Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS

DEMAM TIFOID, KDS DAN ANEMIA


Pembimbing : dr. Ade Amelia, Sp.A
Koass : M. Refan Mahardhitya
BAB 1
Pendahuluan
■ Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik
bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella
typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas yang
berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa
keterlibatan struktur endotelial atau endokardial
dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam
sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar
limfe usus, dan Peyer’s patch.
■ Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh rectal diatas 38o C yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam merupakan kelaianan neurologis
yang paling sering dijumpai pada anak – anak,
terutama pada golongan umur 3 umur bulan sampai
5 tahun.
BAB 2
Status Pasien
■ 2.1 Anamnesis
Dilakukan alloanamnesis dengan ibu kandung pasien
pada hari Jumat tanggal 19 – 01 – 2019 pukul 12.30 WIB di
Ruang Rawamerta kamar 155 RSUD Karawang.
2.1.1 Identitas pasien
Nama : MA
Umur : 2 Tahun 10 Bulan
Tempat, tanggal lahir :
Pendidikan : Belum sekolah
Alamat : Badami Utara
Jenis kelamin : Laki - Laki
Suku bangsa : Sunda
Agama : Islam
Anak ke :1
No. RM : 00.72.xx.xx
2.1.3 Keluhan utama
Kejang Sebanyak 1x 1 Hari SMRS

2.1.4 Keluhan tambahan


Demam dan batuk sejak 4 hari SMRS
2.1.4 Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Karawang dengan keluhan
Kejang 1 Hari SMRS. Kejang kelojotan seluruh tubuh
sebanyak 1 kali dengan durasi < 5 menit. Sebelum dan
sesudah kejang pasien sadar kemudian menangis. Kejang
didahului oleh demam 4 hari SMRS, demam dirasakan
meninggi saat malam hari dan menurun saat menjelang
siang. Bintik – bintik merah, nyeri dan linu pada sendi,
rasa nyeri di belakang mata disangkal oleh pasien. Batuk
berdahak tetapi dahak tidak keluar. Mual – Muntah
disangkal. BAB cair berampas sejak 3 hari SMRS dan BAK
tidak ada keluhan. Tidak ada mimisan, tidak ada gusi
berdarah. Nafsu makan dan minum seperti biasanya.
Tidak ada riwayat jatuh, tidak pernah kejang sebelumnya,
di keluarga tidak ada yang pernah kejang.
2.1.6 Riwayat perkembangan psikomotor
0 – 1 bulan : tangan dan kaki bergerak aktif, bias menoleh ke kiri dan
ke kanan, menatap ibu.
2 – 3 bulan : mengangkat kepala saat tengkurap, mengeluarkan suara
“ooo”, memegang benda – benda
4 – 6 bulan : tengkurap dan terlentang sendiri, tertawa, berteriak,
menoleh kearah suara, mengambil mainan/ benda sendiri.
7 – 12 bulan : memasuki benda kedalam mulut, berdiri, berkata kata
13 – 15 bulan : berjalan, bermain
16 – 24 bulan : makanan dan minum sendiri, mencoret-coret
24 – 34 bulan : berlari, pasien sudah bias mengenakan pakaian
sendiri dan melepaskannya, pasien sudah bias menyusun balok, dan
menggambar.
Kesimpulan riwayat perkembangan: Pertumbuhan dan perkembangan
pasien sesuai usia pasien.
2.1.9.3 Riwayat penyakit keluarga
Anggota keluarga pasien yang tinggal serumah dengan pasien
tidak ada yang mengalami gejala seperti pasien rasakan saat
ini. Riwayat penyakit DM, Hipertensi, Batuk lama / pengobatan
lama disangkal, Riwayat Kejang dan Epilepsi di sangkal.

