Anda di halaman 1dari 18

Route of drug administration,

eye, ear and skin


Jalur penetrasi sediaan
topikal
 Terjadi 3 interaksi:
1. Solute vehicle interaction: interaksi bahan
aktif terlarut dalam vehikulum. Idealnya zat
aktif terlarut dalam vehikulum tetap stabil
dan mudah dilepaskan. Interaksi ini telah ada
dalam sediaan.
2. Vehicle skin interaction: merupakan interaksi
vehikulum dengan kulit. Saat awal aplikasi
fungsi reservoir kulit terhadap vehikulum.
3. Solute Skin interaction: interaksi bahan aktif
terlarut dengan kulit (lag phase, rising phase,
falling phase).
Penetrasi secara
transepidermal
 Secara interseluler dan intraseluler.
Penetrasi interseluler  merupakan jalur
yang dominan : menembus stratum
korneum melalui ruang antar sel pada
lapisan lipid  lapisan epidermis sehat di
bawahnya  berdifusi ke pembuluh
kapiler
Penetrasi secara
transfolikular
 Analisis penetrasi secara folikular muncul
setelah percobaan in vivo :
molekul kecil (kafein), dapat berpenetrasi
tidak hanya melewati sel-sel korneum,
tetapi juga melalui rute folikular 
berdifusi melalui celah folikel
rambut dan kelenjar sebasea  berdifusi
ke kapiler
Absorpsi sediaan topikal secara
umum
a. Lag phase
Periode ini merupakan saat sediaan dioleskan
dan belum melewati stratum korneum, belum
ditemukan bahan aktif obat dalam pembuluh darah.
b. Rising phase
Fase ini dimulai saat sebagian sediaan menembus
stratum korneum, kemudian memasuki kapiler dermis,
sehingga dapat ditemukan dalam pembuluh darah.
c. Falling phase
Fase ini merupakan fase pelepasan bahan aktif obat
dari permukaan kulit dan dapat dibawa ke kapiler
dermis
PRINSIP PEMILIHAN SEDIAAN
1. Pada kulit tidak berambut, secara umum dapat dipakai
sediaan salep, krim, emulsi. Krim dipakai pada lesi kulit
yang kering dan superfi sial, salep dipakai pada lesi yang
tebal (kronis).
2. Pada daerah berambut, losion dan gel merupakan pilihan
yang cocok.
3. Pada lipatan kulit, formulasi bersifat oklusif seperti salep,
emulsi W/O dapat menyebabkan maserasi sehingga harus
dihindari.
4. Pada daerah yang mengalami ekskoriasi, formulasi berisi
alkohol dan asam salisilat sering mengiritasi sehingga
harus dihindari.
5. Sediaan cairan dipakai untuk kompres pada lesi basah,
mengandung pus, berkrusta
Ocular Drug Delivery

 Static barriers (different layers of cornea,


sclera, and retina including blood aqueous
and blood–retinal barriers)
 Dynamic barriers (choroidal and conjunctival
blood flow, lymphatic clearance, and tear
dilution)
 Efflux pumps
Routes of drug administration to
eye
Ocular Disposition of Topically
Applied Formulations
Obat Antiglaukoma

 Menurunkan produksi akuos di badan siliar


 Meningkatkan aliran keluar cairan akuos
melalui anyaman trabekula
 Meningkatkan aliran keluar cairan akuos
melalui jalur uveosklera
Drug delivery to the ear

 Topical
 Systemic (intravenous)
 Transtympanic
 Via the Eustachian tube

Anda mungkin juga menyukai