam tempurung yang dapat menurunkan
kualitas ( 7,50 ).
Pola kedua “Sistem Kering
• Pada pola kedua ini, pengolahan inti antara lain terdiri
dari unit Fermentasi, Ripple Mill, Pneumatic I,
Pneumatic II dan Kernel Drier (Type Cylindrical ).
• Pola ini merupakan sistem kering, karena tidak
menggunakan Claybath dan Hydro Cyclone. Hisapan
dengan angin (Pneumatic) mempunyai keuntungan
yaitu keperluan energi untuk mengeringkan inti hanya
sedikit, dan kemungkinan rusaknya minyak dalam
pengeringan semakin kecil. Dengan cara ini keadaan
pabrik bersih tidak sekotor “kernel plant” yang
menggunakan pemisahan inti system basah. Tetapi
jumlah inti yang tidak terkutip sangat tinggi.
• Pada pola ini, Pneumatic I dan Pneumatic II berfungsi
untuk memisahkan kotoran (debu dan partikel halus/
cangkang), sehingga perlu ditambah Phneumatic III.
Phneumatic III berguna untuk memisahkan inti dari
tumpukan cangkang sehingga meningkatkan rendeman
inti, tetapi menambah biaya investasi.
Pola ketiga “Gabung Sistem basah dan Sistem
kering
• Pada pola ketiga ini, pengolahan inti antara lain terdiri
dari unit Fermentasi, Ripple Mill, Phneumatic I,
Phneumatic II, Claybath dan Kernel Drier (type
Cylindrical).
• Pola ini merupakan gabungan antara system basah dan
system kering, sehingga system ini memerlukan 2 unit
Kernel Drier, satu unit untuk mengeringkan inti sawit
yang berasal dari Claybath dan satu unit lagi untuk
mengeringkan inti sawit yang berasl dari Phneumatic.

Anda mungkin juga menyukai