2.1.9.4 Riwayat kebiasaan dalam keluarga


Ayah pasien seorang perokok.
Kesimpulan riwayat keluarga: Keluarga pasien tidak memiliki
penyakit yang serupa dengan pasien.
2.1.11 Riwayat lingkungan tempat tinggal
Pasien tinggal bersama kedua orangtua. Pasien tinggal di
lingkungan yang padat penduduk. Rumah milik sendiri, 1
kamar, 1 kamar mandi dengan WC jongkok, Ventilasi dan
pencahayaan cukup baik. Air untuk minum air galon isi ulang,
sumber air mandi menggunakan air sumur, jarak septitank >
10m dari rumah. untuk pembuangan sampah, sampah
dikumpulkan di bak sampah depan rumah dan ada petugas
yang membuang sampah.
Kesimpulan Keadaan Lingkungan: Lingkungan rumah padat
penduduk. Ventilasi udara dan pencayahaan sinar matahari
dalam rumah cukup baik. Untuk kebersihan sekitar rumah
cukup baik.
2.1.9.7 Riwayat sosial ekonomi
Ayah pasien seorang pedagang makanan dan ibu pasien
seorang ibu rumah tangga. Saat ini penghasilan ayah pasien
tidak tetap, tetapi dalam sebulan tidak mencapai Rp.
1.000.000. Orang Tua pasien mengatakan bahwa
penghasilannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
sakarang ini.
Kesimpulan sosial ekonomi: Riwayat sosial ekonomi keluarga
pasien kurang baik.
2.1.9.8 Riwayat pengobatan
5 Jam SMRS dibawa ke Klinik dan diberikan obat penurun
panas dan diberikan obat kejang.
2.2 Pemeriksaan fisik
Dilakukan pemeriksaan fisik pada anak MA hari Senin tanggal 21 –
01 – 2019 pukul 12.30 WIB di Ruang Rawamerta kamar 155
RSUD Karawang.

