Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIK ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn.

E
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN ASMA BRONCHIALE DI
RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT – RSU BANJAR

Asep Agung Yusup M.


(AKX 16.025)
Aslam Amanullah
(AKX.16.026)
Debby DwikartikA A. A.
(AKX.16.033)
Dede Riani (AKX.16.034)
Errina Handayani
(AKX.16.044)
Jeni Tiara Andriyan
(AKX.16.060)
Nindi Putri Pandeuri
(AKX.16.080)

Noly Deyanti (AKX 16.085)


• Asma bronkial adalah penyakit penyempitan saluran
pernapasan yang disebabkan oleh meningkatnya respons
trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan.
Penyempitan saluran pernapasan ini bersifat sementara dan
dapat kembali seperti semula, baik tanpa obat maupun
dengan obat (Admin, 2011)
• Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas yang
mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi.
• Faktor predisposisi
Genetik adalah factor predisposisi dari asma bronkial
yang diturunkan berupa alerginya, meskipun belum
diketahui cara penurunannya karena dengan adanya
alergi ini, penderita akan sangat mudah terkena
penyakit asma bronkial jika terpapar dengan factor
pencetusnya
ALERGEN

STRESS

AKTIFITAS FISIK

LINGKUNGAN
KERJA
Pengukuran Pemeriksaan
fungsi paru eosinofil
(Spirometri) Analisa Gas total
Darah (AGD/
astrup)

Pemeriksaan Kadar
Uji provokasi
IgE total dan IgE
bronkus
spesifik dalam sputum

Pemeriksaan
Pemeriksaan sputum
Foto dada
kulit
Identitas pasien
• Nama Pasien : Tn. E
• Umur : 60 Tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
• Bahasa : Indonesia
• Pendidikan : SD
• Pekerjaan : Buruh
• Status : Menikah
• Alamat : Sumanding Wetan Identitas Penanggung Jawab
02/24 Kel. Mekarsari • Nama Pasien : Ny. E
Kec. Banjar Kota • Umur : 52 Tahun
Banjar
• Diagnosa : Asma Bronchiale • Jenis Kelamin : Perempuan
• No. Registrasi : 310216 • Pendidikan : SD
• Pekerjaan : IRT
• Hubungan keluarga : Istri klien
• Alamat : Sumanding Wetan
02/24 Kel. Mekarsari
• Kec. Banjar Kota Banjar
a. Airway :
Pada jalan napas klien mengalami sumbatan, ada
akumulasi sekret pada jalan napas.

b. Breathing :
RR : 36 kali/menit, menggunakan otot bantu pernapasan,
terdapat wheezing, tidak terdengar ronki pada saluran
pernapasan. Klien menggunakan pernapasan cuping
hidung.
1.PRIMERY SURVEY c. Circulation :
TD 140/110 mmHg, HR 88 x/menit, capillary refill >2
detik, kulit pucat, konjungtiva anemis. Akral dingin.
d. Dissability :
Keadaan umum lemah, Kesadaran : Compos Mentis. GCS
E: 4 M: 6 V:5 =15, refleks pupil +/+, pupil miosis, lebar 2
mm.
e. Exposure
Tidak ada luka di bagian tubuh klien dari kepala sampai
kaki, suhu 36,9 ⁰C
SIGN AND SYMTOM Tanda dan gejala
- Klien tampak lemah
- Klien tampak batuk
- Klien mengeluh batuk berdahak
- Klien mengeluh sesak nafas

2.SECONDARY
SURVEY ALLERGI Istri klien mengatakan klien tidak mempunyai alergi udara maupun
makanan.

MEDICATION Istri klien mengatakan klien mengkonsumsi obat salbutamol 3x1 hari (1
tablet = 4mg) sejak ± 4 hari setelah klien merasa sesak.

PAST ILLNES Istri klien mengatakan klien menderita asma sejak ± 2 tahun.

RIWAYAT OPERASI Istri klien mengatakan, klien belum pernah menjalani operasi

LAST MEAL Istri klien mengatakan, klien minum air putih dan makan nasi lauk

EVENT Klien mengeluh sesak nafas ± 4 hari disertai batuk berdahak.


Pemeriksaan fisik
1.Kepala
Bentuk kepala mesosefal, tidak ada hematom/luka pada kepala klien, rambut
tersebar merata, tidak mengalami alopesia.
a. Mata : Garis kedua mata simetris, reaksi terhadap cahaya kiri dan kanan baik,
pupil miosis 2 mm, klien mampu membuka mata, konjungtiva anemis, klien tidak
menggunakan kacamata. Tidak terdapat nyeri tekan.

b. Hidung : Kedua lubang hidung simetris, tidak mengeluarkan sekret, tidak ada
pembengkakan pada hidung klien, tidak terdapat polip dan sinusitis. Tidak terpasang
NGT, klien terpasang nasal kanul 5 L. klien menggunakan pernapasan cuping hidung

c. Telinga : Daun telinga simetris, tidak menggunakan alat bantu pendengaran,


terdapat serumen. Tidak terdapat nyeri tekan.

d. Mulut : Bibir klien simetris, tidak mengalami kelainan bawaan, kondisi bibir kering,
gusi tidak terdapat pembengkakkan. Tidak terdapat nyeri tekan.

d. Leher : Leher tampak simetris, tidak ada luka, tidak ada PVJ, tidak ada kelainan
posisi trakea, tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid.
2.Thorax
a.Jantung
Bunyi jantung normal lupdup, perkusi dullnes, tidak ada suara tambahan. TD: 140/110 mmHg.
Nadi 88 x / menit dengan karakteristik cepat dan dangkal, irama jantung regular.

b. Paru-paru
Pengembangan dada tidak maksimal, saat bernafas klien menggunakan otot bantu pernafasan,
perkusi resonan, saat diauskultasi terdengar suara wheezing, tidak terdengar suara ronki, tidak terdapat
benjolan

c. Abdomen
Tidak ada jejas, tidak tampak adanya distensi, terdengar bising usus 14x/menit, bunyi
tymphani, tidak ada kembung, tidak teraba adanya massa, tidak ada nyeri tekan.

d. Genetalia
Istri klien mengatakan tidak ada luka maupun benjolan di area genetalia. Tidak terpasang
kateter, istri klien mengatakan BAK klien lancar, dan frekuensi 5x sehari.

e. Ekstremitas
Bentuk simetris kiri dan kanan, jumlah jari lengkap, tidak terdapat jejas, bisa bergerak ke
segala arah, tidak terdapat nyeri pada persedian, dan tulang. Klien dapat menahan gravitasi yang di
berikan, dan terpasang infus di ektremitas kiri atas dengan cairan NaCl 0.9 % 500ml 15 tts/menit

f. Integument
warna kulit kuning langsat, turgor kulit kembali >2detik
1.LABORATORIUM
Tgl Jenis Hasil Nilai Rujukan Satuan

Pemeriksaan

Hematology
14 a. Hb 15,5 12-16 g/dL

39 %
02 b. Hematocrit
17.000
35-45
/mm3
c. Leukosit 5000-10000
18 /mm3
d. Trombosit 260.000 150.000-350.000

mg/dL
Faal Ginjal
40 mg/dL
a. Ureum 15-45
0,7
b. Kreatinin 0,5-0,9
mg/dL
Karbohidrat
107
a. Glukosa sewaktu 76-110
Elektrolit
140 mmol/L
a. Natrium 135-145
4,3 mmol/L
b. Kalium 3,5-5,5
1,29 mmol/L
c. Kalsium 1,10-1,40
2.RADIOLOGI
Tanggal Jenis Hasil/Kesan
Pemeriksaan

13/02/18 Rontgen Paru hiperinflasi.


Thorax

1. O2 Non Rebreathing Mask 10L/menit


2. Combivent 1 x 2,5 mg 21.00WIB
3. Flixotide 1 x 0.5 mg 21.OOWIB
4. Infus NaCl 0,9 % 500ml : 15 tts/menit
5. Salbutamol 4mg : 3x1 tablet jam 06.00-
14.00-22.00
6. Ceftriaxone 1 gram 22.20WIB
7. Ranitidine 1 ampl : 2mg 22.20WIB
NO Hari/Tgl Data Etiologi Masalah

1 Selasa, 13 Ds: Edema mukosa, kontraksi otot Ketidakefektifan


Februari 2018 - Klien mengeluh sesak polos meningkat bersihan jalan nafas
nafas dan batuk berdahak.
Spasme otot polos sekresi

Do: kelenjar broncus meningkat

- TD: 140/110,
N: 88 x/menit, RR: 36
Penyempitan/obstruksi
x/menit,
proksimal dari broncus pada
Suhu: 36,9 oC.
tahap ekspirasi dan inspirasi
- Terdengar suara wheezing.

Batuk, wheezing, dan sesak


nafas

Ketidakefektifan bersihan jalan


nafas
2 Selasa, 13 Februari Ds: Edema mukosa, kontaksi otot polos meningkat
2018 - Klien mengeluh sesak nafas
Spasme otot polos sekresi kelenjar broncus meningkat
Do:
- Klien tampak menggunakan Penyempitan/obstruksi proksimal dari broncus pada
otot bantu pernafasan dan tahap ekspirasi dan inspirasi
cuping hidung.
- Klien terpasang oksigen
menggunakan nasal kanul Batuk, wheezing, dan sesak nafas

sebanyak 5 L
- Nafas klien terlihat sesak dan
Tekanan parstial oksigen di alveoli
dangkal

Penyempitan jalan pernapasan

Penigkatan kerja otot pernapasan

Ketidakefektifan pola nafas


DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


b.d peningkatan produksi mucus,
eksudat dalam alveoli dan
bronchospasme.

2. Ketidak efektifan pola nafas b.d keletihan otot


pernafasan dan deformitas dinding dada.
N Diagnosa Intervensi
o
Keperawatan Tujuan Tindakan Rasional
1 Ketidakefektifan bersihan Setelah diberikan 1.Observasi tanda- 1. Sebagai data
jalan nafas b.d peningkatan tindakan tanda vital dan dasar untuk
produksi mucus, eksudat keperawatan, pemasangan Pulse melihat
Oxymetri. perkembangan
dalam alveoli dan diharapkan dalam 1 pasien dan untuk
bronchospasme. Ditandai x 24 jam bersihan mengetahui kadar
dengan jalan nafas kembali 2.Mengatur posisi O2 dalam darah
klien batuk berdahak, ada efektif dengan tidur pasien. untuk acuan
suara wheezing, dan sesak kriteria hasil : tindakan
nafas. -batuk berkurang selanjutnya
-klien dapat 2. Dengan posisi
3.Tindakan kolaborasi tidur pasien dapat
mengeluarkan dengan dokter : mempermudah
mucus dan eksudat Memberikan terapi respirasi dan
-suara wheezing nebulizer dengan mengurangi sesak
berkurang. menggunakan obat nafas
-sesak berkurang Combivent 1 x 2,5 mg 3.Dengan
dan flixotide 1 x 0.5 pemberian terapi
mg nebulizer untuk
melebarkan saluran
pernafasan dan
mengencerkan
dahak sehingga
INTERVENSI sesak berkurang.
2. Ketidakefektifan pola Setelah 1.Observasi respiratori 1.Sebagai data untuk
nafas b.d keletihan diberikan rate dan pergerakan acuan tindakan
otot pernafasan dan tindakan dinding dada selanjutnya yang akan
deformitas dinding keperawatan, dilakukan
dada. diharapkan
Ditandai dengan dalam 1 x 24 2.Pemberian Oksigen 2.Dengan diberikan
pergerakan dinding jam pola nafas menggunakan NRM oksigen menggunakan
dada yang tidak kembali efektif 10L/menit NRM 10L/menit dapat
maksimal dan dengan kriteria membantu memenuhi
menggunakan hasil : kebutuhan suplai
pernafasan cuping -pergerakan dinding oksigen
hidung dada maksimal
-tidak ada pernapasan 3.Tindakan kolaborasi 3. Dengan adanya
cuping hidung dengan dokter : tindakan kolaborasi
Memberikan terapi dengan dokter berupa
bronkodilator yaitu pemberian
salbutamol 3 x 4 mg. bronkodilator dapat
mengurangi secret dan
mengatasi kesulitan
bernapas.
N Tanggal/Jam D Tindakan Nama
&
o P
TTD

