Anda di halaman 1dari 94

Objek PPN

OBJEK PPN
DAERAH
PABEAN
Peristiwa
Hukum

BKP/JKP
Subjek
Pajak

Negative
List
BKP/JKP
BKP
BARANG KENA PAJAK
(Ps. 1 angka 3 UU PPN 1984)

BARANG BERWUJUD

BARANG BERGERAK
BARANG TIDAK BERGERAK
BARANG TIDAK BERWUJUD

DIKENAKAN PPN

Pada dasarnya semua barang dapat dikenakan PPN kecuali UU


menetapkan sebaliknya
(Ps. 4A ayat (2) UU PPN 1984 jo Ps. 1-4 Peraturan Pemerintah No. 144/2000)
NON BKP
Gambar 15
Barang hasil pertambangan atau hasil
pengeboran yang diambil langsung
dari sumbernya

Barang kebutuhan pokok yang sangat


dibutuhkan oleh rakyat banyak

BARANG TIDAK
Makanan dan minuman yang
KENA PAJAK
disajikan di hotel, restoran, rumah
(Ps. 4A ayat 2)
makan, warung, dan sejenisnya baik
yang dikonsumsi di tempat maupun
tidak, termasuk makanan dan
minuman yang diserahkan oleh usaha
jasa boga atau katering

Uang, emas batangan, dan surat


berharga

Senin, April 21, 2014 Dr. Hasan Rachmany, Ak., MA.


NON OBJEK PPN (BKP)
BARANG HASIL PERTAMBANGAN ATAU HASIL PENGEBORAN
YANG DIAMBIL LANGSUNG DARI SUMBERNYA
1
a. Minyak mentah (crude oil);
b. Gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung oleh masyarakat;
c. Panas bumi;
d. asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonit,
dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit,
magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit,
fosfat (phospat), talk, tanah serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum),
tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit ;
e. Batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
f. Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, dan bijih perak serta bijih bauksit.

6
Non Objek PPN (BKP)
BARANG KEBUTUHAN POKOK YANG SANGAT DIBUTUHKAN
2 OLEH RAKYAT BANYAK (PMK-116/PMK.010/2017)

Beras & Gabah Jagung Sagu Kedelai Garam konsumsi


daging, daging segar, telah disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas
atau tidak dikemas, digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan, dan/atau direbus
telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan, diasinkan,atau dikemas
susu, yaitu susu perah baik didinginkan maupun dipanaskan, tidak mengandung
tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas atau tidak dikemas
buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik dicuci, disortasi, dikupas,
dipotong, diiris, di-grading, dan/atau dikemas atau tidak dikemas
sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau
disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah

Ubi-ubian, ubi segar, baik dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, digrading

Bumbu-bumbuan, segar dikeringkan, tetapi tidak dihancurkan atau ditumbuk

Gula konsumsi, gula kristal putih asal tebu untuk konsumsi tanpa perasa/pewarna
7
Implikasi Perpajakan (BKP) – PUT MA 70P/HUM/2013

Jenis Barang BKP/Non BKP Dasar

Beras, gabah, jagung, sagu dan Non BKP Pasal 4A ayat (2) huruf
kedelai b UU PPN

Barang hasil Pertanian lainnya


dalam Lampiran PP 31/2007

1. Buah-buahan dan sayur- Non BKP Pasal 4A ayat (2) huruf


sayuran b UU PPN

2. Selain buah-buahan dan sayur- BKP Putusan MA No-


sayuran 70P/HUM/2013

Bagian 04
8
Lampiran SE-24/PJ/2014

No. Komoditi Implikasi Perpajakan


I. Perkebunan
1 Kakao BKP yang dikenai PPN
2 Kopi BKP yang dikenai PPN
3 Kelapa sawit BKP yang dikenai PPN
4 Aren BKP yang dikenai PPN
5 Jambu Mede BKP yang dikenai PPN
6 Lada BKP yang dikenai PPN
7 Pala BKP yang dikenai PPN
8 Cengkeh BKP yang dikenai PPN
9 Karet BKP yang dikenai PPN
10 Teh BKP yang dikenai PPN
11 Tembakau BKP yang dikenai PPN
Bagian 06
9
Lampiran SE-24/PJ/2014

No. Komoditi Implikasi Perpajakan


12 Tebu BKP yang dikenai PPN
13 Kapas BKP yang dikenai PPN
14 Kapuk BKP yang dikenai PPN
15 Rami, Rosella, Jute, Kenaf, Abaca BKP yang dikenai PPN
dan lainnya
16 Kayumanis BKP yang dikenai PPN
17 Kina BKP yang dikenai PPN
18 Panili BKP yang dikenai PPN
19 Nilam BKP yang dikenai PPN
20 Jarak Pagar BKP yang dikenai PPN
21 Sereh BKP yang dikenai PPN
22 Atsiri BKP yang dikenai PPN
Bagian 06
10
Lampiran SE-24/PJ/2014

No. Komoditi Implikasi Perpajakan


23 Kelapa BKP yang dikenai PPN
24 Tanaman Perkebunan dan BKP yang dikenai PPN
sejenisnya
II. Hortikultura
A. Buah-buahan
1 Pisang Bukan BKP (Ps 4A)
2 Jeruk Bukan BKP (Ps 4A)
3 Mangga Bukan BKP (Ps 4A)
4 Salak Bukan BKP (Ps 4A)
5 Nanas Bukan BKP (Ps 4A)
6 Belimbing Bukan BKP (Ps 4A)
7 Manggis Bukan BKP (Ps 4A)
Bagian 06
11
Lampiran SE-24/PJ/2014

No. Komoditi Implikasi Perpajakan


II. Hortikultura
A. Buah-buahan
8 Rambutan Bukan BKP (Ps 4A)
9 Durian Bukan BKP (Ps 4A)
10 Melon, semangka, pepaya dan Bukan BKP (Ps 4A)
sejenisnya
11 Duku, bangkuang, nangka, Bukan BKP (Ps 4A)
cempedak, dan sejenisnya
B. Sayur-sayuran
1 Sayuran daun Bukan BKP (Ps 4A)
2 Sayuran buah Bukan BKP (Ps 4A)
3 Sayuran umbi Bukan BKP (Ps 4A)

Bagian 06
12
Lampiran SE-24/PJ/2014

No. Komoditi Implikasi Perpajakan


II. Hortikultura
B. Sayur-sayuran
4 Sayuran jamur Bukan BKP (Ps 4A)
C. Tanaman Hias dan Obat
1 Tanaman hias BKP yang dikenai PPN
2 Tanaman potong BKP yang dikenai PPN
3 Tanaman obat BKP yang dikenai PPN

Bagian 06
13
Lampiran SE-24/PJ/2014

No. Komoditi Implikasi Perpajakan


III. Tanaman Pangan
1 Padi (merang, sekam, bekatul, BKP yang dikenai PPN
dedak)
2 Jagung (tongkol, bonggol, daun, BKP yang dikenai PPN
klobot, batang)
3 Kacang tanah BKP yang dikenai PPN
4 Ubi kayu BKP yang dikenai PPN
5 Ubi jalar
6 Kacang hijau, gude, dan kacang BKP yang dikenai PPN
lainnya
7 Talas, garut, gembili dan umbi BKP yang dikenai PPN
lainnya
Bagian 06
14
Lampiran SE-24/PJ/2014

No. Komoditi Implikasi Perpajakan


IV. Hasil Hutan
A. Hasil Hutan Kayu
1 Kayu BKP yang dikenai PPN
2 Kelapa sawit (kayunya) BKP yang dikenai PPN
3 Karet (kayunya) BKP yang dikenai PPN
4 Bambu BKP yang dikenai PPN
B. Hasil Hutan Bukan Kayu
1 Rotan BKP yang dikenai PPN
2 Gaharu BKP yang dikenai PPN
3 Agathis BKP yang dikenai PPN
4 Shorea BKP yang dikenai PPN
5 Kemiri BKP yang dikenai PPN
6 Tengkawang BKP yang dikenai PPN
Bagian 06
15
Non Objek PPN (BKP)

3 MAKANAN DAN MINUMAN YANG DISAJIKAN


DI HOTEL,RESTORAN, RUMAH MAKAN, WARUNG, DAN SEJENISNYA
MELIPUTI MAKANAN DAN MINUMAN
BAIK DIKONSUMSI DI TEMPAT MAUPUN TIDAK

termasuk

makanan dan minuman yang diserahkan


oleh usaha jasa boga atau katering

16
Non Objek PPN (BKP)
4

UANG, EMAS BATANGAN,


SURAT BERHARGA

17
Bagaimana dengan jasa?
JASA JASA

( Ps. 1 angka 5 UU PN 1984)


setiap kegiatan pelay. berdasar suatu perikatan
atau perbuatan huk. yg menyebabkan suatu
brg. atau fasilitas atau kemudahan
atau hak tersedia utk dipakai
termasuk jasa yg dilaku-
kan utk menghasilkan brg
krn pesanan atau permin-
taan dg bahan dan atas
petunjuk Pemesan

DIKENAKAN PAJAK

JASA KENA PAJAK

Tiap jasa dpt dikenakan pajak


kecuali UU menetapkan sebaliknya
Ps 1 angka 6 jo Ps 4A ay. (3)
19
UU PPN 1984
Penyerahan Jasa Kena Pajak

PENYERAHAN
JASA KENA PAJAK

Ps. 1 angka 7 jo Ps.


4 ayat (1) huruf c
UU PPN 1984

Setiap Kegiatan Pemberian Jasa


Pemberian Jasa Kena Pajak dengan
Kena Pajak cuma-cuma

Pemakaian
Sendiri Jasa
Kena Pajak
NON OBJEK PPN (JKP) Pasal 4A ayat (3)

JENIS JASA YANG TIDAK DIKENAI PPN

a jasa pelayanan kesehatan medis k jasa tenaga kerja


b Jasa pelayanan sosial l jasa perhotelan
c Jasa pengiriman surat dengan
perangko m Jasa-jasa yang disediakan
d oleh pemerintah dalam
Jasa keuangan
rangka menjalankan
e Jasa asuransi pemerintahan secara umum

f Jasa keagamaan n jasa penyediaan tempat parkir

g Jasa pendidikan o jasa telepon umum dengan


menggunakan uang logam
h Jasa kesenian & hiburan p jasa pengiriman uang dengan
wesel pos
Jasa penyiaran yang tidak bersifat
i
iklan q
jasa boga atau katering
jasa angkutan umum di darat dan di air serta
j jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari jasa
angkutan udara luar negeri
Pasal 7 PP 1 Tahun 2012 mengamanatkan
21
untuk diatur lebih lanjut di PMK
Non Objek PPN (JKP)
a
JASA PELAYANAN KESEHATAN MEDIS
meliputi

jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;


jasa dokter hewan
jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan fisioterapi
jasa kebidanan dan dukun bayi
jasa paramedis dan perawat
jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan,
dan sanatorium
jasa psikolog dan psikiater
jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan paranormal

22
Non Objek PPN (JKP)
b
JASA PELAYANAN SOSIAL
meliputi

jasa pelayanan panti asuhan, dan panti jompo;

jasa pemadam kebakaran (kecuali yang bersifat komersial);

jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;

jasa lembaga rehabilitasi (kecuali yang bersifat komersial);

jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman termasuk krematorium

jasa di bidang olahraga kecuali yg bersifat komersial

24
Non Objek PPN (JKP)
c
JASA DI BIDANG PENGIRIMAN SURAT DENGAN PRANGKO

Jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi jasa pengiriman surat


dengan menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara lain
pengganti prangko tempel

Cara lain pengganti Prangko tempel adalah cetakan Prangko pada sampul, pada warkat pos,
pada kartu pos, dan pada formulir yang diterbitkan oleh Penyelenggara Pos, atau cetakan
mesin Prangko yang diizinkan oleh Penyelenggara Pos.
d Non Objek PPN (JKP)

JASA KEUANGAN
meliputi

jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,
dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu
jasa menempatkan dana, meminjamkan dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lain dengan
menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya

jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa:a) sewa guna usaha
dengan hak opsi; b) anjak piutang; c) usaha kartu kredit; dan/atau d) pembiayaan konsumen

jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia

jasa penjaminan

Di jelaskan lebih lanjut dalam SE-121/PJ/2010


27
e Non Objek PPN (JKP)

JASA ASURANSI
Yang dimaksud

Jasa asuransi adalah jasa pertanggungan yang meliputi :


• asuransi kerugian,
• asuransi jiwa, dan
• reasuransi,
yang dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis asuransi,
tidak termasuk jasa penunjang asuransi seperti agen asuransi, penilai kerugian asuransi,
dan konsultan asuransi

29
Non Objek PPN (JKP)
f
JASA KEAGAMAAN

meliputi

Jasa pelayanan rumah-rumah ibadah

Jasa pemberian khotbah atau dakwah

Jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan

Jasa lainnya di bidang keagamaan

31
Non Objek PPN (JKP)
g
JASA PENDIDIKAN

meliputi

jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah :


jasa penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar
biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan
pendidikan profesional

jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah (kursus-kursus)

32
Non Objek PPN (JKP)
h

JASA KESENIAN DAN HIBURAN

meliputi

semua jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja seni dan hiburan

33
Non Objek PPN (JKP)
i

JASA PENYIARAN YANG TIDAK BERSIFAT IKLAN

meliputi

jasa penyiaran radio atau televisi yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau
swasta yang tidak bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan
komersial

34
PMK-80/PMK.03/2012 Non Objek PPN (JKP)
j
JASA ANGKUTAN UMUM DI DARAT DAN DI AIR SERTA JASA
ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI YANG MENJADI BAGIAN
YANG TIDAK TERPISAHKAN DARI JASA ANGKUTAN UDARA
LUAR NEGERI

Jasa angkutan umum di darat Jasa angkutan umum di air


meliputi: meliputi:
• jasa angkutan umum di laut;
• jasa angkutan umum di jalan
• jasa angkutan umum di sungai
• jasa angkutan umum Kereta
dan danau; dan
Api. • jasa angkutan umum
• Kendaraan Angkutan Umum di ruang penyeberangan.
lalu lintas jalan, dengan dipungut
bayaran.
• tanda nomor kendaraan dengan
dasar kuning dan tulisan hitam

OBJEK PPN  jasa angkutan umum Kereta Api OBJEK PPN  jasa angkutan menggunakan
adalah dalam hal jasa angkutan menggunakan Kapal yang disewa atau yang dicarter.
Kereta Api yang disewa atau yang dicarter.
35
k Non Objek PPN (JKP)
JASA TENAGA KERJA

meliputi PerMenkeu Nomor 83/PMK.03/2012


jasa tenaga kerja
a. tenaga kerja tersebut menerima imbalan dalam bentuk gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan sejenisnya; dan
b. tenaga kerja tersebut bertanggung jawab langsung kepada pengguna jasa tenaga kerja atas jasa tenaga kerja
yang diserahkannya.

jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak
bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut
a. pengusaha penyedia jasa tenaga kerja tersebut semata-mata hanya menyerahkan jasa penyediaan tenaga
kerja, yang tidak terkait dengan pemberian Jasa Kena Pajak lainnya, seperti jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konsultasi, jasa pengurusan perusahaan, jasa bongkar muat, dan/atau jasa lainnya;
b. pengusaha penyedia tenaga kerja tidak melakukan pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan/atau
sejenisnya kepada tenaga kerja yang disediakan;
c. pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja tenaga kerja yang disediakan
setelah diserahkan kepada pengguna jasa tenaga kerja; dan
d. tenaga kerja yang disediakan masuk dalam struktur kepegawaian pengguna jasa tenaga kerja.

Jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja


a. jasa penyelenggaraan pelatihan tenaga kerja yang diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja yang telah
memperoleh izin atau terdaftar di instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
b. kegiatan pemagangan yang dilakukan dalam satu kesatuan dengan penyerahan jasa penyelenggaraan 36
pelatihan bagi tenaga kerja.
Non Objek PPN (JKP)
l
JASA PERHOTELAN

meliputi

Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel,


losmen, hostel, serta fasilitas yg terkait dgn kegiatan perhotelan untuk tamu yg
menginap

Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, dan hostel

37
Non Objek PPN (JKP)
m
JASA YANG DISEDIAKAN PEMERINTAH DALAM RANGKA
MENJALANKAN PEMERINTAHAN SECARA UMUM
meliputi
Jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah seperti :
• pemberian IMB,
• pemberian izin usaha perdagangan,
• pemberian NPWP, dan
• pembuatan KTP
Termasuk: Dalam hal Pemerintah melakukan
• pemberian Izin Mendirikan Bangunan, penyerahan jasa selain jasa tersebut,
• pemberian Izin Usaha Perdagangan, atas penyerahan jasa tersebut dikenai
• pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pajak Pertambahan Nilai sesuai
• pembuatan Kartu Tanda Penduduk, peraturan perundang-undangan.
• pemberian Hak Paten, pemberian Merek,
• pemberian Hak Cipta, PerMenkeu Nomor 82/PMK.03/2012
• pembuatan akte kelahiran,
• pembuatan akte nikah, dan
• pemberian Visa. 38
Non Objek PPN (JKP)
n
JASA PENYEDIAAN TEMPAT PARKIR
adalah
PerMenkeu Nomor 122/PMK.03/2012

Jasa Penyediaan Tempat Parkir adalah jasa penyediaan atau


penyelenggaraan Tempat Parkir yang dilakukan oleh Pemilik Tempat
Parkir atau Pengusaha Pengelola Tempat Parkir kepada
Pengguna Tempat Parkir dengan dipungut bayaran.
Kecuali,
Jasa Pengelolaan Tempat Parkir adalah jasa yang dilakukan oleh Pengusaha
Pengelola Tempat Parkir untuk mengelola Tempat Parkir yang dimiliki atau
disediakan oleh Pemilik Tempat Parkir, dengan menerima imbalan dari Pemilik
Tempat Parkir, termasuk imbalan dalam bentuk bagi hasil.

Dasar Pengenaan Pajak adalah nilai penggantian yaitu nilai berupa uang, termasuk
biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh Pengusaha Pengelola Tempat Parkir
kepada Pemilik Tempat Parkir, termasuk imbalan berupa bagi hasil yang diperoleh
oleh Pengusaha Pengelola Tempat Parkir dari Pemilik Tempat Parkir. 39
Non Objek PPN (JKP)
o

JASA TELEPON UMUM DENGAN MENGGUNAKAN LOGAM

adalah

jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam atau koin,


yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta

Pertimbangan :
Penggunanya adalah masyarakat kelas bawah dan pelaksanaan
pemungutannya (penerbitan Faktur Pajak-nya) sulit untuk
dilaksanakan

40
Non Objek PPN (JKP)
p

JASA PENGIRIMAN UANG DENGAN WESEL POS

pertimbangan

untuk memberikan perlakuan yang sama karena pengiriman uang


dengan wesel pos sama dengan pengiriman uang melalui transfer
oleh bank, yang tidak dikenakan PPN

41
Non Objek PPN (JKP)
q
JASA BOGA DAN KATERING
pengertian

Jasa Boga atau Katering adalah :


penyediaan makanan dan atau minuman lengkap dengan atau tanpa peralatan
dan petugasnya, untuk keperluan tertentu berdasarkan kontrak atau perjanjian
tertulis atau tidak tertulis.
Keperluan tertentu adalah :
a. pesta, resepsi, atau perayaan;
b. perjamuan;
c. rapat atau pertemuan;
d. makan karyawan pada instansi Pemerintah atau Badan Usaha Pemerintah,
perusahaan swasta maupun perusahaan perseorangan;
e. makan untuk pelanggan perseorangan;
f. perlombaan atau pertandingan; atau
g. acara-acara lain yang sejenis

42
SUBJEK PPN
III. SUBJEK PAJAK

A. Pengusaha dan Pengusaha Kena Pajak


PT, CV, Perseroan Lainnya

BUMN/BUMD

SEKUMPULAN Firma, Kongsi, Koperasi


ORANG DAN/ATAU
MODAL YANG Dana Pensiun
MERUPAKAN
BADAN KESATUAN, Persekutuan, Perkumpulan
MELAKUKAN ATAU
TIDAK MELAKUKAN
USAHA
Yayasan

Ormas, Orsospol, Organisasi


Lainnya

Lembaga

Bentuk Badan Lainnya


Senin, April 21, 2014
SUBJEK PPN

PKP
Pengusaha yang melakukan
atau sejak semula bermaksud Bentuk kerja
melakukan penyerahan sama Operasi
BKP/JKP (Ps. 1 angka 15 UU (Ps.2 ayat (2) PP
PPN 1984 jo Ps 2 ayat (1) PP No.143/2000)
No.143/2000)
Orang

UU PPN
Pribadi/Badan yang NON
mengimpor BKP (Ps
1984 4 ayat (1) huruf b PKP
UU PPN 1984)
Orang Pribadi/Badan
Ps. 4 ayat Ps. 4 ayat Orang Pribadi/Badan
(1) huruf a yang memanfaatkan
(1) huruf c yang membangun
BKP tidak berwujud/
JKP dari luar Daerah sendiri di luar
Ps. 4 ayat kegiatan
(1) huruf Ps. 16D Pabean di dalam
Daerah Pabean (Ps 4 usaha/pekerjaannya
f,g,h
ayat (1) huruf d & e (Ps 4 ayat (1) huruf b
UU PPN 1984) UU PPN 1984)
Pasal 2 Pengukuhan Pengusaha Kecil menjadi PKP

Pengusaha

Omzet 1
tahun > 4,8
Melakukan: milyar
Wajib
• Penyerahan BKP
• Penyerahan JKP
• Ekspor BKP Berwujud PKP
• Ekspor BKP Tidak
Berwujud Dapat
Omzet 1 Memilih
• Ekspor JKP tahun <= 4,8
milyar

PMK
197/2013
Wajib memungut,
menyetor, dan
Bermaksud melakukan Dapat melapor PPN
penyerahan/ekspor Memilih terutang

Pengusaha yang sejak semula bermaksud melakukan penyerahan, dapat melaporkan usaha untuk
dikukuhkan sebagai PKP
46
Timeline Pelaporan Pengukuhan PKP

Penyerahan Omzet > 4,8 milyar

Pra
produksi

JAN FEB MA APR MEI JUN JUL


R

Dapat memilih
PKP
Dapat memilih
Ps 2 PP
1/2012
PKP
PMK 197/2013
Wajib lapor PKP
p.l. akhir Juni
Tidak/Terlambat
lapor PKP
Dapat dikenai sanksi

Pengusaha yang tidak/terlambat lapor untuk dikukuhkan sbg PKP, dapat dikenai sanksi sejak
omzetnya melebihi Rp4,8MILYAR
47
Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena pajak

Memungut Pajak Membuat Faktur Pajak


Yang Terutang (Ps. 13 UU PPN 1984)

KEWAJIBAN
PENGUSAHA KENA
PAJAK
(Ps. 3A UU PPN 1984)
Menyelenggarakan Catatan
Perolehan & Peredaran dan
Mengkreditkan PM Berdasarkan
Menyetor Pajak Ketentuan yang Berlaku
Yang Terutang (Ps. 28 KUP & Ps 9 UU PPN
1984)

Mengisi & Menyampaikan SPT


Melaporkan Pajak
Masa PPN
Yang Terutang
(Ps. 3 UU KUP)
Contoh Soal
Dr. Topi adalah seorang dokter spesialis kandungan memiliki penghasilan dari berbagai
rumah sakit dan dia tidak punya tempat praktik sendiri. Akan tetapi yang bersangkutan
mempunyai apotik (tempat penjualan obat) yang terletak di Bintaro Trade Center,
Tangsel. Berikut adalah penghasilan Dr. Topi selama tahun 2018, yaitu :
Bulan Dokter Spesialis (Rp) Apotik (Rp)

Januari 200.000.000 600.000.000


Februari 150.000.000 750.000.000
Maret 220.000.000 900.000.000
April 180.000.000 1.000.000.000
Mei 210.000.000 800.000.000
Juni 250.000.000 1.200.000.000
Juli 230.000.000 1.100.000.000
Agustus 240.000.000 1.300.000.000
September 225.000.000 1.200.000.000
Oktober 260.000.000 1.500.000.000
November 275.000.000 1.250.000.000
Desember 300.000.000 1.400.000.000

Pertanyaan :
•Apakah Dr. Topi menyerahkan BKP/JKP ? Jelaskan BKP/JKP-nya ?
•Apakah Dr. Topi termasuk definisi Pengusaha ?
•Kapan Dr. Topi paling lambat mengajukan permohonan pengukuhan PKP?
•Bagaimana jika s.d 31 Desember 2018 Dr. Topi belum juga mengajukan
permohonan untuk dikukuhkan sebagai PKP ?
OBJEK PAJAK Pasal 4 ayat (1) UU PPN

PPN dikenakan atas


penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean
a
yang dilakukan oleh Pengusaha
b Impor Barang Kena Pajak
Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean
c
yang dilakukan oleh Pengusaha
d Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean
Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
e
di dalam Daerah Pabean
f Ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

g Ekspor BKP tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

h Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak 50


OBJEK PAJAK
PPN dikenakan atas

Pasal 16C
• MEMBANGUN SENDIRI YG DILAKUKAN TIDAK DALAM
KEGIATAN USH/PEK. OLEH ORANG PRIBADI/BADAN

Pasal 16D
• PENYERAHAN BKP BERUPA AKTIVA YG MENRT TUJUAN
SEMULA TDK UTK DIPERJUALBELIKAN OLEH PKP,
KECUALI PM-NYA TDK DPT DIKREDITKAN BERDASARKAN
Ps 9 AY. (8) HURUF b & c

51
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1) huruf a
a

PPN dikenakan atas

Penyerahan BARANG KENA PAJAK di dalam


Daerah Pabean yang dilakukan oleh
PENGUSAHA
Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan BKP
meliputi baik pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai
PKP, maupun pengusaha yang seharusnya dikukuhkan
sebagai PKP, tetapi belum dikukuhkan. Penyerahan
dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya. 52
OBJEK PAJAK

c Pasal 4 ayat (1) huruf c

PPN dikenakan atas

penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean


yang dilakukan oleh Pengusaha

Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Jasa


Kena Pajak meliputi baik pengusaha yang telah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1) maupun pengusaha yang
seharusnya dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak,
tetapi belum dikukuhkan. 53
Gambar 12
Gambar 13 SYARAT PENYERAHAN BARANG ATAU JASA
DIKENAKAN PPN
(Penjelasan Ps. 4 ayat (1) huruf a & huruf c UU PPN 1984)