2.2.1 Keadaan umum


Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan lain : ikterik (-), Pucat (-), Perdarahan (-),
Sianosis (-),
Anemis (-), Mata Cekung (-)
2.2.2 Data antropometri dan status gizi
Pengukuran berdasarkan grafik WHO
Berat badan : 12Kg
Panjang badan : 89Cm
BB/U : (-2SD) – 2 SD = Berat Badan Cukup
TB/U : (-2SD) – 2 SD = Tinggi Badan Normal
BB/TB : (-1SD) - 1SD = Gizi Baik
2.2.3 Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/75 mmHg
Nadi : 78 x/menit (isi cukup, kuat, regular)
Laju pernapasan : 30 x/menit
Suhu badan : 38,6 0C
SpO2 : 99 %
2.2.4 Status generalis
Kepala : Normocephal, UUB datar
Rambut : Rambut hitam, distribusi merata dan tidak
mudah dicabut
Wajah : Wajah simetris, tidak tampak bengkak, tidak
tampak dismorfik
Mata : Edema palpebra -/-, palpebra hiperemis -/-, ptosis -/-,
sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-, eksoftalmos -/-,
strabismus -/-, lagoftalmos -/, cekung periorbita +/+, injeksi-/-,
enoftalmos -/-, pupil bulat isokor, reflex cahaya langsung +/+; reflex
cahaya tak langsung +/+
Hidung : Bentuk simetris; sekret -/-; hiperemis pada mukosa -
/-; napas cuping hidung -/-; tidak terdapat deviasi septum nasal
Bibir : Mukosa berwarna kemerahan, tak tampak sianosis
Mulut : Mukosa gingiva merah muda, mukosa palatum
merah muda, mukosa lidah merah muda
Tenggorokan: Uvula terletak ditengah, tonsil T1/T1
Leher : Tidak tampak deformitas atau benjolan, tidak
teraba pembesaran KGB leher maupun tiroid
Thoraks :
Inspeksi : Gerak napas simetris, tidak tampak lesi maupun
deformitas pada dinding dada, iktus kordis tidak
tampak, tidak ada retraksi dada
Palpasi : Iktus kordis teraba pada telapak pemeriksa
Perkusi : Sonor pada kedua hemithoraks paru
Auskultasi :
Paru : SNV +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung : Bunyi jantung I & II regular, murmur -, gallop –
Abdomen :
Inspeksi : permukaan perut tampak datar, tak tampak smiling
umbilicus, tidak tampak distensi
Auskultasi : bising usus (+), frekuensi 2-3 x/menit
Palpasi : Supel, tidak terdapat nyeri tekan, turgor kulit baik
Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen
Genitalia : Jenis kelamin perempuani, tak tampak kelainan
Anatomis, anus (+)
Kelenjar getah bening:
Submental : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Submandibula : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Preaurikuler : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Postaurikuler : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Cervicalis anterior: Tidak teraba pembesaran kelenjar
Cervicalis posterior: Tidak teraba pembesaran kelenjar
Supraclavicula : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Suboksipital : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Axilaris : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Inguinalis : Tidak teraba pembesaran kelenjar
Ekstremitas : Simetris, akral teraba hangat pada keempat ekstremitas, tidak
tampak sianosis perifer, tidak terdapat edema, capillary refill time pada keempat
ekstremitas < 2 detik.
2.4 Resume
Pasien MA, laki-laki, 2 tahun 10 bulan diantar oleh orang tuanya ke IGD RSUD
Karawang dengan keluhan Kejang 1 hari SMRS.
Kejang kelojotan seluruh tubuh sebanyak 1 kali dengan durasi < 5 menit. Sebelum dan
sesudah kejang pasien sadar kemudian menangis. Kejang didahului oleh demam 4
hari SMRS, demam dirasakan meninggi saat malam hari dan menurun saat menjelang
siang. Dan batuk berdahak tetapi dahak tidak keluar. Mual – Muntah disangkal. BAB
cair berampas sejak 3 hari SMRS dan BAK tidak ada keluhan. Nafsu makan dan minum
seperti biasanya. Tidak ada ditemukan bintik- bintik merah pada tubuh pasien, tidak
ada mimisan maupun gusi berdarah, tidak ada pusing, tidak ada keluhan pegal –
pegal, tidak ada nyeri di belakang bola mata.
Riwayat kehamilan dan kelahiran pasien lahir spontan pervaginam, cukup
bulan dengan berat badan lahir rendah. riwayat pertumbuhan dan perkembangan
sesuai usia pasien. Riwayat makanan kualitas makanan dan kuantitas makanan kurang
baik. Riwayat Imunisasi lengkap sesuai jadwal. Kondisi rumah pasien layak huni,
sanitasi kurang bersih karena pasien menggunakan air dari sumur dan sumber air
minum dari air isi ulang tanpa dimasak terlebih dahulu.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum anak tampak sakit
sedang, tanda vital Nadi; 78x/menit (isi cukup, kuat, regular, bradikardi
relative), Pernapasan; 30x/menit regiler, Suhu; 37,9℃, Spo2; 99%.
Status gizi anak:
BB/U : (-2SD) – 2 SD = Berat Badan Cukup
TB/U : (-2SD) – 2 SD = Tinggi Badan Normal
BB/TB : (-1SD) - 1SD = Gizi Baik
Pada pemeriksaan status generalis:
Kepala: Normocephal, UUB datar, CA -/-, SI-/-, Lidah Kotor (-)
Leher: Tidak tampak deformitas atau benjolan, tidak teraba pembesaran
KGB leher maupun tiroid
Thoraks: Simetris, SNV +/+, Rh-/-, Wh-/-, BJ1-2 Reguler, Murmur (-),
Gallop (-)
Abdomen:Supel, tak tampak smiling umbilicus, tidak tampak distensi,
bising usus (+), frekuensi 2-3 x/menit, Nyeri tekan (-)
Genitalia: dalam batas normal
Ekstremitas: Simetris, akral teraba hangat pada keempat ekstremitas,
tidak tampak sianosis perifer, tidak terdapat edema, capillary refill time
pada keempat ekstremitas < 2 detik.
Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 18-01-19 darah rutin
didapatkan; Hb; 10 g/dL, Eritrosit; 4,77 x 106/uL, Leukosit; 10,45 x
103/uL, Trombosit; 305 x 103/uL, Hematokrit; 31,3%, Basofil; 0%,
Eusinofil; 0%, Neutrofil; 41%, Limposit; 48%, Monosit; 11%, MCV; 66fL,
MCH; 21 pg, MCHC; 32 g/dL, RDW-CV; 15,8%, GDS; 95mg/dL
Diagnosis kerja
■ KDS
■ Demam Tifoid
■ Anemia
■ Gizi Baik
■ Imunisasi lengkap sesuai usia