1 Selasa, 13 1 Mengobservasi TTV dan memasangkan pulse oxymetri.


Februari 2018
Hasil :
Pukul 21.10
TD : 140/110
Nadi : 88x/menit
RR: 36x/menit
S: 36,9oC
SpO2: 86%
2 Selasa, 13 1 Mengatur posisi tidur pasien.
Februari 2018
Hasil:
Pukul 21.10
Pasien nampak berbaring dengan posisi setengah duduk.
3 Selasa, 13 1 Memberikan terapi nebulizer dengan menggunakan obat
Februari 2018
Combivent 1 x 2,5 mg dan flixotide 1 x 0.5 mg.
Pukul 21.15
Hasil:
Frekuensi napas pasien nampak berkurang, serta jalan
napas sudah nampak lebih lancar. RR: 24x/menit.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI FORMATIF


N Tanggal/Jam D Tindakan TTD
O P

4 Selasa, 13 2 Mengobservasi respiratori rate dan pergerakan dinding dada


Februari 2018, Hasil:
Pukul 22.00 Setelah dilakukan observasi, respiratori rate pasien 24x/
menit. Pasien masih tampak menggunakan otot tambahan
saat respirasi.

5 Selasa, 13 2 Memberikan terapi oksigen menggunakan NRM 10 L/menit


Februari 2018, Hasil:
Pukul 22.00 Setelah diberikan oksigen sebanyak 10 liter/menit dengan
menggunakan NRM respirasi rate pasien menjadi 18
x/menit, pernafasan menjadi lebih dalam dan pasien tampak
rileks
6 Selasa, 13 2 Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter :
Februari 2018, Memberikan terapi bronkodilator yaitu salbutamol 3 x 4
Pukul 22.20 mg.
Hasil:
Pola napas pasien tampak membaik dari kondisi
sebelumnya dibuktikan dengan tidak adanya penggunaan
otot tambahan saat respirasi, serta sekret telah berkurang.
EVALUASI SUMATIF
No Hari/Tgl Evaluasi Sumatif Paraf

1 Rabu, 14 Februari 2018 S: Klien mengatakan sesak napas berkurang

09.15 WIB tetapi masih terdapat dahak ketika batuk.


O:
- Klien nampak rileks
- TTV, TD: 130/90 mmHg, Nadi: 76x/menit, RR:
20x/menit, Suhu: 36,3oC
A: Sebagian masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2 Rabu, 14 Februari 2018 S: Klien mengatakan sesak sudah berkurang.

09.20 WIB O:
- Klien tampak sudah tidak menggunakan otot bantu
pernapasan.
- Klien tampak sudah tidak menggunakan
pernapasan cuping hidung.
- RR: 20x/menit
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
KESIMPULAN

Asma bronkial adalah penyakit penyempitan saluran pernapasan


yang disebabkan oleh meningkatnya respons trakea dan bronkus terhadap
berbagai macam rangsangan. Penyempitan saluran pernapasan ini bersifat
sementara dan dapat kembali seperti semula, baik tanpa obat maupun
dengan obat (Admin, 2011).
Ciri khas pada asma bronkial adalah terjadinya penyempitan
bronkus, yang disebabkan oleh spasme atau konstriksi otot-otot polos
bronkus, pembengkakan atau edema mukosa bronkus, dan hipersekresi
mukosa/ kelenjar bronkus (Smeltzer, 2002; Sundaru, 2001)
Tanda dan gejala yang ditemukan pada dengan asma bronchial
adalah sesak napas/dyspnea, batuk yang disertai lendir/batuk kering, nyeri
dada, adanya suara nafas mengi (wheezing), yang bersifat paroksismal,
yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari dan
kemerahan pada jaringan

Anda mungkin juga menyukai