Anda di halaman 1dari 44

MIKROENKAPSULA

SI
Rahmi Nofita
PENGERTIAN MIKROENKAPSULASI

Mikrokapsul merupakan partikel


berukuran kecil yang mengandung zat
aktif atau zat inti yang dilapisi dengan
suatu dinding polimer atau coating .
-BAHAN INTI DAPAT BERUPA PADATAN,
CAIRAN ATAU GAS.

-MIKROKAPSUL YANG TERBENTUK DAPAT


BERUPA PARTIKEL TUNGGAL ATAU
AGREGAT BIASANYA MEMILIKI RENTANG
UKURAN ANTARA 5-5000 MIKROMETER
KEUNTUNGAN
MIKROENKAPSULASI
1. Melindungi dari pengaruh lingkungan.
2. Menjaga stabilitas ,perubahan warna dan bau
dalam waktu jangka waktu tertentu.
3. Setelah di coating dapat dicampur dengan
komponen yg berinteraksi dengan zat inti.
KERUGIAN MIKROENKAPSULASI

1. Bila penyalutan kurang sempurna atau tidak


merata yang akan mempengaruhi pelepasan zat
inti dari mikrokapsul.
2. Diperlukan teknologi mikroenkapsulasi.
3. Harus dilakukan pemilihan polimer penyalut
dan pelarut yang sesuai dengan bahan inti agar
didapat mikrokapsul yang bagus.
TUJUAN MIKROENKAPSULASI

1. Mengubah bentuk cairan menjadi padatan


2. Melindungi inti dari pengaruh lingkungan.
3. Memperbaiki aliran serbuk.
4. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
5. Menyatukan zat-zat yang tidak tersatukan secara fisika
kimia.
6. Menurunkan sifat iritasi inti terhadap saluran cerna.
7. Mengatur pelepasan bahan inti.
8. Memperbaiki stabilitas bahan inti.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN PROSES MIKROENKAPSULASI

Sifat fisikokimia bahan inti atau zat aktif.


Sifat fisikokimia bahan penyalut yang digunakan.
Tahap proses mikroencapsulasi, sifat dan struktur
dinding mikrokapsul serta kondisi pembuatan
mikrokapsul.
KOMPONEN MIKROKAPSUL

1. Bahan inti

2. Bahan penyalut

3. Pelarut
1. BAHAN INTI
Dapat berupa zat padat, cair atau gas.
Pada bahan inti cair dapat berupa bahan
terdispersi atau bahan terlarut. Bahan
padat berupa zat tunggal atau campuran
zat aktif dengan eksipien.
Bahan inti yang digunakan sebaiknya
tdk larut atau bereaksi dengan bahan
penyalut yang digunakan.
2. BAHAN PENYALUT
-Bahan penyalut harus mampu memberikan suatu
lapisan tipis yang kohesif dengan bahan inti, dapat
tercampurkan dengan zat aktif, bersifat inert dan
mempunyai sifat yang sesuai dengan tujuan
penyalutan
-Bahan penyalut dapat berupa polimer alam,semi
sintetik, maupun sintetik.
Jumlah penyalut 1-70%,umumnya 3-30%, dengan
ketebalan f ilm 0,1-60 mikrometer.
3. PELARUT
Pelarut adalah bahan yg digunakan untuk melarutkan bahan
penyalut dan mendispersikan bahan inti.
Pelarut yang digunakan tidak atau hanya sedikit melarutkan
bahan inti,tapi dapat melarutkan bahan penyalut.
Pelarut yang digunakan bisa pelarut tunggal atau pelarut
campuran.kelemahan pelarut campur, karena perbedaan
kecepatan pelarutan akan mengakibatkan gumpalan.
Untuk itu dipakai pelarut campur azeotrop yaitu campuran
pelarut dgn komposisi dan titik didih tetap,dimana selama
penguapan komposisi pelarut tdk berubah.
BENTUK MIKROKAPSUL
 Continuous  Multinuclear
core/shell mikrokapsul
mikrokapsul bentuk mikrokapsul
berbentuk lingkaran tidak beraturan, zat
dimana zat inti aktif terpecah &
berupa suatu bagian lapisan shell melapisi
utuh yang langsung masing2nya &
dilapisi shell nya. membentuk kesatuan
utuh
SKEMA DIAGRAM 2 TIPE MIKROKAPSUL (A) CONTINUOUS
CORE/SHELL MICROCAPSULE (B) MULTINUCLEAR MICROCAPSULE
TIPE PROSES ENKAPSULASI
Proses enkapsulasi dapat dibedakan menjadi 2 tipe:

