Anda di halaman 1dari 46

CLINICAL SCIENCE SESSION

HIPOSPADIA
PRESEPTOR :
H. DEDDY KURNIAWAN, DR., SP.B
PRESENTAN:
SHANIA AMANADA WARUBANIA
12100118090
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
SMF ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA
RSUD AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT
2018
anatomi Testis

Epididimis

Ductus deferens

INTERNAL Seminal vesicle

GENITAL PRIA
Ejaculatory
duct

Prostat

Bulbourethral
gland

Scrotum
EKSTERNAL
Penis
ANATOMI EKSTERNAL GENITALIA PRIA

SKROTUM
PENIS
Tersusun atas 2 lapisan :
1. Corpora cavernosa
2. Corpus spongiosum (di dalamnya tdp
urethra) -> melebar ke arah distal
menutupi glans penis
 masing2 corpus di tutupi oleh tunika
albuginea
 Seluruhnya di kelilingi oleh buck’s fascia
(thick fibrous envelope)
 Colle’s Fascia : dibawah kulit penis dan
scrotum, memanjang dari base glans ke
diafragma urogenital, sampai ke
scarpa’s fascia pada lower abd. wall
 Bagian paling luar dilapisi kulit tanpa ada
lapisan lemak.
The corpora cavernosa, the corpus
spongiosum, and the glans penis are
composed of smooth muscles,
intracavernosal struts (corpus cavernosum
only), and endothelium-lined sinusoids.

The sympathetic and parasympathetic


(continuing neuronal nitric oxide synthase)
nerve terminals are often seen around the
vessels and near the smooth muscles
URETHRA
Pria dewasa:
• Panjang urethra: 23-25 cm.
• Pada laki-laki, uretra dibagi menjadi 3
bagian anatomis :

Prostatic urethra

Membranous (intermediate) urethra


• the shortest portion, passes through the
deep muscles of the perineum.
Spongy urethra
• the longest portion, passes through the
penis
Vaskularisasi
Arterial Venous
◦ Penis dan uretra pada pria ◦ Superficial dorsal vein : di bagian luar
mendapatkan suplai dari internal
pudendal arteri buck’s fascia -> saphenous vein
◦ Masingmasing arteri tsb terbagi menjadi : ◦ Deep dorsal Vein : dibawah buck’s
◦ Cavernous artery of the penis : suplai fascia
corpora cavernosa
◦ Dorsal artery of the penis ◦ Cavernous veins mengalirkan bagian
◦ Bulbourethral artery crura penis.
◦ Suplai : corpus spongiosum, glans penis dan
uretra Seluruh vena ini berhubungan dengan
◦ Accessory pudendal arteries yang pudendal plexus -> pudendal vein
berasal dari inferior vesical; obturator, jg
suplai ke penis.
EMBRIOLOGI EXTERNAL GENITALIA
PRIA
EMBRIOLOGI EXTERNAL GENITALIA
PRIA
HIPOSPADIA
Hipospadia adalah suatu
kelainan kongenital dimana
meatus uretra eksterna terletak
di permukaan ventral penis dan
lebih proksimal dari tempatnya
yang normal (ujung glans penis)
Epidemiologi

Pemberian
Terjadi setiap 1
Estrogen dan
dari 300 anak
Progestin selama
laki-laki
kehamilan

Familial pattern
Etiologi
Gangguan dan ketidakseimbangan hormon
• Kekurangan/tidak adanya hormon androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria).
Genetika
• Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena
mutasi pada gen yang mengkode sintesis androgen tersebut sehingga
ekspresi dari gen tidak terjadi.

Lingkungan
• Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan
zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi
Faktor eksogen
• Antara lain pajanan pranatal terhadap kokain, alkohol, fenitoin, rubela,
atau diabetes gestasional.
Faktor Risiko
◦ Usia hamil > 40 tahun
◦ Paparan zat kimia (pestisida dan rokok)
◦ Riwayat keluarga ↑ 7%
Klasifikasi
Patofisiologi

Kelainan terjadi akibat kegagalan lipatan uretra untuk berfusi


dengan sempurna pada masa pembentukan saluran uretral embrionik.
Abnormalitas dapat menyebabkan infertilitas dan masalah
psikologis apabila tidak diperbaiki.
Manifestasi Klinis