Yang Diserahkan
BKP / JKP

Dilakukan di dalam
Daerah Pabean

Dalam Kegiatan
Usaha/pekerjaan PKP

Sesuai Kegiatan Ada Unsur


Sehari-hari PKP Pengulangan
Daerah Pabean
Dalam Pasal 1 angka 1 UU PPN 1984 dirumuskan
bahwa Daerah Pabean adalah wilayah Republik
Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan
ruang udara di atasnya serta tempat-tempat tertentu
di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang
di dalamnya berlau Undang-undang yang mengatur
mengenai Kepabeanan.
Kegiatan Usaha atau Pekerjaan
Kegiatan usaha atau pekerjaan mengandung
pengertian dalam rangka kegiatan usaha sehari-hari
yang bersangkutan.
Pengusaha Kena Pajak
PRINSIP PENYERAHAN BARANG/JASA DALAM
KEGIATAN USAHA/PEKERJAAN DAN PENGENAAN PPN

BKP/JKP SIAPA
PKP
Dikenai PPN
PUN

BKP/JKP BKP/JKP SIAPA


PKP
Tidak Membayar PPN Dikenai PPN PUN

Non BKP/NonJKP SIAPA


PKP
Tidak Dikenai PPN PUN

NON Apa pun SIAPA


PKP Tidak Dikenai PPN PUN

BKP/JKP NON BKP/JKP SIAPA


Membayar PPN
PKP Tidak Dikenai PPN PUN
Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa
Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean di Dalam Daerah
Pabean
YAKUSIWA, PLc.
Tokyo

Hak menggunakan
Jasa Bantuan Teknik
Merek Dagang
Pengolahan
“SANYO”

PT Ramindo
Industri Peralatan
Pompa Air
Merek “SANYO”
Jakarta
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Pasal 1A ayat (1)

1 Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian


2 Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa
guna usaha (leasing)
3 Penyerahan BKP kepada Pedagang Perantara atau melalui Juru Lelang
4 Pemakaian sendiri dan pemberian cuma-cuma
5 BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan
6 Penyerahan BKP dari kantor pusat ke cabang atau sebaliknya dan
penyerahan BKP antar cabang
7 Penyerahan BKP secara Konsinyasi
8 Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yg dilakukan
berdasarkan prinsip syariah, yg penyerahannya dianggap langsung dari PKP
kepada pihak yg membutuhkan BKP 59
Rumah mewah untuk dijual
REAL
KOMISIONER
ESTATE

PENYERAHAN BKP

Kredit Rp. 1.000.000.000,00


PT SUKAMINTA BANK
(PKP) “SUKA BUNGA”
Gedung sebagai agunan

Gedung Rp. 1.000.000.000,00


Untuk
Rp. 400.000.000,00 dilelang

Gedung
JURU PT SUKANAWAR
LELANG (Pemenang Lelang)
Rp. 1.400.000.000,00

Penyerahan Gedung kepada PT SUKANAWAR adalah PT SUKAMINTA melalui juru lelang


PERJANJIAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
(pasal 1A ayat (1) huruf h UU PPN 1984)

Perjanjian Jual-beli
Perjanjian (pembiayaan) berdasarkan
Jual-beli prinsip syariah
Tidak Tidak
dikenakan dikenakan
PPN PPN
Kendaraan Kendaraan
Bermotor Bermotor
PKP Bank
PEMBELI
Dealer Syariah

Penyerahan Kendaraan bermotor

Faktur Pajak dari PKP Dealer

PPN

Penyerahan BKP dianggap dilakukan langsung oleh PKP Dealer kepada pembeli
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Pasal 1A ayat (1) huruf d

Pemakaian sendiri dan/atau Pemberian cuma-cuma

Barang Kena Pajak

Penjelasan :
Yang dimaksud dengan “pemakaian sendiri” adalah pemakaian untuk kepentingan
pengusaha sendiri, pengurus, atau karyawan, baik barang produksi sendiri maupun
bukan produksi sendiri.
Yang dimaksud dengan “pemberian cuma-cuma” adalah pemberian yang diberikan tanpa
pembayaran baik barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri, seperti
pemberian contoh barang untuk promosi kepada relasi atau pembeli

62
Pemakaian Sendiri
Ps 5 PP 1/2012
Tidak
Dilakukan
Pemungutan OUTPUT Penyerahan Terutang PPN
PPN
(Tidak Dibuat
Produktif Faktur Pajak)

Dilakukan Penyerahan:
Pemakaian pemungutan OUTPUT - Tidak Terutang PPN
Sendiri BKP/JKP PPN - Dibebaskan PPN
(Terutang PPN)
Ps 1A (1) d UU PPN

Dilakukan
Konsumtif pemungutan
PPN

Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif tidak perlu dibuat Faktur Pajak, sepanjang digunakan untuk
melakukan penyerahan yang terutang PPN
63
Contoh Pemakaian Sendiri
Pabrikan Ban

OUTPUT
Tidak dilakukan
pemungutan PPN Penjualan
(Tidak Dibuat Faktur Pajak) Terutang Ban
PPN
Truk Pengangkut
Ban

Unit Pemakaian
Produksi Sendiri
Ban Ban
OUTPUT
Dilakukan Jasa Angkutan
pemungutan PPN Umum
Tidak
Angkutan Umum Terutang
PPN
Dua-duanya sebenarnya tetap terutang PPN. Hanya kalau dipakai untuk kepentingan produktif PPN tidak
dipungut itu untuk alasan kemudahan saja. Toh nantinya jika oleh penyerahan dijual ke orang lain PPN dapat
dikreditkan. Contoh, jika truk di atas dijual maka DPP PPN-nya termasuk harga ban. Hanya saja memang PPN
ban tesembunyi di dalan PPN truk.

64
Contoh PROMO!
Pemberian BELI 2 SEPATU
Cuma-Cuma DAPAT HADIAH 1 SENDAL

Setiap pembelian 2 ps sepatu dg Harga Jual a Rp 100.000,00


Pembeli memperoleh bonus 1 ps sandal dengan Harga Jual
Rp 57.500,00. Dalam kalkulasi Harga Jual sandal ini sudah
termasuk laba 15%.

Invoice Faktur Pajak

Penyerahan sepatu : 2 X Rp 100.000 = Rp 200.000 Rp 200.000

Bonus sandal = 100/115 x Rp57.500 *)= - Rp 50.000

Rp 200.000 Rp 250.000
Jumlah tagihan =
PPN terutang yang wajib dipungut = 10% x Rp 250.000 = Rp 25.000

*) DPP utk pemberian cuma-cuma = Harga Jual – laba kotor

65
OBJEK PAJAK

Pasal 4 ayat (1) huruf b


b
PPN dikenakan atas

IMPOR Barang Kena Pajak

Setiap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah Pabean ke dalam


Daerah Pabean
Pasal 1 angka 9

Pajak juga dipungut pada saat impor Barang Kena Pajak. Pemungutan
dilakukan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

siapapun yang memasukkan Barang Kena Pajak ke dalam Daerah


Pabean, tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam rangka kegiatan
usaha atau pekerjaannya atau tidak, tetap dikenai pajak.
66
OBJEK PAJAK

Pasal 4 ayat (1) huruf d


d
PPN dikenakan atas

pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean


di dalam Daerah Pabean

Untuk dapat memberikan perlakuan pengenaan pajak yang sama dengan impor
Barang Kena Pajak, atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud yang berasal dari luar
Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh siapa pun di dalam Daerah Pabean juga
dikenai Pajak Pertambahan Nilai.

67
OBJEK PAJAK

e Pasal 4 ayat (1) huruf e

PPN dikenakan atas

pemanfaatan Jasa Kena Pajak


dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean

Jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh siapa pun di
dalam Daerah Pabean dikenai Pajak Pertambahan Nilai.

68
OBJEK PAJAK

f Pasal 4 ayat (1) huruf f

PPN dikenakan atas

Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud


oleh
Pengusaha Kena Pajak
pengusaha yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak
Berwujud hanya pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi
Pengusaha Kena Pajak
69
OBJEK PAJAK

g Pasal 4 ayat (1) huruf g

PPN dikenakan atas

Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud


oleh
Pengusaha Kena Pajak
pengusaha yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud hanya pengusaha yang telah dikukuhkan
menjadi Pengusaha Kena Pajak
70
OBJEK PAJAK

h Pasal 4 ayat (1) huruf h

PPN dikenakan atas


Ekspor Jasa Kena Pajak
oleh
Pengusaha Kena Pajak
Termasuk dalam pengertian ekspor Jasa Kena Pajak adalah penyerahan
Jasa Kena Pajak dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean oleh
Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan dan melakukan ekspor Barang
Kena Pajak Berwujud atas dasar pesanan atau permintaan dengan bahan
dan atas petunjuk dari pemesan di luar Daerah Pabean.
Pada ayat (2)
Ketentuan mengenai batasan kegiatan dan jenis Jasa Kena Pajak yang atas
ekspornya dikenai Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
71
huruf h diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
JASA KENA PAJAK YG ATAS EKSPORNYA
DIKENAI PPN DENGAN TARIF 0%
(PMK No. 70/PMK.03/2010 stdtd PMK-30/PMK.03/2011)

Jasa Maklon Jasa Lainnya

Pemesan berada di luar Daerah Pabe- 1. Jasa yang melekat pada atau jasa
an & tdk memiliki BUT di Indonesia untuk br. bergerak yg dimanfaat-
Spesifikasi & bahan disediakan oleh kan di luar Daerah Pabean yaitu
pemesan jasa perbaikan dan perawatan
Bahan meliputi bahan baku, br. sete-
ngah jadi, bh. penolong yang akan
2. Jasa yang melekat pada atau jasa
diproses menjadi BKP yg dihasilkan
untuk br. tidak bergerak yg terle-
Kepemilikan BKP berada pada pemesan tak di luar Daerah Pabean yaitu
Pengusaha jasa maklon mengirimkan Jasa konstruksi meliputi konsulta-
Produknya berdasarkan permintaan si, pelaksanaan pek. konstruksi,
pemesan & pengawasan pek. Konstruksi.

72
Bukan Penyerahan BKP

kpd Makelar (KUHD) Jaminan utang-piutang

Penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan,
PKP Pemusatan
pengambilalihan yg kedua pihak
PKP

Aktiva yg menurut tujuan semula


yg tidak diperjualbelikan yg msh
ada pd saat pembubaran, yg PM-
nya tidak dapat dikreditkan
” Kegiatan Membangun Sendiri adalah kegiatan
membangun bangunan yang dilakukan tidak
dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang
pribadi atau badan yang hasilnya digunakan
sendiri atau digunakan pihak lain.”
Pasal 2 ayat (3) PMK No.163/PMK.03/2012

”Bangunan berupa satu atau lebih konstruksi teknik


yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada satu
kesatuan tanah dan/atau perairan”.
Pasal 2 ayat (4) PMK No.163/PMK.03/2012
Bangunan
1. konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton,
pasangan batu bata atau bahan sejenis, dan/atau
baja;
2. diperuntukkan bagi tempat tinggal (termasuk
fasilitas) atau tempat kegiatan usaha; dan
3. luas keseluruhan paling sedikit 200m2 (dua ratus
meter persegi).
Pasal 16C dan PMK-163/PMK.03/2012

200m2/ lebih

20%

Paling lambat Akhir Bulan berikut

30 Nop 2012 luas 300m2 atau lebih


Bangunan berupa konstruksi teknik yang
ditanam atau dilekatkan secara tetap pada satu
kesatuan tanah atau air

80
200
Kasus
• PT MAJU telah terdaftar sebagai WP dan dikukuhkan sebagai PKP di KPP
Pratama Jakarta Sunter
• 1 Februari 2013 mulai membangun sebuah gudang berlokasi di Serpong,
Tangsel dg luas 250m2 menggunakan tukang harian yang diawasi sendiri
• Pengeluaran yang dilakukan sehubungan dengan kegiatan tsb
• Februari 2013
– Pembayaran untuk pembelian tanah di Serpong Rp 1 Milyar
– Pembelian pasir, batu, kerikil (Non BKP) Rp 40 juta
– Pembelian batu bata, semen, genteng(BKP) Rp 77 juta termasuk PPN
– Upah tukang Rp 50 juta
• Maret 2013
– Pembelian pasir, batu, kerikil (Non BKP) Rp 20 juta
– Pembelian keramik, cat, kaca (BKP) Rp 33 juta termasuk PPN
– Upah tukang Rp 45 juta

• Hitung PPN terutang


• Kapan PPN disetor
• Kapan dan dimana PPN dilapor
Pasal 16D
OBJEK PAJAK
Pasal 16 D
PPN dikenakan atas :

Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak


untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak

kecuali,
atas penyerahan aktiva yang PM-nya tidak dapat
dikreditkan

Perolehan BKP/JKP yang tidak Perolehan dan pemeliharaan kendaraan


mempunyai hubungan langsung dengan bermotor sedan dan station wagon, kec brg
kegiatan usaha dagangan atau disewakan
(Pasal 9 ayat (8) huruf b) (Pasal 9 ayat (8) huruf c)

PKP harus buat Faktur Pajak 84


Kasus
• PT TRANSJAKARTA (Non PKP) adalah sebuah
perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa
transportasi umum.
• 5 April 2013 membeli bus senilai Rp 500 juta
• 30 September 2013 menjual bus tersebut
seharga Rp 400 juta
Kasus
• PT MAJU adalah PKP yang bergerak dalam bidang
industri garmen
• 5 April 2013 perusahaan membeli kendaraan
– Sedan untuk operasional direksi senilai Rp 200 juta
– Truk untuk distribusi senilai Rp 400 juta
• 4 September 2013 perusahaan menjual kedua
kendaraan tersebut
– sedan dijual seharga Rp 150 juta
– Truk dijual seharga Rp 300 juta
Pasal 3

Bentuk kerja sama operasi = Badan (bentuk badan lainnya)


“Pasal 1 angka 13 UU PPN”

PT
ABC

Penyerahan
atas nama
JO JO Pemilik Proyek
JO
Wajib PKP
PT
DEF

JO wajib dikukuhkan sebagai PKP dalam hal melakukan penyerahan BKP/JKP atas nama JO
87
Pasal 3

Penyerahan
atas nama PT X
PT X

Pemilik
JO Proyek
JO Tidak
Wajib PKP
PT Y

JO tidak wajib dikukuhkan sebagai PKP dalam hal tidak melakukan penyerahan BKP/JKP atas nama
JO
88
Hubungan Istimewa (Ps. 2 (1) UU PPN)
Jika harga jual/penggantian dipengaruhi hub istimewa maka berlaku harga pasar
wajar
1. Pengusaha memiliki penyertaan modal 25% atau lebih baik
langsung maupun tidak langsung.

PT D PT C

25% 50% 50%

Tidak
PT A langsung PT B
25%
2. Hubungan antara pengusaha dengan penyertaan modal
25% atau lebih pada dua perusahaan atau lebih.

PT A

25% 50%

PT B
PT D

50% 25%

PT C
3. Hubungan antara dua pengusaha atau lebih yang
modalnya 25% atau lebih dipegang oleh satu pengusaha.

PT A

50% 50%

PT B
PT C
4. Penguasaan dari segi manajemen atau teknologi.
a. Penguasaan Manajemen
HARUN

PT A PT B

b. PenguasaanTeknologi

PT A Teknologi PT B
5. Hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam
garis keturunan lurus satu derajat, dan/atau ke samping
satu derajat.

ARMAN KASIM
(Bapak) (Anak)

PT A PT B

a. Hub. Keluarga garis keturunan lurus satu derajat : Sedarah (orang


tua – ayah ibu, dengan anak), Semenda (mertua dan anak tiri)
b. Hub. Keluarga kesamping satu derajat : Sedarah (saudara kandung
– kakak adik), Semenda (ipar)

Anda mungkin juga menyukai