Pembimbing :
Dr. Sarada Devi, Sp.PD
Dr. Hj. Sofiana
Dr. Meliana Muliawaty
PENDAHULUAN
Hepatitis B
Infeksi yg umum Angka kejadian
Kronis
ditemukan di meningkat dlm
kelainan hati
Indonesia 5 thn terakhir
EPIDEMIOLOGI
INA: 2013 ↑ 2x
dari thn 2007
4-20,3%
ETIOLOGI
• Tidak dapat dibedakan secara antigen dari permukaan luar / protein kapsul
Masuk ke
Partikel Dane
dalam tubuh Replikasi virus
masuk ke hati
(parenteral)
HBV DNA > 2 x 104 IU/mL dengan kadar ALT normal atau 1-2x batas atas nilai
normal / ULN: observasi setiap 3 bulan, terapi dapat dimulai apabila
ditemukan inflamasi sedang – berat atau fibrosis signifikan
HBV DNA < 2 x 104 IU/mL dengan kadar ALT berapapun: observasi setiap 3
bulan, terapi dimulai apabila ditemukan inflamasi sedang – berat atau fibrosis
signifikan, eksklusi penyebab lain apabila ditemukan peningkatan kadar ALT.
Indikasi terapi pada pasien dengan
HBeAg (-)
HBV DNA > 2 x 103 IU/mL dengan kadar ALT >2x batas atas nilai normal / ULN: dapat
dilakukan observasi selama 3 bulan apabila tidak terdapat risiko kondisi dekompensasi,
terapi dapat dimulai apabila tidak terjadi serokonversi
HBV DNA > 2 x 103 IU/mL dengan kadar ALT normal atau 1-2x batas atas nilai normal /
ULN: observasi setiap 3 bulan, terapi dapat dimulai apabila ditemukan inflamasi sedang –
berat atau fibrosis signifikan
HBV DNA < 2 x 103 IU/mL dengan kadar ALT lebih dari normal: observasi setiap 3 bulan,
terapi dimulai apabila ditemukan inflamasi sedang – berat atau fibrosis signifikan, eksklusi
penyebab lain apabila ditemukan peningkatan kadar ALT.
HBV DNA < 2 x 103 IU/mL dengan kadar ALT persisten normal: monitor kadar ALT setiap 3-6
bulan dan HBV DNA setiap 6-12 bulan, terapi dimulai apabila ditemukan inflamasi sedang –
berat atau fibrosis signifikan.
Indikasi terapi pada Indikasi terapi pada
pasien dengan sirosis pasien dengan sirosis
terkompensasi tidak terkompensasi
terapi harus segera
dimulai untuk
terapi dimulai pada mencegah
pasien dengan DNA deteriorasi tanpa
VHB >2 x 103 IU/mL memandang nilai
DNA VHB ataupun
ALT
TATALAKSANA – KELOMPOK TERAPI
a.Kelompok a.Kelompok
imunomodulator terapi antivirus Lini pertama untuk terapi Hepatitis B
kronik berdasarkan rekomendasi saat ini
yakni terdiri dari pegulated interferon,
Interferon Lamivudin entecavir, atau tenofovir. Pada pasien non
sirosis yang menginginkan terapi untuk
jangka waktu tertentu, terapi yang
Timosin Adenofovir direkomendasikan adalah Peg-IFN.
alfa 1 dipivoksil Rekomendasi lini kedua sebagai alternatif
terapi Hepatitis B adalah lamivudin,
Vaksinasi
adefovir, dan telbivudine
terapi
INTERFERON
Tenofovir dapat diberikan pada keadaan: Tenofovir tidak disarankan untuk diberikan pada
• Pasien hepatitis B naif. keadaan:
• Pasien dengan hepatitis B kronik dan sirosis. • Pasien hepatitis B yang resisten tenofovir.
• Pasien hepatitis B dengan gangguan ginjal.
