PENDAHULUAN Dalam memberikan pelayanan kesehatan - dokter melakukan langkah-langkah ilmiah - adanya proses berpikir kritis - dokter dapat mengambil keputusan klinik berdasarkan clinical reasoning yang jelas dan tepat serta dapat dipertanggungjawabkan.
Berpikir kritis tidak hanya diterapkan dalam
proses pengambilan keputusan klinik tetapi juga dalam kegiatan belajar sehari-hari. Berpikir kritis dilakukan setiap orang untuk mendapatkan pemahaman, melakukan evaluasi, serta untuk menyelesaikan masalah.
Masalah ini menjadi dasar dalam kurikulum
Problem Based Learning (PBL).
Proses pembelajaran yang berangkat dari
masalah ini tentunya melibatkan proses berpikir kritis. PEMICU Apakah Saudara setuju/tidak setuju perlunya kemampuan berpikir kritis untuk mahasiswa kedokteran? Berikan alasan jawaban Saudara Berpikir kritis adalah kemampuan para pemikir untuk bertanggungjawab terhadap pemikiran mereka sendiri.
Implikasi : harus membuat kriteria yang objektif
dan standard untuk menganalisa dan menilai pikiran mereka sendiri - meningkatkan kualitas pikiran mereka. Elder, L dan Paul, R. “Critical thinking : Why we must transform our teaching.” Journal of Developmental Education. Fall 1994 dalam Critical Thinking, ww.accd.edu/sac/history/keller/accditg/ssct.htm Seorang pemikir kritis mampu : membedakan antara fakta dan opini melakukan observasi yang mendetail tidak menutupi adanya asumsi dan mendefinisikan istilah mereka membuat pernyataan yang tegas berdasarkan pada logika dan bukti yang kuat
Ellis, D. Becoming a Master Student, 1997 dalam Critical Thinking,
ww.accd.edu/sac/history/keller/accditg/ssct.htm Karakteristik pemikir kritis : memiliki pertanyaan yang berhubungan dengan problem menilai sebuah pernyataan dan argumentasi mampu mengakui dirinya memiliki kekurangan informasi dan pemahaman mengenai sesuatu memiliki rasa ingin tahu merasa tertarik untuk menemukan solusi baru mampu mendefinisikan secara jelas tentang kriteria yang digunakan untuk menganalisa suatu ide/gagasan Cont… bersedia untuk menguji keyakinan, asumsi, opini serta tidak takut bila ternyata hasilnya tidak sesuai dengan kenyataan mendengarkan orang lain secara hati-hati dan mampu memberikan feedback memandang berpikir kritis merupakan proses self-assessment yang berlangsung seumur hidup tidak melakukan penilaian sampai semua fakta telah terkumpul dan dipertimbangkan mencari bukti dan pembuktian untuk menjelaskan (menguatkan/melemahkan) asumsi dan keyakinan mampu untuk memberi opini ketika ditemukan fakta baru memeriksa masalah dari ”dekat” mampu menolak informasi yang tidak benar atau tidak relevan Ferret, S. Peak Performance (1997) dalam Critical Thinking, ww.accd.edu/sac/history/keller/accditg/ssct.htm Kegiatan berpikir kritis menurut Facione (2004) : Interpretasi adalah kemampuan untuk memahami dan menjelaskan pengertian dari situasi, pengalaman, kejadian, data, keputusan, konvensi, kepercayaan, aturan, prosedur dan kriteria. Analisis adalah mengidentifikasi hubungan dari beberapa pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi, dan berbagai model yang dipergunakan untuk merefleksikan pemikiran, pandangan, kepercayaan, keputusan, alasan, informasi dan opini. Evaluasi adalah kemampuan untuk menguji :
kebenaran pernyataan yang digunakan untuk
menyampaikan pemikiran, persepsi, pandangan, keputusan, alasan, serta opini.
hubungan berbagai pernyataan, deskripsi,
pertanyaan, dan bentuk lain yang dipakai dalam merefleksikan pemikiran. Inferensi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan memilih elemen/informasi yang dibutuhkan untuk : menyusun simpulan yang memiliki alasan
menegakkan diagnosis
memutuskan konsekuensi yang harus diambil
dari data, informasi, pernyataan, kejadian, prinsip, opini, konsep dan lain sebagainya. Kemampuan menjelaskan adalah kemampuan : menyatakan hasil pemikiran, penjelaskan alasan berdasarkan pertimbangan bukti, konsep metodologi, kriteriologi dan konteks.
kemampuan menyampaikan hasil,
menjelaskan prosedur, dan mempresentasikan argumen. Self regulation adalah kemampuan seseorang untuk mengatur sendiri dalam berpikir.
(Abrori C, Berpikir Kritis (Critical thinking) dalam Profesi Dokter.
Fakultas Kedokteran Universitas Jember) MANFAAT BERPIKIR KRITIS DALAM KEDOKTERAN Manfaat pertama… Berpikir kritis dapat diterapkan ketika kita membaca literatur baik berupa laporan penelitian, artikel, dll. (CRITICAL APPRAISAL) - Mengikuti perkembangan ilmu dalam dunia kedokteran yang sangat pesat. - Kita harus pandai menilai apakah literatur yang kita baca bagus atau tidak, terpercaya atau tidak, dapat kita terapkan atau tidak. Kegiatan membaca literatur juga dapat digunakan untuk memenuhi rasa ingin tahu kita mengenai suatu fenomena dalam pendidikan kedokteran. Kita juga bisa mencari bukti/teori yang mendukung atau menyanggah fenomena yang ingin kita pelajari. Untuk melakukan critical thinking ketika membaca, kita dapat melakukan beberapa strategi di bawah ini : Annotating Previewing Contextualizing Questioning Reflecting Outlining dan summarizing Summarizing Evaluating our argument Comparing and contrasting related readings2 Manfaat yang kedua dari berpikir kritis... Dengan berpikir kritis, kita mampu membedakan antara fakta, opini dan kesimpulan. Keliru dalam membedakan ketiga hal tersebut - berpengaruh terhadap kualitas pemikiran dan pemahaman kita. Kita jadi mudah dipengaruhi (dalam hal negatif) orang lain. Kita juga bisa melakukan kesalahan dalam menilai sesuatu. Manfaat ketiga.... Dengan berpikir kritis kita dapat memperluas wawasan dan pengetahuan kita. - Rasa ingin tahu sebagai salah satu karakteristik berpikir kritis yang membuat kita sibuk mencari teori, bukti, membuat hipotesis, untuk menjawab pertanyaan kita tentang suatu fenomena tertentu. - Kita tidak terpaku pada satu hal saja atau tidak terpaku pada pemikiran satu orang tertentu. Manfaat keempat dari berpikir kritis Berpikir kritis menjadi dasar dari clinical reasoning bagi mahasiswa kedokteran. Dalam menghadapi suatu masalah (pada pasien), mahasiswa kedokteran/dokter dituntut untuk dapat mengambil keputusan yang terbaik. Keputusan ini bisa berupa diagnosa, terapi, dan lain-lain. Manfaat keempat cont....... Langkah-langkah yang dilakukan sebelum mengambil keputusan klinik sama dengan langkah-langkah dalam berpikir kritis. Proses pengambilan keputusan dimulai dengan : interpretasi data klinik yang diperoleh dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. analisa data dengan mencari hubungan antara data dan teori berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Setelah itu mengambil keputusan klinik dengan melakukan diagnosa dan terapi. Dokter juga melakukan evaluasi apakah keputusan yang diambil sudah tepat dan sesuai dengan kebutuhan serta keinginan pasien (health need dan health demand). Hal ini juga mencerminkan self-regulation. Seorang mahasiswa kedokteran/dokter juga harus bisa menjelaskan keputusan yang diambil dengan argumentasi yang tepat dan cara penyampaian yang baik sehingga keputusan ini dapat dipertanggungjawabkan. Manfaat kelima Dengan semua manfaat yang telah diuraikan di atas, berpikir kritis dapat membantu tercapainya kompetensi seorang dokter. Semua manfaat berpikir kritis diatas dapat terlihat pada kegiatan pembelajaran kurikulum Problem Based Learning (PBL) Pada saat tutorial maupun ujian, mahasiswa diberikan suatu masalah. Dari masalah tersebut, mahasiswa melakukan langkah-langkah seperti yang dilakukan pada kegiatan berpikir kritis. Pada saat tutorial, mahasiswa melakukan seven jump discussion seperti di bawah ini : a. Analisis masalah Klarifikasi istilah yang tidak jelas dalam skenario dan tentukan kata atau kalimat kunci skenario Mengidentifikasi problem dasar skenario b. Dengan membuat beberapa pertanyaan penting c. Analisis problem-problem tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas dengan merumuskan hipotesis (jawaban sementara) dari permasalahan atau pernyataan diatas seven jump discussion…….. d. Identifikasi dan karakteristik pengetahuan yang diperlukan untuk mendukung hipotesis dan mengorganisasi dan menguraikan pengetahuan yang dibutuhkan e. Membagi anggota untuk mengumpulkan informasi dari sumber-sumber belajar yang ada f. Mensintesa masalah yaitu mendiskusikan informasi yang ada untuk mengetahui apakah ada kesalahan dan/atau ada yang belum lengkap Diharapkan langkah-langkah berpikir kritis tersebut dapat menjadi kebiasaan mahasiswa ketika menghadapi suatu masalah ilmiah. Contoh yang lain adalah penilaian clinical reasoning bagi mahasiswa klinik (Dokter Muda) ketika melakukan ujian OSCE.
Clinical reasoning ini menggambarkan adanya
proses berpikir kritis dalam diri mahasiswa kedokteran.