Diagnosis Banding
■ KDK
■ DHF
Pemeriksaan penunjang

■ Elektrolit
2.8 Tata laksana
2.8.1 Non-medikamentosa
■ Edukasi kepada orang tua :
Menjaga Kebersihan perorangan, seperti mencuci tangan sebelum
makan, menyediakan air minum bersih, menjaga kebersihan lingkungan
sekitar rumah
■ Tirah Baring
■ Diet makanan lunak dan tidak berserat
Menjaga kebutuhan kalori per hari : 1200 kkal/hari
Protein : 1200 kkal x 35% ÷ 4 g/kkal = 150 g
Karbohidrat : 1200 kkal x 50% ÷ 4 g/kkal = 105 g
Lemak : 1200 kkal x 15% ÷ 9 g/kkal = 20 g
2.8.2 Medikamentosa
Inj .Ampicillin 3x200 mg
Inj. Ranitidine 2x10mg
Inj. PCT 3x120mg P.r.n
Inj. Diazepam 4mg P.r.n
P.O Ambroxol Syrup 3x½Cth
Cairan Rumatan IV:
IVFD 4:1
100 cc/kgBB/hari = 10 x 100 = 1000
2 x 50 = 100
= 1100 cc/ hari
1100/24 = 45,8 cc/ jam
Rumus makro: 45,8/3 = 15tpm
2.10 Diagnosa akhir
- Kejang Demam Simpleks
- Demam Tifoid
- Anemia
- Gizi Baik
- Riwayat Imunisasi Sesuai Usia