Tipe A,
proses enkapsulasi secara
kimia
Tipe B,
proses enkapsulasi secara
mekanis
PROSES ENKAPSULASI
TIPE A COMPLEX COACERVATION

Metoda inilah yang pertama kali digunakan dalam perkembangan enkapsulasi


yang diterapkan pada kertas fotocopy rendah karbon. Metode ini didasarkan
kepada kemampuan dari polimer larut air kationik dan anionic untuk
berinteraksi dalam air untuk membentuk suatu larutan berupa fase kaya
polimer yang disebut complex coacervation. Polimer kationik yang umum
digunakan adalah gelatin. Proses dasar complex coacervation terdiri dari 3
tahap:
[1] Pembentukan emulsi oil-in-water
[2] Pembentukan penyalut (coating)
[3] Stabilisasi penyalut.
Schematic representation of the coacervation
process. (a) Core material dispersion in solution
of shell polymer; (b) separation of coacervate
from solution; (c) coating of core material by
microdroplets of coacervate; (d) coalescence of
coacervate to form continuous shell around core
particles.
Proses Complek Coaservation Digunakan :
-Flavors
-Vitamins
- Fragrances (Scratch And Sniff)
-Liquid Crystals For Display Devices
-Ink Systems For Carbonless Copy Paper
-Active Ingredients For Drug Delivery
-Bacteria And Cells
TIPE A POLYMER-POLYMER
INCOMPATIBILITY

Teknologi ini memanfaatkan sifat pemisahan fase polimer


berbeda complex coarcevation. complex coacervation 2
polimer berbeda muatan , gelatin & 1 polianion bergabung
membentuk complex coaservate, mjd kapsul.
polymer incompatibility, terjadi karena 2 polimer kimia
yang terlarut dalam pelarut bersifat incompatible dan tak
tercampur dalam suatu larutan
TIPE A POLYMER-POLYMER INCOMPATIBILITY
(LANJUTAN)

Digunakan pada pelarut organik dan mengkapsulkan padatan


yang memiliki kelarutan rendah dengan air.
Sebagian besar kapsul yang dihasilkan secara komersial
menggunakan shell etil selulose yang melapisi partikel zat
aktif yang berupa padatan dengan kelarutan rendah dalam air.
Dimanfaatkan memperbaiki rasa obat dan sistim
penghantaran obat lepas lambat yang di konsumsi secara oral.
SKEMA DIAGRAM ALIR PROSES ENKAPSULASI
DASAR POLIMER-POLIMER FASE PEMISAHAN
TIPE A INTERFACIAL POLYMERIZATION

Keunikan teknik ini adalah pembentukan pelapis


kapsul terjadi dengan polimerisasi oleh monomer
reaktif pada permukaan tetesan atau partikel.
Pendekatan teknologi ini merupakan teknologi
serbaguna yang telah digunakan untuk
mengkapsulkan sejumlah besar zat inti termasuk
larutan air, larutan tak larut air, dan padatan.
TIPE A INTERFACIAL POLYMERIZATION
(LANJUTAN)

Kapsul yang dihasilkan melalui teknik ini memiliki


struktur yang continous dan melingkar,
menyebabkan permukaan luar kapsul yang
dihasilkan lebih rata dan seragam.
Namun tak begitu untuk permukaan bagian
dalamnya yang tak rata dan berlekuk-lekuk
ILUSTRASI SKEMA FREKWENSI REAKSI INTERFACIAL DIGUNAKAN
PREPARAT MIKROKAPSUL DENGAN INTERFACIAL POLIMERISASI
TIPE A IN SITU POLYMERIZATION

Teknik ini sangat mirip dengan teknik sebelumnya.


Hanya saja teknik ini tidak melalui penambahan
reagent yang reactive ke zat inti.
Teknik ini terjadi secara khusus dalam suatu fase
yang kontinu dan sisi fase kuntinu dari interfase
terbentuk karena proses pendispersian zat inti dan
fase kontinu.
Polimerisasi dari reagent yang terjadi didalam fase
kontinu menghasilkan prepolimer dengan berat
molekul yang relative rendah.
TIPE A IN SITU POLYMERIZATION (LANJUTAN)

Secara khusus teknik ini diaplikasikan pada


pembentukan kapsul berukuran sangat kecil
dengan diameter 3-6 µm pada kertas tinta rendah
karbon, dan pewangi pada tisu. Dalam semua
pembuatannya kapsul yang terbentuk memiliki
struktur lapisan luar yang kontinu.
Teknologi ini juga di adaptasikan dalam proses
kapsulasi padatan
CENTRIFUGAL FORCE DAN SUBMERGED
NOZZLE PROCESSES

Teknik ini menggunakan tekanan sentrifugal yang terjadi


antara 2 cairan untuk membentuk suatu mikrokapsul. Pada
prosesnya pada pembentukan emulsi, dimana fase air emulsi
tersebut merupakan larutan konsentrat dari polimer larut air yang
dapat berubah menjadi gel dalam proses pendinginan.
Contohnya gelatin.
Dengan pengaturan suhu dari fase external dari emulsi akan
berubah menjadi sejenis gel yang bisa diisolasi dan dikeringkan.
Saat isolasi berhasil kapsul yang didapat memiliki sejumlah
tetesan yang terdispersi kedalam matriks dari shell nya
CENTRIFUGAL FORCE DAN SUBMERGED NOZZLE
PROCESSES (LANJUTAN)

Proses ini dikembangkan pada tahun 1942 untuk menghasilkan


kapsul yang meningkatkan kestabilan vitamin dan minyak ikan.
Kapsul juga bisa diproduksi dengan melakukan coekxtruksi
terhadap cairan gelatin dan minyak untuk membentuk suatu
kapsul dengan mengalirkannya kedalam pipa yang memiliki dua
aliran didalamnya.
Didalam pipa zat aktif dan shellnya bergabung dan saat keluar
dari pipa menjadi tetesan yang berubah menjadi gel dg bantuan
pengontrolan suhu kemudian dapat di keringkan dan diisolasi.
Teknik ini dikenal dengan istilah Submerged nozzle processes
TIPE B SPRAY DRYING
Proses enkapsulasi tipe B mulai berkembang pada tahun 1930
dengan spray drying sebagai teknik yang pertama dipelajari.
Teknik ini diawali dengan mengemulsikan atau mendispersikan zat
inti kedalam suatu larutan konsentrat yang berfungsi sebagai
shell/bahan pelapis yang umumnya memiliki konsentrasi antara 40-
60 %
Mikroenkapsulasi metode pengeringan semprot meliputi 2 tahapan
yaitu emulsifikasi minyak dengan larutan polimer dan penghilangan
pelarut dengan udara panas. Bahan polimer yang digunakan jenis
polisakarida dan protein seperti pati, gum arab, gelatin, albumin, dan
kasein
Skema proses mikroenkapsulasi dgn spray drying
TIPE B SPRAY DRYING (LANJUTAN)

Umumnya teknik ini digunakan untuk zat inti yang bersifat


water-immiscible oil seperti fragrance, perasa makanan, dan
vitamin yang nantinya akan teremulsi ke dalam shell nya.
Shell yang digunakan umumnya merupakan polimer larut air
seperti gom arab atau starch termodifikasi.
Mampu memproduksi kapsul dalam jumlah banyak, bahan
pelapis yang cocok untuk pengeringan semprot juga layak
sebagai bahan makanan, dan bahan pelapis yang digunakan
larut dalam air sehingga dapat melepaskan bahan inti  tanpa
adanya bahan pelapis yang mengendap. Metode pengeringan
semprot juga cocok untuk bahan yang mudah teroksidasi
seperti minyak.
SKEMA DIAGRAM DARI DUA LARUTAN NOZZLE
DIGUNAKAN UNTUK PREPARAT MIKROKAPSUL
TIPE B FLUIDIZED BED COATER

Ini merupakan teknik mikrokapsul Tipe B yang


khusus digunakan untuk zat inti berupa partikel
yang berbentuk padatan atau zat berpori yang
telah mengabsorbsi sejumlah cairan. Teknik ini
lebih sering digunakan untuk partikel padatan
dalam dunia farmasi. Teknik ini digunakan
dengan mensuspensikan sejumlah partikel
padatan kedalam udara yang mengalir dalam
alat.
TIPE B FLUIDIZED BED COATER (LANJUTAN)

Keuntungan dari teknik ini adalah kemampuannya untuk


menyelesaikan sejumlah besar tipe coating formulation.
Banyak digunakan untuk hot melts, pendispersian cairan
latex, pembuatan larutan solvent organic, dan cairan dari
shell material.
Polimer enteric adalah satu hasil formulasi yang unik dari
tipe ini. Diaplikasikan pada pembuatan obat yang tahan
terhadap kondisi lambung. Obat tersebut tak larut di
lambung namun baru akan larut di cairan usus yang
memiliki pH 7.
SKEMA DIAGRAM DARI DUA TIPE FLUDIZED BED COATERS
(A)UNIT TOP SPRAY (B) BOTTOM-SPRAY ATAU UNIT WURSTER

 
TIPE B FLUIDIZED BED COATER (LANJUTAN)

Terdapat 3 jenis dari teknik ini yang umum digunakan :


1. Top spray
agak terbatas, namun teknik ini lebih simple dalam pelaksanaannya dan
bisa menghasilkan lebih banyak partikel tercoating.
2. Tangental spray
3. Bottom spray
sudah dijadikan metode dasar untuk mengkapsulasi zat padatan terutama
zat2 farmasetik.
Teknik pemisahan dan pengaliran gas (spray) menjadi salah satu komponen
penting yang harus diperhatikan karena langsung berhubungan ke zat inti
yang akan di coating.
Kekurangan teknik ini dalah waktu yang dibutuhkan lebih lama.
Skema a fluid-bed coater (a) topsprsy (b)battom spray
(c) tangential spray
TIPE B CENTRIFUGAL EXTRUSION

Partikel solid seketika saat dihembuskan dari dala pipa pencampur. Zat inti
yang cocok digunakan adalah cairan polar seperti air atau larutan air yang
sulit campur dengan shel materialnya seperti wax. Tipe ini zat inti &
lapisan sell yang akan digunakan dialirkan bersamaan kedalam sejenis
pipa pencampur yang berputar. Di dalam pipa terdapat jalur terpisah antara
keduanya yang dalam prosesnya, zat inti dan shellnya akan bersatu
menjadi tetesan ketika mereka keluar dari mulut pipa. Perubahan dari
tetesan untuk membentuk kapsul nanti dipengaruhi oleh sifat dasar . Jika
shell material merupakan zat dengan viskositas rendah yang dapat
menkristal dengan cepat jika didinginkan maka tetesan yang terbentuk
langsung berubah menjadi partikel solid seketika saat dihembuskan dari
dala pipa pencampur. Zat inti yang cocok digunakan adalah cairan polar
seperti air atau larutan air yang sulit campur dengan shel materialnya
seperti wax.
. SKEMA DIAGRAM DARI DUA LARUTAN NOZZLE
DIGUNAKAN UNTUK PRODUK MIKROKAPSUL
ROTATIONAL SUSPENSION SEPARATION

Pada teknik ini zat inti biasanya berupa


padatan yang di alirkan bersamaan dengan shel
material kedalam alat yang disebut rotating
disk.
Di dalam alat yang berotasi terjadi
pendispersian zat inti ke shel nya / terjadi
coating. Setelah itu kapsul yang telah jadi
mengalir keluar bersama dengan pure coating
material yang tidak terpakai.
ROTATIONAL SUSPENSION SEPARATION (LANJUTAN)

Teknologi ini disebutkan sebagai teknik yang


cepat, low-cost, dan sangat sering digunakan
untuk melapisi berbagai jenis zat inti yang berupa
padatan sampai yang ukuran diameternya dibawah
150 µm.
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan,
sebaiknya zat inti berupa padatan yang
strukturnya speris . Bentuk spheris ini bisa
dihasilkan dg proses granulasi terlebih dahulu ja
zat inti bentuknya tak teratur.
SKEMA DIAGRAM DARI ROTASI SUSPENSI PADA BAGIAN

PROSES ENKAPSULASI

Anda mungkin juga menyukai