Penatalaksanaan Hepatitis B secara umum memiliki tujuan
utk supresi jangka panjang infeksi virus hepatitis B melalui
terapi, dan pencegahan transmisi dengan vaksinasi, sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesintasan pasien
yang terinfeksi
Insidens kumulatif 5 thn sirosis pada pasien dgn Hep B yg tidak diterapi
menunjukkan angka 8-20%, dengan 20% dari jumlah ini akan berkembang
menjadi sirosis dekompensata dalam 5 tahun berikutnya
• Batu empedu atau gallstones adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu (Cholelithiasis) atau di
dalam saluran empedu (choledocolithiasis).
• Batu kandung empedu biasanya baru menimbulkan gejala dan keluhan bila batu menyumbat duktus
sistikus atau duktus koledokus gejala bervariasi dari ringan – berat.
• Insiden kolelitiasis atau batu kandung empedu di Amerika Serikat diperkirakan 20 juta orang yaitu 5 juta
pria dan 15 juta wanita.
• Insiden batu kandung empedu di Indonesia belum diketahui dengan pasti, karena belum ada penelitian.
Banyak penderita batu kandung empedu tanpa gejala dan ditemukan secara kebetulan.
DEFINISI CHOLELITHIASIS
• Batu empedu (gallstones/cholelithiasis) adalah massa padat yang terbentuk dari endapan mineral pada
saluran empedu.
• Batu empedu di saluran empedu dapat mempengaruhi bagian distal pada ampula Vater saluran
empedu dan saluran pankreas bergabung sebelum keluar ke duodenum. Obstruksi aliran empedu oleh
batu di titik ini dapat menyebabkan sakit perut dan sakit kuning
• Dalam waktu yang lama, batu empedu di kandung empedu dapat menyebabkan fibrosis progresif
kolesistitis kronis.
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
TANDA DAN GEJALA CHOLELITHIASIS
• Pemeriksaan darah peningkatan SGOT dan SGPT, diikuti dengan peningkatan serum bilirubin setiap
jamnya (tanda obstruksi)
• USG Abdomen Merupakan pemeriksaan utama! ; Kolesistitis akut termasuk penebalan kandung
empedu (> 5 mm), cairan pericholecystic, kandung empedu distensi (> 5 cm), dan Murphy sign
sonografi. Batu empedu dapat dilihat dengan tampak masa echogenic dan menimbulkan accoustic
shadow
• Foto polos abdomen memiliki sedikit peran dalam mendiagnosis batu empedu. Kolesterol dan
pigmen batu yang radiopak akan terlihat pada radiografi hanya 10 – 30 % dari kasus, tergantung sejauh
mana proses kalsifikasinya.
PENATALAKSANAAN
• Identitas
• Nama : Tn. F
• Umur : 43 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Villa Mutiara Wanasari, Bekasi
• Agama : Islam
• Tanggal pemeriksaan : 31 Januari 2019
• Ruangan : Catalya
ANAMNESIS
• Keluhan Utama:
Nyeri perut bagian tengah atas
• Riwayat Perjalanan Penyakit:
Pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 2 minggu yang lalu yang terasa hilang timbul. Keluhan
juga disertai dengan mual dan muntah. Frekuensi muntah sebanyak 3 kali. Pasien tidak ada keluhan demam,
namun sebulan yang lalu pasien sempat merasakan demam selama 2 hari. BAK berwarna seperti teh dan hanya
sedikit-sedikit serta terasa anyang-anyangan, BAB lunak dan berwarna kuning. Pasien emmpunyai riwayat sakit
liver pada tahun 2012. Pasien sempat cek lab sebelumnya dan angka lab menunjukkan peningkatan fungsi liver.
• Riwayat Penyakit Terdahulu
- HT dan DM disangkal
- Riwayat sakit liver di tahun 2012
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum
Sakit sedang/gizi baik/composmentis
• Status Vitalis
Tekanan Darah : 90/60mmHg
Nadi : 78 x/menit
Pernafasan : 202x/menit
Suhu : 36,2oC
• Kepala
Konjungtiva : anemis -/-
Sklera : ikterik +/+
Bibir : tidak ada sianosis
Gusi : perdarahan (-)
Mata : pupil bulat, isokor, θ2,5mm/2,5mm, RC +/+
• Leher
Kelenjar getah bening :tidak terdapat pembesaran
DVS : R-2 cmH20
Deviasi trakea : tidak ada, tidak didapatkan massa tumor. Tidak ada nyeri tekan.
• Paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : nyeri tekan (-), massa tumor (-), fremitus raba kiri=kanan
Perkusi : sonor R=L
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler R=L
Bunyi tambahan: ronkhi -/- Wheezing -/-
• Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V midclavicularis (S)
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1/S2 reguler,murmur (-)
• Abdomen
Inspeksi : datar, ikut gerak napas, warna kulit sama sekitarnya.
Darm contour tidak ada, darm stefing tidak ada.
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Palpasi :Nyeri tekan ada di daerah hypochondrium kanan,
murphy sign positif, tidak teraba massa,
defense muskular tidak ada.
Perkusi : Nyeri ketok ada di daerah hypochondrium kanan,
tympani (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambaran Radiologi (22-05-2015)
VF : Tampak multiple lesi hiperechoic dengan accoustic shadow +, diameter antara 0,48 cm-0,88 cm
RESUME
• Seorang laki-laki berumur 43 tahun datang ke RSKM 1 dengan keluhan nyeri ulu hati yang sudah
dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan disertai dengan keluhan mual dan muntah, muntah ber-
frekuensi 3x sehari. BAB lunak berwarna kuning, BAK berwarna seperti teh dan hanya sedikit- sedikit.
Dari hasil pemeriksaan fisik di dapatkan mata ikterik, pada pemeriksaan fisik abdomen di dapatkan ada
nyeri tekan pada bagian perut bagian tengah, dan murphy sign +. Dari pemeriksaan fungsi liver
terdapat peningkatan pada nilai SGOT (339), SGPT(377), dan bilirubin total (2,93). Dari pemeriksaan
serologi yang dilakukan pada tgl 12-09-2012 HBsAg positif.Dari pemeriksaan radiologi USG di
dapatkan adanya gambaran cholelithiasis multiple di dalam vesica fellea yang berukuran 0,48 cm – 0,88
cm dari pemeriksaan MRCP didapatkan adanya gambaran hepatomegali dan sludge gallbladder.
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN
• Hepatitis B Kronik Eksaserbasi Akut + Cholelithiasis
• Nonmedikamentosa :
Tirah Baring
Diet rendah lemak
• Medikamentosa :
IVFD RL : D5% = 2:1
Ondancentron inj 3 x 8 mg
OMZ inj 1 x 40 mg
Domperidon 3 x 1 tab
Curcuma 3 x 1
Vit. B Complex 3 x 1
FOLLOW UP
- Tramal supp
- Curcuma tab 3x1
- Vit. B complex tab
3x1
Kasus Teori
Tanda dan - pasien mengeluhkan nyeri di ulu hati - Pada hepatitis B kronis biasanya tidak
Gejala dan disertai mual muntah yang ditemukan gejala dan pemeriksaan fisik
sering. normal, namun terkadang terdapat
tanda-tanda peny. Hati kronik*
- Terdapat nyeri tekan pada - Pada kasus batu simptomatik sering
pemeriksaan fisik (murphy sign +) disertai dengan adanya gejala nyeri
pada bagian perut kanan atas dan
bagian ulu hati yang dapat menjalar s/d
skapula. Dapat dosertai diaforesis dan
mual muntah.
- Murphy sign +
• Setiati S, Alwi I, Sudoyo A, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed.
Jakarta: Interna Publishing; 2014.
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi Penyakit Hepatitis B di Indonesia Tahun 2017. In:
Infodatin; 2017. [available at:
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/Infodatin-situasi-penyakit-
hepatitis-B-2018.pdf]
• Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis B di Indonesia.
PPHI; 2017.
• Kasper D, Fauci A, Hauser S, Longo D, Jameson J, Loscalzo J. Harrison's principles of internal medicine.
19th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2015.