2.11 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB 3
Analisis Kasus
■ Pada kasus ini ditegakan diagnosis kejang demam, demam tifoid,
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis diketahui
bahwa an. MA laki – laki 2 tahun kejang disertai demam 1x 1 hari SMRS.
Kejang kelojotan seluruh tubuh sebanyak 1x dengan durasi < 5 menit.
Sebelum dan sesudah kejang pasien sadar kemudian menangis. Kejang
didahului oleh demam 4 hari SMRS, demam dirasakan meninggi saat
malam hari dan menurun saat menjelang siang, bintik – bintik merah, nyeri
dan linu pada sendi, rasa nyeri di belakang bola mata disangkal. Batuk
berdahak tapi dahak tidak bisa dikeluarkan. Mual dan muntah disangkal.
BAB cair dan berampas sejak 3 hari SMRS dan BAK tidak ada keluhan.
Nafsu makan dan minum seperti biasanya. Tidak ada gusi berdarah, tidak
ada mimisan. Pada pemeriksaan tanggal 18-01-19 darah rutin didapatkan;
Hb; 10 g/dL, Eritrosit; 4,77 x 106/uL, Leukosit; 10,45 x 103/uL, Trombosit;
305 x 103/uL, Hematokrit; 31,3%, Basofil; 0%, Eusinofil; 0%, Neutrofil; 41%,
Limposit; 48%, Monosit; 11%, MCV; 66fL, MCH; 21 pg, MCHC; 32 g/dL,
RDW-CV; 15,8%, GDS; 95mg/dL
■ Dari keluhan yang disampaikan oleh pasien, keluhan – keluhan tersebut
merupakan gejala dari kejang demam yaitu kejang disertai dengan demam
dan terjadi 1x dalam 24 jam dengan durasi < 5 menit kemudian kelojotan
seluruh tubuh, lalu sebelum dan sesudah kejang pasien sadar lalu setelah
kejang pasien menangis. Pada pasien disebut kejang demam sederhana
karena berdasarkan definisi usia saat terjadinua kejang adalah 2 tahun dan
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh pada 38,6o yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam yang dialami
pasien merupakan jenis kejang demam simpleks (sederhana). hal ini
dikarenakan memenuhi kriteria kejang demam simpleks yaitu terjadi singkat
(selama <5 menit serangan 1 kali dalam 24 jam, kejang umum dan pasien
sadar setelah serangan kejang, kejang pada anak ini ditandai dengan
kehilangan kesadaran yang tiba –tiba dan diikuti dengan menggerakan kedua
tangan dan kaki secara bersamaan. Pada kasus ini yang melatar belakangi
terjadi kejang adalah demam yang ditandai dengan pemeriksaan fisik dengan
suhu tubuh 38,6o C, tidak ada penurunan kesadaran, tidak ada tanda – tanda
peningkatan TIK. riwayat jatuh disangkal, riwayat kejang tanpa demam
disangkal.
■ Penyebab terjadinya kejang pada kasus ini karena suhu atau demam
dan penyebab dari demam pada pasien ini dikarenakan adanya
infeksi saluran pencernaan , demam lama. Berdasarkan epidemiologi
80% kejang merupakan kejang demam sederhana, pada kasus
kejang demam terjadi pada usia 1 tahun , bisa terjadi risiko terjadinya
kejang demam kedua sebesar 30%. Dilihat dari faktor risiko terjadinya
kejang demam, selain demam faktor risiko tambahan terjadinya
kejang demam pada pasien karena riwayat kejang demam yang
pernah terjadi pada orang tuan pasien.
■ Pasien seorang anak laki – laki berusia 2 tahun mengeluhkan demam sejak 4 hari
SMRS, demam dirasakan meninggi saat malam hari dan menurun saat menjelang
siang, bintik – bintik merah, nyeri dan linu pada sendi, rasa nyeri di belakang bola
mata disangkal. Batuk berdahak tetapi dahak sulit dikeluarkan. Mual muntah
disangkal. BAB cair dan berampas 3 hari SMRS dan BAK tidak ada keluhan. Nafsu
makan dan minum seperti biasanya. Tidak ada mimisan, tidak ada gusi berdarah
Dari pemeriksaan tanda vital TD 110/75mmHg, Nadi 78x/mnt , laju pernapasan
30x/mnt, suhu badan 38,6, pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan, tidak ada
organomegali, dari hasil pemeriksaan penunjang widal di dapatkan hasil S.thyposa
0 1/320 , S.Parathypi A 1/80 , S Parathypi B 1/320 , S. Parathypi C 1/40.
■ Demam tifoid ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan adanya demam sejak 4 hari
SMRS dengan pola demam yang naik turun, naik saat malam hari dan turun pada
siang hari, serta adanya gangguan pada saluran penceraan yaitu BAB cair sejak 3
hari SMRS. Hal ini merupakan gejala klinis yang biasa ditemukan pada demam
tifoid. Diaman gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi dari yang ringan bahkan
asimtomatik sampai dengan berat. Walaupun gejala klinis sangat bervariasi namun
gejala yang timbul setelah inkubasi dapat dibagi dalam demam 1 minggu atau
lebih, gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. tidak ada bintik –
bintik merah, nyeri dan linu pada sendi, rasa nyeri di belakang bola mata disangkal,
tidak ada mimisan, tidak ada gusi berdarah bisa menyingkirkan diagnosis banding
dari demam tifoid.
■ pemeriksaan fisik didapatkan nadi 78x/ menit , suhu 38,60
C, pada pemeriksaan widal di dapatkan hasil S.thyposa 0
1/320 , S.Parathypi A 1/80 , S Parathypi B 1/320 , S.
Parathypi C 1/40.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai