Anda di halaman 1dari 15

KLASIFIKASI PETUNJUK GEOLOGI

DR. Ir. Arifudin Idrus, MT


Petunjuk Geologi Sejarah

 Berlaku untuk tahap pemilihan daerah


 Metoda studi kepustakaan, citra landsat, dll

 Petunjuk umur geologi : beberapa jenis cebakan hanya


terdapat pada zaman-zaman geologi tertentu
 Petunjuk paleogeografi : beberapa jenis cebakan hanya
terdapat pada keadaan fisiografi
 Petunjuk leingkungan tektonik
Petunjuk Geomorfolofi dan fisiografi

 Berlaku untuk tahap pemilihan daerah- eksplorasi detail


 Metoda pemetaan, studi foto udara

 Fisiografi – geomorfologi sebagai petunjuk ekspresi adanya cebakan


mineral;
 Secara langsung
 Secara tidak langsung

 Fisiografi-geomorfologi sebagai pengendali penyebaran hasil


rombakan cebakan mineral
Metoda
 Float mapping
 Pendulangan (sungai)
 Stream sampling
 Soil sampling
Petunjuk Stratigrafi dan Litologi

 Berlaku untuk tahapandari pemilihan daerah sampai eksplorasi


detail; Misalnya batubara, kuroko.
 Metoda :
 Survai literatur, analisa peta-peta geologi
 Survai geologi permukaan untuk pemetaan geologi
 Survai geologi permukaan untuk pengukuran penampang,
 Pembuatan parit
 pemboran
 Petunjuk stratigrafi dan litologi terutama berlaku untuk :
 Cebakan Singenetik - langsung dikendalikan oleh cebakan stratigrafi
batubara, batugaram, cebakan syngenetik langsung.
 Cebakan epiczenetik - pengendalian disebabkan :
 Affinitas kimiawi terhadap litologi tertentu,
 Kelakuan litologi terhadap gaya tektonik (hubungan dengan structural
control).
 Contoh-contoh : cebakan urat, cebakan kontak metasomatism,
terutama pada prospeksi detail dan eksplorasi pendahuluan.
Petunjuk Petrologi dan Mineralogi

 Berlaku pada tahapan reconnaissance, General prospecting, detail


prospecting maupun detail exploration, terutama detailed
prospecting sampai detail edexploration.
 Metoda Survai geologi permukaan (Surface mapping), penyontohan
sistimatik batuan (systematic rock sampling), pemboran atau
penerowongan (tunnelling)
 1. Affinitas jenis batuan terhadap jenis cebakan tertentu
 Contoh : Batuan ultra basik dengan Ni, Cr.
Granit dengan logam dasar (base metals - Sn)
Batuan peralihan (Intermediate rock) dengan porphyry copper
Batuan sedimen dengan batubara
 2. Ubahan hidrothermal yang menunjukkan letak "ore body"
 Secara umum (contoh Model Lovering)
 Ubahan batusamping rinci (wall rock alteration (detailed), sekitar tubuh bijih
saja). (metoda pemboran).
 3. Komposisi mineralogi dalam zone-zone mineralisasi/ sistim urat
(Model dari zonasi satu vein, contoh : Cirotan (terutama metoda
tunnel pemboran).
Petunjuk Struktur Geologi dan Tektonik

Tahapan:
 Pentunjuk ini berlaku pada tahapan tinjau sampai pada tahapan explorasi
rinci
Metoda yang dipakai:
1. Analisa citra indrajauh, fotoudara, citra radar, satelit
2. Survai geologi permukaan dan pemetaan geologi
3. Survai-survai berbagai metoda geofisika
4. Pemboran dan penlogan (pada tahap rinci)
5. Survai geologi bawah tanah (pada tahap rinci)
Pengendalian struktur terhadap cebakan mineral dapat bersifat
Pra-mineralisasi atau pra-akumulasi (pre-ore, pre-mineralization, pre-
accumulation) Pasca-mineralisasi atau pasca akumulasi (post-
mineralization)
Petunjuk Struktur Pra-mineralisasi (cebakan-cebakan epigenetis)
 Pada umumnya deformasi dan dislokasi tektonik memberikan keadaan pada
batuan yang kemudian menjadi loci untuk mineralisasi. Petunjuk struktur
pra mineralisasi lebih berperan untuk cebakan-cebakan epigenetis.
Deformasi struktur di sini lebih ditekankan pada 'fracturing" serta
pembentukan rongga-rongga sehingga di dalamnya dapat diendapkan
mineral-mineral bijih dari larutan-larutan hidrothermal.
Petunjuk Struktur Geologi dan Tektonik

Struktur lipatan
 Pada umumnya puncak-puncak (crest) antiklin ataupun sumbu-sumbu
sinklin dari batuan pegas dapat terjadi rekahan-rekahan.
 Cebakan bijih dapat berbentuk pipih memanjang yang dikendalikan oleh
sumbu lipatan.
Struktur rekahan/patahan:
 Dalam kerangka gaya tektonik tertentu di suatu daerah dapat terjadi
pula rekahan yang diwakili oleh sesar dan kekar.
 Rekahan tegasan/kekar tegasan (tension fractures/faults)
 Rekahan robekan/kekar robekan (shear fracture/faults) biasanya jenis ini
bersifat
 patahan (sesar)
 Rekahan lepasan/kekar lepasan (release fractures,faults)
 Ketiga jenis rekahan ini membentuk pola tertentu (lihat kuliah geologi
struktur).
 Yang sangat penting dalam mineralisasi :
1. Rekahan robekan (shear fractures)
2. Rekahan tegasan (Tension Fractures, gash fractures) pada umumnya
pengisian rongga (cavity filling.)
Pola Rekahan
 Antara rekahan tegasan (tension fractures) dan rekahan robekan (shear
fracture) pada umumnya membentuk suatu pola. Hal mana dapat dianalisa
dari arah-arah urat kwarsa.

 Beberapa pola yang dikenal adalah:


1. Pola kisi menyudut (Acute grid pattern)
2. Pola urat bercabang (Branching vein pollen?) Pola urat seperti anyaman (Mesh-
like vein pattern)
3. Pola urat menyudut (Acute vein pattern)
4. Pola urat sejajar (Parallel vein pattern)
5. Pola kisi menyiku (Subrectangular grid pattern)
6. Pola urat melengkung (Curving vein pattern)

 Struktur dalam urat kwarsa dan pengendalian "ore-shoot"


 Struktur rekahan dalam suatu urat sering membentuk struktur sekunder
dengan pola tersendiri, karena pembentukan tegasan-tegasan orde ke-2
dan ke-3 sebagainya, antara lain pembentukan rekahan menganga (gash
fractures), rekahan tegasan (tension fractures) orde ke 2) oleh (Moody dan
Hill, 1964). Suatu jalur sobekan (shear zone).
Pola Rekahan

 Hal ini membentuk pula urat-urat pembentuk dan penebalan bijih


(ore-shoots) yang, berbeda.
 En-echelon (tension fractures dalam shear zone)
 Struktur Cynioid (cynioid loop), antara lain struktur ekor kuda
 Perubahan jurus dari urat (karena perubahan litologi) terjadi
penebalan-penebalan dari cebakan mineral.
 Perpotongan dua urat atau dengan suatu litologi yang favourable.
Dengan mengenali pola-pola ini pada suatu daerah mineralisasi,
maka setelah diketenukannya satu atau dua cebakan maka
cebakan-cebakan lainnya yang sejenis dapat. diramalkan.
Petunjuk Struktur Pasca-Mineralisasi.
 Struktur yang terbentuk setelah mineralisasi dapat membentuk
kembali geometri dari cebakan mineral sedimen ataupun
mendislokasinya. Dalam hal ini cebakan mineralnya sendiri dapat
bersifat:
 1. Singenetik (konkordan terhadap perlapisan sekitarnya
 2. Epigenetik (diskordan terhadap perlapisan sekitarnya) Pengaruh
struktur pada cebakan singenetis.

 Pelipatan : Lapisan-lapisan batubara ataupun serpih tembaga dapat


terlipat menjadi antiklin/sinklin dengan segala macam bentuk. Untuk
meramalkan serta merancang pemboran eksplorasi hams
direkonstruksi dengan metoda-metoda pembuatan penampang,
seperti arc method, boundary-ray method, dan sebagainya.
Pengkonturan juga penting, berdasarkan jurus/kemiringan lapisan
ataupun pemboran.

 Patahan/dislokasi : Untuk mencari sambungan lapisan bijih tidak


terlalu sulit dalam cebakan singenetis, dengan mengenal urutannya
kembali setelah dipatahkan, lapisan bijih dapat segera diketemukan.
Jenis-jenis sesar hams diperhitungkan.
Petunjuk Struktur Pasca-Mineralisasi.
 Pengaruh struktur pada cebakan epigenetis.
 Pelipatan : Cebakan epigenetik seperti urat sukar untuk dilipat kembali,
kecuali dalam mandala metamorfik tinggi (high metamorphic terrains).
 Patahan/dislokasi : Untuk cebakan epigenetik tidak mudah mencari
sambungannya setelah dipatahkan. Netshp yang sebenarnya hams
ditentukan, seperti dari sumbu lipatan dari lapisan tertentu, perpotongan
suatu korok (dyke) dengan sesuatu lapisan, atau dengan dyke lain,
perlapisan/dyke dengan arah/penunjaman (plunge), dari gores garis
(slicked-side) dan sebagainya.

 Juga harus diperhatikan adanya :


 Sesar translasi
 Gerakan footwall terhadap hanging wall pada bidang sesar bersifat linear
ata lures, sehingga penyelesaiannya untuk mendapatkan sambungan
dilakukan dengan menarik garis lums antara titik yang diketahui pada
bidang sesar di footwall/hanging wall dengan titik yang diyakini
ekivalennya pada hanging wall/footwall dan mengukurnya sebagai
netslip.
 Sesar rotasi,
 Gerakan sesar antara footwall dan hanging wall berputar. Ini akan
menyulitkan lagi pelacakan sambungan dari suatu urat yang
terpatahkan. Untuk ini hams dicari terlebih tulu titik pusaran putar pada
bidang sesar, dimana tidak terjadi dislokasi
PENTAHAPAN EXPLORASI BAKU EUROPA
 I. STUDI PENDAHULUAN DAN RANCANGAN EXPLORASI (PREMILINARY STUDIES
AND EXPLORATION DESIGN)
 Studi Pendahuluan : Review literatur, Geologi Regional, Studi Citra
landsat; interpretasi foto udara, synthesa-synthesa geologi dan
 Rancangan Explorasi menyankut pengajuan Exploration Model sebagai hipotesa
kerja, penentuan petunjuk-petunjuk geologi yang akan digunakan, penentuan
strategi dan pentahapan dan pemilihan metoda explorasi.
 II. TAHAPAN TINJAU /STRATEGIS (RECONNAISANCE - STRATEGIC STAGE)
 Penilaian Daerah (Regional Appraisal) berdasarkan pustaka dan data yang ada
 Tinjauan Daerah (Area Reconnaissance, Strategic Prospecting):
 Survai dari udara: survai dan analisa foto udara, survai dan analisa aeromagnetic,
 Survai darat sepintas-lalu: pelintasan-pelintasan yang menyeluruh seluruh daerah,.
dengan metoda geologi atau metoda non geologi: Prospeksi batuan (hammer
prospecting) dan/atau prospeksi sungai (stream sampling), dan seUagainya (peta
skala 1 : 100.000200.000). Tahapan ini menghasilkan daerah-daerah prospek
 4..Prospeksi Umum (General Prospecting) (skala 1 : 50.000-1 : 25.000): Survai darat
menindak-lanjuti daerah prospek secara bersistim dengan metoda geologi (prospeksi
batuan atau/dan prospeksi sungai seperti stream sampling, pendulangan, float
mapping., rock sampling, kadangkala metoda sumur-uji/paritan atau pemboran
dangkal setempat) dan/atau bersamaan dengan metoda Qeoki mi a (stream
sampling, soil sampling) dan atau metoda geofisika umum, (seperti survai magnetic,
survai gravitasi, survai seismik refraksi.) yang dipilih sesuai dengan petunjuk geologi
yang digunakan
 5. Pemilihan Sasaran (Target Selection) merupakan akhir dari tahapan ini
PENTAHAPAN EXPLORASI BAKU EUROPA
 I. STUDI PENDAHULUAN DAN RANCANGAN EXPLORASI (PREMILINARY STUDIES
AND EXPLORATION DESIGN)
 Studi Pendahuluan : Review literatur, Geologi Regional, Studi Citra
landsat; interpretasi foto udara, synthesa-synthesa geologi dan
 Rancangan Explorasi menyankut pengajuan Exploration Model sebagai hipotesa
kerja, penentuan petunjuk-petunjuk geologi yang akan digunakan, penentuan
strategi dan pentahapan dan pemilihan metoda explorasi.
 II. TAHAPAN TINJAU /STRATEGIS (RECONNAISANCE - STRATEGIC STAGE)
 Penilaian Daerah (Regional Appraisal) berdasarkan pustaka dan data yang ada
 Tinjauan Daerah (Area Reconnaissance, Strategic Prospecting):
 Survai dari udara: survai dan analisa foto udara, survai dan analisa aeromagnetic,
 Survai darat sepintas-lalu: pelintasan-pelintasan yang menyeluruh seluruh daerah,.
dengan metoda geologi atau metoda non geologi: Prospeksi batuan (hammer
prospecting) dan/atau prospeksi sungai (stream sampling), dan seUagainya (peta
skala 1 : 100.000200.000). Tahapan ini menghasilkan daerah-daerah prospek
 4..Prospeksi Umum (General Prospecting) (skala 1 : 50.000-1 : 25.000): Survai darat
menindak-lanjuti daerah prospek secara bersistim dengan metoda geologi (prospeksi
batuan atau/dan prospeksi sungai seperti stream sampling, pendulangan, float
mapping., rock sampling, kadangkala metoda sumur-uji/paritan atau pemboran
dangkal setempat) dan/atau bersamaan dengan metoda Qeoki mi a (stream
sampling, soil sampling) dan atau metoda geofisika umum, (seperti survai magnetic,
survai gravitasi, survai seismik refraksi.) yang dipilih sesuai dengan petunjuk geologi
yang digunakan
 5. Pemilihan Sasaran (Target Selection) merupakan akhir dari tahapan ini
PENTAHAPAN EXPLORASI BAKU EUROPA
 I. STUDI PENDAHULUAN DAN RANCANGAN EXPLORASI (PREMILINARY STUDIES
AND EXPLORATION DESIGN)
 Studi Pendahuluan : Review literatur, Geologi Regional, Studi Citra
landsat; interpretasi foto udara, synthesa-synthesa geologi dan
 Rancangan Explorasi menyankut pengajuan Exploration Model sebagai hipotesa
kerja, penentuan petunjuk-petunjuk geologi yang akan digunakan, penentuan
strategi dan pentahapan dan pemilihan metoda explorasi.
 II. TAHAPAN TINJAU /STRATEGIS (RECONNAISANCE - STRATEGIC STAGE)
 Penilaian Daerah (Regional Appraisal) berdasarkan pustaka dan data yang ada
 Tinjauan Daerah (Area Reconnaissance, Strategic Prospecting):
 Survai dari udara: survai dan analisa foto udara, survai dan analisa aeromagnetic,
 Survai darat sepintas-lalu: pelintasan-pelintasan yang menyeluruh seluruh daerah,.
dengan metoda geologi atau metoda non geologi: Prospeksi batuan (hammer
prospecting) dan/atau prospeksi sungai (stream sampling), dan seUagainya (peta
skala 1 : 100.000200.000). Tahapan ini menghasilkan daerah-daerah prospek
 4..Prospeksi Umum (General Prospecting) (skala 1 : 50.000-1 : 25.000): Survai darat
menindak-lanjuti daerah prospek secara bersistim dengan metoda geologi (prospeksi
batuan atau/dan prospeksi sungai seperti stream sampling, pendulangan, float
mapping., rock sampling, kadangkala metoda sumur-uji/paritan atau pemboran
dangkal setempat) dan/atau bersamaan dengan metoda Qeoki mi a (stream
sampling, soil sampling) dan atau metoda geofisika umum, (seperti survai magnetic,
survai gravitasi, survai seismik refraksi.) yang dipilih sesuai dengan petunjuk geologi
yang digunakan
 5. Pemilihan Sasaran (Target Selection) merupakan akhir dari tahapan ini
PENTAHAPAN EXPLORASI BAKU EUROPA

 TAHAPAN DETAIL -(DETAIL-TACTICAL STAGE)


 5. Prospeksi Detail/Eksplorasi Pendahuluan (Systematic Prospecting,
Chaussier dan Morer, 1987) : Pemetaan skala 1 : 5.000 - 1 : 1.000, detail
diukur dengan alat. metoda paritan dan sumur-uji, survai geofisika rinci
dengan kisi. suvai geokimia rinci (soil sampling) dengan Kisi (Grid),
beberapa pemboran pengambilan contoh.

6. Eksplorasi Detail. Pemetaan 1 : 500, program pemboran yang terperinci
dan sistimatik/atau pembuatan terowongan eksplorasi. Penentuan
cadangan pendahuluan. Pengambilan contoh sistimatis.

 PRO SPEK EVALUATION


 7 Penilaian Tambang dan Penentuan Cadangan. Di sini faktor-faktor teknik
penambangan dan teknik ekstraksi metalurgi serta penilaian ekonomis
(feasibility studies) dilakukan.
 Perlu ditekankan disini dalam mendesain strategi tahapan-tahapan ini tidak
perlu diikuti secara dogmatis, tetapi disesuikan dengan konsep
explorasinya. Bisa saja dipilih suatu strategi dimana tahapan
Reconnaissance dilewati dan langsung memilih tahapan Explorasi Detail,
jika memang sudah ada target/ prospect yang sesusai dengan konsep
explorasi.

Anda mungkin juga menyukai