1. Gangguan pancaran air kemih


2. Bentuk penis melengkung ke
bawah, terutama bila ereksi
3. Hooded prepuce
4. Praurethral sinuses
Trias Hipospadia

1. Letak meatus uretra eksterna abnormal di ventral


penis
2. Kurvatura kearah di ventral penis (chordee)
3. Foreskin abnormal dengan hood di bagian dorsal dan
defisiensi di bagian ventral penis.
ASSOCIATED CONDITIONS
1. CRYPTORCHIDISM
2. BIFID SCROTUM
3. INGUINAL HERNIA
4. RENAL TRACT MALFORMATIONS
ASSOCIATED WITH SYNDROMES
◦ Approximately 200 recognized syndromes
◦ Hand-foot-genital syndrome
◦ OPITZ syndrome
◦ WAGR Syndrome (Wilm’s tumor, aniridia, genital anomalies,
mental retardation)
Penatalaksanaan
Tujuan fungsional operasi hipospadia adalah:
 Kosmetik Penis, sehingga fungsi miksi dan fungsi seksual normal
(ereksi lurus dan pancaran ejakulasi kuat)
 Penis dapat tumbuh dengan normal (adequate length)
APPROACH TOWARDS
MANAGEMENT
◦ PREOPERATIVE ASSESMENT
◦ HISTORY
◦ GENERAL PHYSICAL EXAMINATION
◦ LOCAL EXAMINATION AND EXAMINATION OF ASSOCIATED DEFORMITIES
◦ SYSTEMIC EXAMINATION
LOCAL EXAMINATION
Measure :
- The size of the phallus
- Glans cleft (flat, incomplete, or complete)
- Location and size of the meatus (tipe hipospadia dan meatal stenosis or mega-meatus)
- Urethral plate width (<1cm or >1 cm)
- Tipe korde
- Prepusium (complete, incomplete, circumcised)
- Penile torsion (clockwise, antislockwise)
- Shape of the scrotum
- Associated anomalies (cryptorchidism, inguinal hernia, persistent mullerian structures)
- Urogenital tract anomalies
- Pelvicueretenic junction (PUJ) obstruction, vesicoureteric reflux and renal agenesis (Pemeriksaan
hipospadia)
- Proximal hipospadia with kriptorcidism, enlergaed utricle or penile size <2,5cm should be investigated
for intersex disorders by ultrasonography, hormonal profile, and karyotayping
PRINSIP OPERASI
1 TAHAP 2 TAHAP
Terutama untuk hipospadia tipe distal yaitu 1.Tahap pertama: Eksisi dari chordee
yang meatusnya letak anterior atau yang Meluruskan penis yaitu orifisium dan
middle canalis uretra senormal mungkin.
Langkah selanjutnya adalah
Tindakan eksisi korder dan rekonstruksi mobilisasi (memotong dan
neouretra dengan islan flap dari prepusium memindahkan) kulit preputium
dilakukan sekaligus. penis untuk menutup sulcus uretra.
Lebih sulit, tidak dianjurkan untuk jenis 2. Uretroplasty
hipospadia yang lebih proksimal
Uretroplasty yaitu membuat fossa
naficularis baru pada glans penis
yang nantinya akan dihubungkan
dengan canalis uretra yang telah
terbentuk sebelumnya melalui
tahap pertama
KORDE
TIPE KORDE
Devine and Horton classified chordee into :
Type I : Skin tethering
Type II : fibrotic dartos and buck’s fascia
Type III : corporal disproportion
Type IV : Congenital short urethra
Pilihan prosedur untuk repair
hipospadia
CORONAL REPAIR (allisons)
MEATOPLASTY and GRANULPLAST
(MAGPI) REPAIR (duckett)
Perimeatal-based flap repair (mathie, Horton-devine)
PERIMEATAL-BASED TUBE (Mustardě)
Transverse island flap
PROSEDUR THIERSCH-
DUPLAY (tube repair)
A: Garis insisi. B dan C: Insisi
dilakukan sepanjang
garis tepi urethral plate dan
tubularisasi plate dengan
memasukkan kateter ukuran
8F (2.64mm)
hingga 10F (3.30mm) D:
Melakukan glansplasti,
sirkumsisi (penjahitan kulit
pada korona)
Komplikasi

Edema/pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat


bervariasi, juga terbentuknya hematom/ kumpulan darah dibawah kulit, yang
biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi.

Fistula uretrokutan, merupakan komplikasi yang tersering dan ini


digunakan sebagai parameter untuk menilai keberhasilan operasi.

Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau


adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.
KOMPLIKASI
Jangka Pendek

o Edema lokal dan bintik-bintk perdarahan dapat terjadi segera setelah operasi dan
biasanya tidak menimbulkan masalah yang berarti
◦ Perdarahan postoperasi jarang terjadi dan biasanya dapat dikontrol dengna balut
tekan. Tidak jarang hal ini membutuhkan eksplorasi ulang untuk mengeluarkan
hematoma dan untuk mengidentifikasi dan mengatasi sumber perdarahan.
◦ Infeksi merupakan komplikasi yang cukup jarang dari hipospadia. Dengan persiapan
kulit dan pemberian antibiotika perioperatif hal ini dapat dicegah.2
KOMPLIKASI
Jangka panjang
◦ Fistula
◦ Stenosis meatus
◦ Striktur
◦ Divertikula
◦ Terdapatnya rambut pada uretra
◦ saat pubertas. Biasanya untuk mengatasinya digunakan laser atau kauter, bahkan
bila cukup banyak dilakukan eksisi pada kulit yang mengandung folikel rambut lalu
kemudian diulang perbaikan hipospadia
DAFTAR PUSTAKA
◦ Sjamsuhidajat,R. deJong, W. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah ed 4. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC
◦ Standring,S. 2016. Gray’s anatomy 41ST Ed. Elsevier
◦ Sadler, T.W. 2015. Langman’s Embriology 13th ed. Philadelphia
◦ JR. Hinman Frank. 1989. Atlas of Urology. Saunders.

Anda mungkin juga menyukai