Anda di halaman 1dari 18

UPAYA BELA NEGARA DALAM MENGHADAPI ANCAMAN,

GANGGUAN, HAMBATAN, TANTANGAN

A. Mengenal Sistem Pertahanan Semesta (Sishanta)


1. Pertahanan Negara Indonesia
Pertahanan negara Indonesia adalah segala usaha untuk
mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman
dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara1. Jadi tujuan dari
pertahanan negara adalah untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara,
keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk
ancaman dan gangguan baik yang berasal dari luar maupun dari dalam negeri.
Oleh karena itu pertahanan negara disusun dengan memperhatikan kondisi
geografis Indonesia sebagai negara kepulauan2.
Untuk mencapai tujuan pertahanan negara tersebut, ada empat sasaran
strategis yang saling terkait, yaitu:3
a. Terselenggaranya pertahanan negara yang mampu menghadapi ancaman
militer.
Untuk menjamin eksistensi NKRI. Ancaman militer bersifat fisik dan dapat
berbentuk agresi maupun bukan agresi.
b. Terselenggaranya pertahanan negara yang mampu menghadapi ancaman
non militer.
Untuk menjamin keutuhan NKRI. Walaupun tidak secara langsung
mengancam eksistensi NKRI, namun ancaman nonmiliter dapat
mengganggu dan melemahkan kehidupan berbangsa dan bernegara.
c. Terselenggaranya pertahanan negara yang mampu untuk ikut serta
mewujudkan perdamaian dunia dan stabilitas regional.
Keikutsertaan Indonesia dalam perdamaian dunia dan menjaga stabilitas
regional merupakan bentuk upaya untuk meniadakan atau mengurangi
ancaman terhadap eksistensi bangsa dan negara.
d. Terselenggaranya pertahanan negara yang didukung oleh industri
pertahanan yang kuat dan mandiri.
Untuk mampu menghadapi ancaman militer dan non militer diperlukan
dukungan alat utama sistem senjata (alutsista) yang tidak saja canggih,
tetapi juga sustainable. Oleh karena itu, untuk memenuhi alutsista tersebut
diperlukan industri pertahanan yang kuat dan mandiri.
Dalam rangka menjamin eksistensi bangsa dan negara dengan
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tanah tumpah darah
Indonesia, serta untuk mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan
wilayah NKRI, diperlukan suatu sistem pertahanan negara Indonesia yang kuat
dan handal4. Pertahanan Negara yang bersifat semesta bagi bangsa Indonesia
merupakan model yang dikembangkan sebagai pilihan. Dilihat dari jenis
1
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 23 Tahun 2019, Tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan
Negara
2
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 3 Tahun 2002, Tentang Pertahanan Negara
3
Strategi Pertahanan Negara. Kementerian Pertahanan RI, 2014, hal: 49-51, hlm. 49-51.
4
Ibid, hlm. 51.
ancaman terhadap pertahanan negara dapat digolongkan dalam ancaman
militer dan ancaman nonmiliter. Menghadapi ancaman militer menempatkan
TNI sebagai Komponen Utama diperkuat Komponen Cadangan dan Komponen
Pendukung. Menghadapi ancaman nonmiliter menempatkan
Kementerian/Lembaga di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, dibantu
unsur-unsur lain kekuatan bangsa.5
2. Sistem Pertahanan Semesta
Sistem pertahanan negara Indonesia menganut pada sistem pertahanan
negara yang bersifat semesta. Semesta artinya seluruh atau segenap6.
Pertahanan dalam sifat kesemestaan artinya melibatkan seluruh warga negara,
wilayah, serta segenap sumber daya nasional yang dipersiapkan secara dini
oleh pemerintah. Upaya pertahanan negara tersebut didasarkan pada
kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara, keyakinan akan kekuatan
sendiri, kegotong-royongan, pantang menyerah, keterpaduan, totalitas, dan
kebersamaan7.
Sifat kesemestaan dimanifestasikan dalam kesatuan cara berpikir dan
cara bertindak warga negara Indonesia, untuk terlibat dalam usaha-usaha
pertahanan negara. Kewajiban ikut serta dalam pembelaan negara ditujukan
bagi seluruh warga negara tanpa terkecuali, sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang. Pertahanan bersifat semesta dilaksanakan dengan
melibatkan Pertahanan Militer dan Pertahanan Nirmiliter secara sinergi,
terintegrasi, dan terkoordinasi untuk menghadapi setiap bentuk ancaman.
Sumber daya Pertahanan Militer bertumpu pada TNI sebagai komponen utama,
yang didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung melalui
mobilisasi yang dipersiapkan dan diorganisir untuk menghadapi ancaman
militer, sedangkan Pertahanan Nirmiliter bertumpu pada peran serta
Kementerian/ Lembaga di luar bidang pertahanan sebagai Unsur Utama
dibantu oleh Unsur-Unsur Lain kekuatan masyarakat dalam menghadapi
ancaman nonmiliter.8
Sistem pertahanan semesta disingkat sishanta, merupakan sistem
pertahanan yang melibatkan seluruh sumber daya nasional meliputi: sumber
daya manusia; sumber daya alam; dan sumber daya buatan, yang dipersiapkan
secara dini oleh Pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu,
terarah, dan berkelanjutan untuk menegakkan kedaulatan negara, menjaga
keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk
ancaman.9
Fakta sejarah perjuangan bangsa Indonesia mengungkapkan bahwa,
pada dasarnya sejak masa sebelum kemerdekaan, bangsa Indonesia telah
menerapkan sistem pertahanan semesta (Sishanta) dalam upayanya
menghadapi ancaman militer, non militer maupun hibrida (ancaman perpaduan
antara militer dan nonmiliter). Usaha bersama-sama seluruh rakyat Indonesia
dalam mempertahankan negara Indonesia terhadap ancaman negara atau

5
Purnomo Yusgiantoro, Strategi Pertahanan Negara. Kementerian Pertahanan RI, 2014.
6
https://kbbi.web.id/semesta
7
Strategi Pertahanan Negara, Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Op.Cit., hlm. 57.
8
Ibid, hlm. 54.
9
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 23 Tahun 2019, Op.Cit.
bangsa lain ini, mencerminkan sikap nasionalisme, patriotisme dan cinta tanah
air. Berikut ini beberapa contoh fakta sejarah yang mencerminkan penerapan
sishanta sejak masa penjajahan hingga masa kemerdekaan:
a. Sishanta pada Masa Penjajahan Belanda dan Jepang
Partisipasi rakyat dalam pertahanan di masa penjajahan Belanda, tepatnya
pada tahun 1927, pemerintah Belanda mengikutsertakan rakyat Indonesia
dalam kekuatan pertahanan keamanan (defensie grondslagen) untuk tugas
militer yang sifat-nya non tempur (non-kombatan), yang bertujuan
membantu korps-korps bantuan (hulpkerpsen), antara lain: Barisan Madura,
Legiun Mangku Negara, serta Legiun Paku Alam dan Prajuda Bali 10.
Pasca masa Penjajahan Jepang, dalam rangka pertahanan, Jepang
membentuk semacam komponen pendukung, seperti: Seinendan (Pasukan
Pemuda), Shui Sentai (Barisan Pelopor), Keibodan (Barisan Keamanan),
Heiho (Pembantu Serdadu) dan lain sebagainya. Mereka dimasukan dalam
angkatan darat Jepang (Kikugun), angkatan laut (Kaigun), serta Polisi
Militer (Kempwiho). Selanjutnya pada Bulan September 1943 dibentuk Bae
Oyagun atau Tentara Sukarela “Pembela Tanah Air”. 11

b. Sishanta dalam Perjuangan Kemerdekaan RI


1) Perlawanan Nirmiliter
Pada abad ke 20 (Organisasi Boedi Utomo 1908, Partai Nasional
Indonesia 1927 yang didirikan Ir. Soekarno, serta gerakan Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928, memproklamasikan Kemerdekaan RI pada
17 Agustus 1945).
2) Perlawanan Militer
a) Pertempuran 10 November 1945. Pertempuran Surabaya
merupakan pertempuran tentara dibantu oleh milisi
pro-kemerdekaan Indonesia atau rakyat, melawan tentara Brintania
Raya dan India Britania.
b) Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar
yang terjadi di kota Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia pada
23 Maret 1946.
c) Palagan Ambarawa, adalah peristiwa perlawanan rakyat bersama
tentara, melawan Sekutu yang terjadi di Ambarawa-Jawa Tengah
yang berlangsung dari 20 Oktober hingga 15 Desember 1945, yang
dipimpin oleh Jenderal Sudirman.

c. Sishanta dalam Menghadapi Ancaman Dalam Negeri


Organisasi kekuatan rakyat tersebut berperan mendukung gerakan-gerakan
operasi militer yang dilakukan oleh ABRI (Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia), baik dalam penumpasan pemberontakan DI/TII (Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia), PRRI/PERMESTA (Pemerintah)
Revolusioner Republik Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta), dan G30S
PKI (Gerakan Tigapuluh September PKI).

10
Partisipasi Rakyat Dalam Usaha Pembelaan Negara, Departemen Pertahanan Keamanan-Pusat Perlawanan dan
Keamanan Rakyat. Jakarta: Wankamra-Hansip, 1972, hlm. 10-11.
11
Ibid, hlm. 11-13.
B. Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan Tantangan terhadap
Pertahanan Semesta NKRI
Ancaman terhadap pertahanan adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari
dalam negeri maupun luar negeri yang bertentangan dengan Pancasila dan
mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa12. Pengelolaan
Sumber Daya Nasional untuk pertahanan negara dipersiapkan secara dini untuk
menghadapi ancaman. Ancaman tersebut terdiri atas ancaman militer, ancaman non
militer dan ancaman hibrida.13
1. Ancaman Militer
Ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi yang
dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.14 Ancaman militer
bersifat fisik dan dapat berbentuk agresi maupun bukan agresi. Ancaman militer
berbentuk agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata yang dilakukan oleh
suatu negara yang mengancam NKRI. Ancaman yang berbentuk bukan agresi
merupakan ancaman militer yang berskala terbatas sehingga ditangani dengan
pendekatan tertentu yang berbeda dengan pendekatan untuk agresi militer suatu
negara.15
2. Ancaman Non militer
Ancaman yang tidak menggunakan kekuatan bersenjata, namun dinilai
mempunyai kemampuan atau potensi yang membahayakan atau berimplikasi
mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan
segenap bangsa. Ancaman non militer pada hakikatnya merupakan ancaman
yang disebabkan oleh faktor non militer yang dapat membahayakan atau
berimplikasi mengancam pertahanan negara. Ancaman non militer berdimensi
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, keselamatan umum, dan
legislasi. Jenis ancaman ini dapat berasal dari luar negeri dan dapat pula
bersumber dari dalam negeri, serta dilakukan oleh aktor negara, maupun aktor
non negara.16
3. Ancaman Hibrida
Ancaman yang bersifat campuran dan merupakan keterpaduan antara
ancaman militer dan ancaman nonmiliter.17

Secara lebih terperinci Ancaman, Gangguan, Hambatan, Tantangan (AGHT)


terhadap Pertahanan Semesta NKRI terhadap pertahanan bangsa Indonesia dan
NKRI senantiasa berubah sesuai dengan dinamika perkembangan lingkungan
strategis baik global, regional maupun nasional, diantaranya.18

12
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 23 Tahun 2019, Op.Cit.
13
Ibid.
14
Penjelasan Undang Undang Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara
15
Strategi Pertahanan Negara, Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Op.Cit. hlm. 49.
16
Peraturan Menteri Pertahanan RI, Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Strategis Pertahanan Nirmiliter, hlm. 24.
17
Penjelasan Undang Undang nomor 23 tahun 2019 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan Negara.
18
Buku Putih Pertahanan Indonesia. Kementerian Pertahanan RI, 2014, hlm. 7-35.
1. Dinamika Keamanan Lingkungan Strategis di Kawasan Asia Pasifik
Kawasan Asia Pasifik merupakan kawasan yang sangat dinamis, cepat
berubah, dan penuh ketidakpastian. Situasi tersebut berdampak bukan hanya
dalam masalah ekonomi, melainkan juga dalam masalah keamanan. Ada
sekurang-kurangnya tiga perkembangan yang perlu dicermati dalam kurun
waktu lima tahun ke depan yang dapat berimplikasi pada stabilitas keamanan
kawasan, yaitu: perkembangan kekuatan militer Tiongkok; perkembangan
kebijakan strategis Amerika Serikat di kawasan; dan perkembangan di Laut
Tiongkok Selatan (South China Sea). Pertumbuhan perekonomian Tiongkok
yang tinggi menyebabkan Tiongkok memiliki peluang untuk melakukan upaya
modernisasi kekuatan dan peningkatan kapasitas militernya. Disisi lain Amerika
Serikat (AS) telah menerapkan suatu kebijakan strategis yang dinamakan “US
Rebalancing Strategy”, yang menentukan perubahan lingkungan strategis di
masa depan. Selain itu, beberapa negara di kawasan Asia Pasifik juga telah
melakukan upaya modernisasi kekuatan pertahanan, terutama yang dipicu
dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
2. Isu Perbatasan Antarnegara
Di kawasan Asia Pasifik masih terdapat sengketa perbatasan yang belum
sepenuhnya dapat diselesaikan oleh semua pihak. Fakta empiris menyatakan
bahwa salah satu penyebab utama terjadinya perang adalah persoalan batas
wilayah.
3. Konflik Intra dan Antarnegara
Konflik intra masih terjadi di kawasan Afrika bahkan sampai perang
saudara yang menyebabkan terjadinya korban kekerasan, dan pengungsian
penduduk. Konflik terjadi karena dipicu masalah pertarungan politik dan
kekuasaan, ketidakpuasan dan ketidakadilan sosial dan ekonomi, persaingan
akses ke sumber daya, penindasan serta kepemimpinan yang korup dan tidak
demokratis.
4. Kecenderungan Konflik Kontemporer
Pada dekade terakhir, pola konflik bersenjata mengalami perubahan yang
signifikan. Perkembangan teknologi pertahanan, upaya untuk menghindari
jatuhnya korban, biaya perang yang tinggi, dan semakin ketatnya penerapan
kaidah kaidah hukum dan konvensi internasional yang terkait dengan perang,
telah mempengaruhi kecenderungan bentuk konflik di dunia. Pola untuk
menguasai ruang sudah tidak lagi dilakukan secara frontal, tetapi dilakukan
dengan cara-cara nonlinier, tidak langsung dan bersifat “Proxy War”, yaitu
penciptaan kondisi lewat propaganda yang dilakukan dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi dan ruang “cyber” seperti jejaring sosial.
5. Terorisme
Proses globalisasi yang sedang berlangsung masih memberikan peluang
bagi terorisme global untuk berkembang. Berbagai organisasi teroris masih
memanfaatkan era keterbukaan untuk mendapatkan informasi dan saling
bekerja sama secara internal antara satu organisasi teroris dan yang lainnya.
6. Spionase
Kegiatan intelijen dengan berbagai cara dan metode cenderung dilakukan
oleh setiap negara. Upaya mendapatkan informasi akan dilakukan dengan
kegiatan intelijen. Berbagai bentuk kegiatan intelijen antara lain: intelijen
dengan menggunakan agen, klandestin atau mata-mata (human intelligence);
maupun dengan penggunaan teknologi seperti intelijen citra (imagery
intelligence), intelijen sinyal (signal intelligence), intelijen elektronik (electronic
intelligence), dan intelijen sumber terbuka. Indonesia menyadari dan
mewaspadai adanya upaya kegiatan intelijen termasuk penyadapan yang
dilakukan pihak asing.
7. Kejahatan Lintas Negara
Kawasan Asia Tenggara masih rawan terhadap kejahatan lintas negara.
Sesuai dengan ASEAN Plan of Action to Combat Transnational Crimes
(ASEAN-PACTC) tahun 2002, di kawasan Asia Tenggara terdapat 8 (delapan)
jenis kejahatan lintas negara yaitu: perdagangan gelap narkoba, perdagangan
manusia, sea-piracy atau pembajakan di laut, penyelundupan senjata,
pencucian uang, terorisme, kejahatan ekonomi internasional, dan kejahatan
cyber.

C. Pencegahan dan Penanggulangan terhadap AGHT


Sistem Pertahanan Semesta memadukan pertahanan militer dan pertahanan
nirmiliter, melalui usaha membangun kekuatan dan kemampuan pertahanan yang
kuat dan disegani, serta memiliki daya tangkal. Pertahanan yang dipersiapkan
secara dini berarti Sistem Pertahanan Semesta dibangun sejak masa damai sampai
masa perang, sebagaimana kondisi nyata bahwa membangun pertahanan
membutuhkan waktu yang lama, sedangkan perang dapat terjadi setiap saat.19
Pada masa damai, penerapan Sistem Pertahanan Semesta dilaksanakan
dalam kerangka pembangunan nasional yang tertuang dalam program pemerintah
yang berlaku secara nasional. Pada masa perang, Sistem Pertahanan Semesta
memadukan Pertahanan Militer dan Pertahanan Nirmiliter dalam susunan komponen
utama yaitu TNI, komponen cadangan dan komponen pendukung melalui mobilisasi.
Mobilisasi ditentukan oleh kebijakan dan keputusan politik negara melalui pernyataan
Presiden atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk mengerahkan dan
menggunakan secara menyeluruh sumber daya nasional sebagai kekuatan
pertahanan negara Republik Indonesia.20
Kemanunggalan TNI dan rakyat merupakan modal penting dalam upaya
pertahanan negara yang bersifat semesta. Dalam pertahanan yang bersifat semesta,
upaya pertahanan negara diselenggarakan dengan mengerahkan kekuatan
Pertahanan Militer dan Pertahanan Nirmiliter yang bersinergi.21

19
Ibid, hlm. 41.
20
Ibid, hlm. 43.
21
Strategi Pertahanan Negara, Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Op.Cit. hlm. 57.
Gambar 1. Komponen Pertahanan Negara

1. Penguatan Pertahanan Militer


Pertahanan Militer dibangun berdasarkan perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Pesatnya teknologi informasi yang berdampak
pada kemungkinan adanya ancaman dunia maya (cyberspace), serta pesawat
tanpa awak dan satelit yang dibangun untuk digunakan dalam menjaga dan
melindungi perbatasan. Pertahanan Militer dibangun dan diperkuat
berdasarkan Postur Pertahanan Militer yang bertumpu pada TNI sebagai
Komponen Utama (Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara),
yang didukung oleh Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung melalui
mobilisasi yang dipersiapkan dan diorganisir untuk menghadapi ancaman
militer.22
Dalam pembangunan sumber daya Pertahanan Militer mengacu kepada
kebijakan pembangunan postur kekuatan pokok minimal (Minimum Essential
Force/MEF), yang terdiri dari: Sumber Daya Manusia (SDM); Alat Utama
Sistem Senjata (Alutsista); Sarana Pangkalan dan Daerah Latihan; Industri
Pertahanan; Organisasi; dan Anggaran. Dalam Pertahanan Militer, TNI sebagai
lapis utama, melaksanakan tugas Operasi Militer Perang (OMP), dan tugas
Operasi Militer Selain Perang (OMSP).23
2. Penguatan Pertahanan Nirmiliter
Pertahanan Nirmiliter merupakan komponen pertahanan negara yang
dibentuk dengan tujuan menangkal ancaman nonmiliter yang berdimensi:
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, keselamatan umum, dan

22
Buku Putih Pertahanan Indonesia. Kementerian Pertahanan RI. Op. Cit. hal. 50.
23
Strategi Pertahanan Negara, Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Op.Cit. hlm. 54.
berdimensi legislasi.24 Pertahanan Nirmiliter bertumpu pada peran serta seluruh
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah dan Polri sebagai unsur-unsur
utama, dibantu unsur-unsur lain kekuatan bangsa di lingkup pendidikan, lingkup
masyarakat dan lingkup pekerjaan, dalam menghadapi ancaman nonmiliter.
Pertahanan Nirmiliter memperhatikan pendidikan kewarganegaraan yang
diwujudkan dalam Bela Negara. Keterlibatan warga negara Indonesia dalam
Pertahanan Nirmiliter disesuaikan dengan kapabilitas profesi, pengetahuan,
dan keahlian mereka sebagai perwujudan Sistem Pertahanan Semesta, yang
esensinya adalah perwujudan dari keikutsertaan segenap warga negara dalam
pertahanan negara. Pertahanan Nirmiliter selain berfungsi sebagai usaha untuk
menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan
keselamatan segenap bangsa, juga berfungsi dalam mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.25
3. Penguatan Sumber Daya Nasional
Strategi Pertahanan Negara diimplementasikan dengan mengerahkan
seluruh sumber daya nasional, melalui proses transformasi atau mengubah
serta meningkatkan nilai guna dan daya guna potensi sumber daya nasional
tersebut, yang meliputi:
a. Sumber Daya Manusia (SDM) adalah warga negara yang memberikan daya
dan usahanya untuk kepentingan bangsa dan negara.
b. Sumber Daya Alam (SDA) adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air,
dan udara yang dalam wujud asalnya dapat didayagunakan untuk
kepentingan Pertahanan Negara.
c. Sumber Daya Buatan adalah sumber daya alam yang telah ditingkatkan
daya gunanya untuk kepentingan Pertahanan Negara.
Penguatan sumber daya nasional dilaksanakan melalui berbagai usaha
yaitu: Bela Negara; Penataan Komponen Pendukung; Pembentukan
Komponen Cadangan; Penguatan Komponen Utama; serta Mobilisasi dan
Demobilisasi
Selanjutnya akan dijelaskan lebih rinci terkait upaya pencegahan dan
penanggulangan terhadap beberapa contoh ancaman kedaulatan NKRI yang dirasa
dekat dan sering terjadi dalam lingkungan kehidupan sehari-hari yaitu ancaman
terorisme, korupsi dan potensi ancaman di cyberspace.
1. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Ancaman Terorisme
Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya Terorisme adalah perbuatan
yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan
suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang
bersifat massal dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek
vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional.
Tindak Pidana Terorisme dapat disertai dengan motif ideologi atau motif politik, atau
tujuan tertentu serta tujuan lain yang bersifat pribadi, ekonomi, dan radikalisme yang
membahayakan ideologi negara dan keamanan negara.

24
Buku Putih Pertahanan Indonesia. Kementerian Pertahanan RI. Op. Cit. hal. 52.
25
Ibid.
Ancaman Terorisme berdasarkan bentuk wujud terdiri dari ancaman terorisme
fisik dan non fisik. Bentuk ancaman terorisme fisik yaitu yang menggunakan model
aksi, seperti peledakan atau pemboman, termasuk bom bunuh diri, penculikan,
pembajakan, penembakan, dan lain-lain. Sedangkan ancaman terorisme non fisik,
dilakukan dengan melancarkan serangan-serangan non fisik yang dapat
mempengaruhi pikiran orang, antara lain terorisme ideologi.26
Pemerintah wajib melakukan pencegahan tindak pidana terorisme, yang
dilaksanakan oleh instansi terkait antara lain: kementerian/lembaga; pemerintah
daerah; swasta; dan organisasi non pemerintah, sesuai dengan fungsi dan
kewenangan masing- masing yang dikoordinasikan oleh BNPT.27 Pemerintah dalam
mengimplementasikan upaya pencegahan tindak radikalisme-terorisme melalui
langkah antisipasi secara terus-menerus yang dilandasi dengan prinsip perlindungan
hak asasi manusia dan prinsip kehati-hatian. Artinya, ketika menjalankan fungsi dan
tugas pencegahan, pejabat yang berwenang selalu bersikap hati-hati (prudent)
dalam rangka memberikan perlindungan hukum dan hak perseorangan atau
kelompok orang yang dipercayakan kepada pejabat tersebut.28 Upaya pencegahan
tersebut dilaksanakan melalui 3 (tiga) pendekatan yang dilakukan secara simultan,
yaitu:
a. Pendekatan Kesiapsiagaan Nasional29
Program aksi kesiapsiagaan nasional merupakan langkah guna
menciptakan kondisi siap siaga untuk mengantisipasi terjadinya Tindak Pidana
Terorisme, melalui proses yang terencana, terpadu, sistematis dan
berkesinambungan, yang dilakukan melalui 5 (lima) strategi yaitu:
1) Pemberdayaan masyarakat
2) Peningkatan kemampuan aparatur
3) Perlindungan dan peningkatan sarana prasarana
4) Pengembangan kajian terorisme
5) Pemetaan wilayah rawan paham radikal terorisme
b. Pendekatan Kontra Radikalisasi30
Program aksi Kontra Radikalisasi dilakukan oleh kementerian/lembaga
terkait yang dikoordinasikan oleh BNPT dan dapat melibatkan pemerintah daerah
dan masyarakat seperti antara lain: tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat,
akademisi, organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, mitra strategis,
organisasi pelajar, dan organisasi kemahasiswaan. Kontra Radikalisasi dilakukan
secara langsung antara lain melalui sosialisasi, diseminasi, dialog, seminar, dan
workshop; atau tidak langsung antara lain dilakukan melalui buku, majalah, koran,
media sosial, pamflet, dan iklan. Pelaksanaan Kontra Radikalisasi dilakukan
melalui 3 (tiga) strategi yaitu:

1) Kontra Narasi
2) Kontra Propaganda
3) Kontra Ideologi

26
Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme di Indonesia, Kementerian Pertahanan RI, 2019, hlm. 14.
27
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 5 Tahun 2018, Bab VIIA.
28
Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme di Indonesia, Kementerian Pertahanan RI, Op. Cit., hlm. 24.
29
Peraturan Pemerintah RI, Nomor 77 Tahun 2019, Tentang Pencegahan Tindak Pidana Terorisme dan Perlindungan Terhadap
Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, dan Petugas Pemasyarakatan, BAB II.
30
Ibid, BAB II.
c. Deradikalisasi31
Deradikalisasi dilakukan kepada tersangka, terdakwa, terpidana, dan
narapidana diberikan melalui tahapan:
1) Identifikasi dan penilaian awal dan lanjutan
2) Rehabilitasi
3) Reedukasi
4) Reintegrasi Sosial
Deradikalisasi dilakukan kepada mantan narapidana tindakan
radikal-terorisme yang diberikan melalui tahapan:
1) Pembinaan wawasan kebangsaan
2) Pembinaan wawasan keagamaan
3) Kewirausahaan
Indonesia senantiasa berkomitmen dalam upaya penanggulangan terorisme,
termasuk diantaranya upaya penanggulangan terorisme di bawah kerangka
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam kaitan ini, Indonesia berperan aktif
dalam melakukan kerja sama dengan United Nations Counter Terrorism
Implementation Task Force (CTITF), Terrorism Prevention Branch-United Nation
Office for Drugs and Crime (TPB- UNODC), dan United Nations Counter-Terrorism
Executive Directorate (UNCTED). Lebih lanjut, Indonesia melakukan upaya untuk
mengimplementasikan 4 (empat) pilar United Nations Global Counter-Terrorism
Strategy (UNGCTS) yaitu:32
a. Mencegah penyebaran terorisme
b. Memberantas terorisme
c. Mengembangkan kapasitas negara dan memperkuat sistem PBB
d. Memastikan penegakan hak asasi manusia
2. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Ancaman Tindak Pidana Korupsi
Kata “korupsi” berasal dari bahasa latin “corruptio” atau corruptus, diturunkan
dari kata kerja “corrumpere”.33 Korupsi artinya penyelewengan atau penyalahgunaan
uang negara atau perusahaan dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang
lain, dan penggunaan waktu dinas (bekerja) untuk urusan pribadi. Tindakan korupsi
baik yang berupa uang, barang, maupun waktu, merupakan AGHT yang sangat
serius bagi segala upaya dan kerja keras yang dilakukan oleh WNI dalam mencapai
visi Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur.34 Terdapat tiga bentuk korupsi
antara lain korupsi waktu, korupsi barang dan jasa, dan korupsi uang. Berikut adalah
dampak dari ketiga bentuk korupsi tersebut:35
a. Dampak korupsi waktu biasanya tidak akan terjadi saat itu juga, hal tersebut juga
menjadikan seseorang menganggap enteng terhadap waktu. Akan tetapi, jika
kita terus melakukannya maka akan berdampak hilangnya kepercayaan yang
berimbas pada masa depan yang bersangkutan.
b. Merugikan keuangan negara dan ekonomi nasional
c. Menghambat pertumbuhan ekonomi dan mempengaruhi operasi bisnis,
lapangan kerja, dan investasi.
31
Ibid, BAB II.
32
Rahadian P. Paramita. Mengawal definisi terorisme dalam Undang-undang, diunduh dari
https://lokadata.id/artikel/mengawal-uu-antiterorisme-yang-baru (diakses 8 Juni 2020)
33
Juni Sjafrien Jahya. Say No To Korupsi !!. Jakarta: Visimedia, 2012.
34
Pencegahan Korupsi, Kementerian Pertahanan RI, 2019, hlm. 14.
35
Ibid, hlm. 18-19.
d. Mengurangi pendapatan pajak dan efektivitas berbagai program bantuan
keuangan.
e. Menurunnya kepercayaan terhadap hukum dan supremasi hukum, pendidikan
dan akibatnya kualitas hidup, seperti akses ke infrastruktur hingga perawatan
kesehatan.
Pencegahan korupsi adalah perkara yang tidak mudah diselesaikan karena
tindak pidana korupsi merupakan perilaku yang terbentuk dari kebiasaan perilaku
buruk sejak kecil. Solusi tepat bagi pencegahan korupsi ini hanya bisa dilakukan
dengan mempersiapkan generasi mendatang yang berkarakter kuat, yang memiliki
integritas dan komitmen yang kuat, memiliki prinsip-prinsip mulia seperti sikap dan
moral perilaku dalam kedisiplinan dan kejujuran. Persiapan tersebut dilakukan
dengan cara menanamkan kebiasaan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai
kebaikan yang terkandung dalam nilai dasar bela negara, sejak anak usia dini. Hal ini
dapat dilaksanakan melalui pendidikan di lingkup pendidikan informal yaitu keluarga,
pendidikan formal di sekolah, dan pendidikan non formal di tengah masyarakat.36
Pencegahan korupsi perlu dilakukan secara lebih optimal, sehingga diperlukan
upaya yang dilaksanakan bersama dan bersinergi oleh kementerian, lembaga,
pemerintah daerah, pemangku kepentingan lainnya, dan KPK, dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.37 Ada beberapa tindakan
pencegahan perilaku korupsi yang bisa dilakukan sejak dini, atau dibiasakan melalui
pendidikan sejak dini, yaitu antara lain dengan cara.38
a. Penanaman kejujuran sejak dini
b. Kedisiplinan dan taat pada hukum yang berlaku
c. Kesadaran mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi
d. Penerapan pajak kekayaan yang tinggi
e. Hidup sederhana dan bersyukur
Dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi, selain penanaman sikap dan
perilaku jujur dan disiplin seperti dikemukakan pada poin-poin di atas, juga sama
pentingnya adalah penanaman nilai karakter integritas serta nilai-nilai pendukungnya
yang relevan, yang terkandung di dalam nilai dasar bela negara.39 Integritas adalah
konsistensi antara tujuan yang telah ditetapkan dengan nilai, tindakan, norma,
metode, ukuran dan prinsip untuk mencapai tujuan tertentu. Orang yang memiliki
integritas adalah orang yang teguh dalam berprinsip, konsisten dalam bertindak,
bertanggung jawab, taat aturan hukum, berkarakter kuat, pantang menyerah, jujur,
berani mengakui kesalahan dan mengoreksinya.40
3. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Ancaman Potensi di Cyberspace
Potensi ancaman yang patut diwaspadai di era digital saat ini adalah ancaman
nonmiliter dari dunia cyber. Ancaman kegiatan tanpa bersenjata, namun mempunyai
kemampuan membahayakan atau berimplikasi mengancam pertahanan bangsa dan
negara. Ancaman nonmiliter tidak secara langsung mengancam kedaulatan,
keutuhan dan keselamatan bangsa, namun pada skala tertentu dapat bereskalasi
atau berkembang luas sehingga mengganggu stabilitas nasional, yang pada akhirnya

36
Ibid, hlm. 21.
37
Peraturan Presiden RI, Nomor 54 Tahun 2018, Tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi
38
Goto Kusanto. Korupsi Cermin Etika Sikap dan Mental Individu. Dikutip dan disari dari: banyumas kab.go.id/read/
39
Pencegahan Korupsi, Kementerian Pertahanan RI, Op. Cit. hlm. 22.
40
Salamadian. Pengertian Integritas, Komitmen, Kredibilitas dan Contohnya, Lengkap !, diunduh dari: https://salamadian.com/
pengertianintegritas-komitmen-kredibilitas/
mengancam eksistensi negara.41 Ada lima alasan mengapa kegiatan jaringan
internet di cyberspace merupakan AGHT yang patut diwaspadai pada masa kini yang
dapat berimplikasi pada tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, yaitu sebagai berikut:42
a. Jumlah pengguna internet di Indonesia semakin hari semakin meningkat dan
akan terus bertambah lagi.
b. Internet telah menimbulkan pengaruh signifikan di bidang ekonomi, sosial,
budaya, politik, hukum, pendidikan hingga agama
c. Internet telah mempengaruhi cara berpikir, perilaku, dan interaksi di antara
sesama manusia baik secara individu maupun kelompok
d. Masih rendahnya kemampuan literasi digital di kalangan masyarakat Indonesia,
sementara di saat yang sama tengah terjadi serbuan produk-produk teknologi
informasi portabel secara cepat dan masif yang memudahkan akses pada
internet.
e. Media sosial memiliki jumlah pengguna yang sangat tinggi di Indonesia
Beberapa ancaman di cyberspace yang langsung memberikan dampak secara
luas pada masyarakat, bangsa dan negara, yang terutama harus diwaspadai antara
lain:43
a. Cyber Crime (Kejahatan)
Cakupan kejahatan cyber yaitu: pembajakan; penipuan; pencurian; pornografi;
pelecehan; pemfitnahan; dan pemalsuan.
b. Cyber Fraud (Penipuan)
Kejahatan penipuan internet, atau penipuan yang memanfaatkan internet dan
dapat melibatkan penyembunyian informasi atau memberikan informasi yang
salah untuk tujuan mengelabui korban dari uang, property dan warisan.44
c. Cyber Gambling (Perjudian)
Perjudian online di cyberspace dalam jaringan internet telah memberikan cara
baru untuk perjudian dengan cara daring. Situs judi daring makin diminati di
tanah air, karena keleluasaan menjalankan aktivitas dan transaksi judi.45
d. Cyber Prostitution (Prostitusi)
Kejahatan berupa mengunggah konten pornografi di jaringan internet tanpa
mempertimbangkan dampaknya, serta melakukan transaksi seksual melalui
jaringan internet di cyberspace. Hal ini merupakan kejahatan seksual pada anak
dan remaja pengguna internet yang patut diwaspadai, khususnya dapat merusak
moral anak dan remaja bangsa Indonesia.46
Pemberdayaan potensi jaringan internet di cyberspace dalam upaya
pembinaan dan pengkondisian ketahanan nasional, akan dikupas berdasarkan
astagatra ketahanan nasional yang saling berhubungan, yaitu:47
a. Gatra Geografi
Wilayah Indonesia membentang dari Sabang sampai Merauke dengan
ribuan kepulauan dan garis pantai yang sangat panjang. Ini merupakan
kekayaan Indonesia, namun juga sangat rawan terhadap penyelundupan
dan pelanggaran wilayah terutama di pulau-pulau atau daerah yang sulit
dipantau seperti daerah perbatasan yang terpencil, daerah terluar dan
41
Strategi Pertahanan Negara, Kementerian Pertahanan RI, 2014, hlm. 32-34.
42
Sahrul Mauludi, Socrates Café: Bijak, Kritis & Inspiratif Seputar Dunia & Masyarakat Digital, (PT Elex Komputindo, 2018),
hlm. 17.
43
Pengetahuan Cyber, Kementerian Pertahanan RI, 2019, hlm. 30.
44
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/cyberfraud
45
https://oursite116e11.wordpress.com/pengertian-gambling-online-gambling-serta-sejarahnya/ (diakses Desember 2019)
46
Pengetahuan Cyber, Kementerian Pertahanan RI, Op. Cit., hlm. 6.
47
Pengetahuan Cyber, Kementerian Pertahanan RI, Op. Cit. hlm. 23.
terdepan. Untuk menjaga dan menjamin keutuhan wilayah negara
Indonesia yang demikian luas, diperlukan pengawasan yang efektif dan
efisien. Kemampuan teknologi di Era Revolusi Industri 4.0, merupakan
peluang sekaligus tantangan bagi bangsa dan negara Indonesia, untuk
dapat memberdayakan kecanggihan teknologi ini secara optimal, dalam
upayanya menjaga dan menjamin keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
b. Gatra Sumber Kekayaan Alam
Kekayaan alam di wilayah NKRI meliputi sumber dan potensi alam di
permukaan bumi, laut dan dirgantara, yang berfungsi sebagai sumber
kehidupan, sumber pendapatan nasional, sumber bahan baku industri,
sumber energi, sumber pariwisata, yang wajib dikelola, dilestarikan dan
dipertahankan secara optimal dan terus-menerus, demi kelangsungan
hidup bangsa dan negara. Pemerintah telah menyadari bahwa industri
digital penting untuk bisa tumbuh dengan cepat. Maka dari itu pemerintah
mulai berfokus ke pengembangan teknologi informasi salah satunya adalah
agar internet dapat diakses sampai ke pelosok negeri. Pemerintah juga
sangat mendukung para pengusaha untuk membangun startup digital di
bidang pertanian dan kelautan.48
c. Gatra Demografi
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan penduduk di
Indonesia akan terus meningkat hingga 2035. Jumlah penduduk diprediksi
akan mencapai 305,6 juta jiwa, 70% merupakan usia produktif, yang
dikenal dengan bonus demografi. Percepatan pertambahan penduduk di
Indonesia belum diimbangi dengan pembangunan sumber daya manusia
yang kontributif. Oleh karena itu, perkembangan teknologi digital di era
revolusi industri 4.0 saat ini dan di masa mendatang, diharapkan dapat
meningkatkan ketahanan nasional pada kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia Indonesia.49 Dengan jumlah SDM yang berkualitas dalam hal
keterampilan dan melek teknologi, bangsa ini akan benar-benar
mendapatkan bonus.50 Jadi untuk meningkatkan ketahanan pada unsur
demografi, harus dilakukan upaya untuk meningkatkan secara
berkesinambungan kemampuan SDM berkualitas, salah satunya
penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. Tantangan bangsa
Indonesia dalam meningkatkan ketahanan nasional pada gatra demografi di
era revolusi teknologi 4.0 adalah pada minimnya literasi digital warga
negara. Literasi digital adalah bagaimana agar para pengguna media digital
tidak hanya menjadi subjek yang dibanjiri oleh ribuan informasi secara
pasif, tetapi mampu mengubahnya menjadi pengetahuan yang bermanfaat
atau menjadikannya peluang, mampu menganalisis dan memecahkan
masalah. Para pengguna media digital mampu menciptakan pengetahuan
dengan cara yang kreatif dan inovatif dari beragam informasi yang mereka
akses di dunia maya.51

48
Sahrul Mauludi, Op.Cit., hlm. 60.
49
Pengetahuan Cyber, Kementerian Pertahanan RI, Op. Cit. hlm. 21.
50
https://www.kominfo.go.id/content/detail/12360/pandaimemanfaatkan-teknologi-digital/0/ sorotan_media/ (diakses Desember
2019).
51
Sahrul Mauludi, Op.Cit., hlm. 80
d. Gatra Ideologi52
Ketahanan nasional pada gatra ideologi, mencerminkan kondisi ketahanan
ideologi bangsa dalam menghadapi ancaman ideologi yang bertentangan
dengan Pancasila. Pancasila merupakan pedoman bangsa Indonesia
dalam menjaga kesatuan, persatuan dan keutuhan negara, dimana bangsa
Indonesia terdiri dari keanekaragaman yang tinggi sehingga dapat
berpotensi terjadinya perpecahan, perselisihan, dan konflik internal.
Tantangan ketahanan nasional di era digital pada gatra ideologi, terutama
dalam menghadapi ancaman perang mindset atau cyber war yang
dilakukan oleh cyber army warganet/netizen di tengah masyarakat sipil,
yang berpotensi memecah belah bangsa. Oleh karena itu, penting sekali
membangun sikap dan perilaku yang berlandaskan pada ideologi Pancasila
kepada semua netizen/warganet yang berperan sebagai cyber army, untuk
menangkal penyebaran ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
e. Gatra Politik
Politik adalah salah satu aspek kehidupan nasional yang satu pihak
berkaitan dengan penyaluran aspirasi rakyat sebagai wujud dan kedaulatan
di tangan rakyat. Dalam rangka mewujudkan ketahanan politik, diperlukan
kehidupan politik bangsa yang sehat dan dinamis, yang mengandung
kemampuan memelihara stabilitas politik yang berdasarkan Pancasila dan
UUD NRI 1945. Untuk itu diperlukan adanya keseimbangan, keserasian,
dan keselarasan hubungan antara penyelenggaraan pemerintah negara
dan masyarakat.53 Ketahanan nasional pada gatra politik di era digital,
memerlukan keberadaan undang-undang di dunia maya atau cyber law
untuk dijadikan sebagai aturan yang dipatuhi bersama. Dalam hal ini
Indonesia telah memiliki Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang berlaku sejak 21 April
2008.54 UU ITE ini sangat diperlukan demi adanya kepastian perlindungan
hukum bagi netizen maupun penyelenggara teknologi informasi.55 UU ITE
tidak hanya mengatur masalah kriminal, namun juga mengatur transaksi,
serba-serbi berbisnis, dan legalisasi dokumen di internet. Sekarang ini
bisnis sudah banyak yang dilakukan lewat internet. Jadi, harus ada hukum
yang mengakui keabsahan sebuah perjanjian kontrak, bisnis, jual beli, dan
sejenisnya.56
f. Gatra Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu aspek kehidupan nasional yang berkaitan
dengan individu maupun kelompok serta cara-cara yang dilakukan dalam
kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan. Faktor yang
mempengaruhi ketahanan ekonomi antara lain yaitu: sifat keterbukaan
dalam sistem perekonomian, manajemen, hubungan ekonomi luar negeri,
diversifikasi pemasaran, teknologi, struktur ekonomi, infrastruktur (sarana
dan prasarana), potensi dan pengelolaan sumber daya manusia (SDM),
serta potensi dan pengelolaan sumber dana. Sistem ekonomi Indonesia

52
Pengetahuan Cyber, Kementerian Pertahanan RI, Op. Cit. hlm. 28.
53
Fanny Kartika Oktavianti, Ketahanan Nasional, dikutip dan disari dari:
https://www.academia.edu/8337659/Asta-Gatra-ProvDIY
54
Pengetahuan Cyber, Kementerian Pertahanan RI, Op. Cit. hlm. 29-30.
55
Sahrul Mauludi, Op.Cit., hlm. 130.
56
Sahrul Mauludi, Op.Cit., hlm. 130.
diarahkan untuk dapat mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan yang
adil dan merata di seluruh wilayah melalui ekonomi kerakyatan serta untuk
menjamin kesinambungan pembangunan.57 Ketahanan nasional pada gatra
ekonomi di era digital, mencerminkan berbagai upaya yang dilakukan untuk
memberdayakan kemampuan digital ekonomi secara optimal, mengubah
ancaman implikasi teknologi revolusi industri 4.0 menjadi peluang yang
dapat memakmurkan bangsa dan negara.58
g. Gatra Sosial Budaya
Peningkatan ketahanan sosial budaya agar mampu menangkal penetrasi
budaya serta menangkal kejahatan sosial seperti antara lain: cyberbullying;
cyber prostitution/sex; cyberstalking; hate speech; dan hoax di era digital
yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional, diperlukan pengembangan
sosial budaya, toleransi kehidupan beragama, dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.59
h. Gatra Pertahanan dan Keamanan
Di era globalisasi saat ini, keberadaan cyberspace merupakan sebuah
kebutuhan bagi kehidupan manusia dan menjadi penghubung komunikasi
manusia satu dengan yang lain tanpa dibatasi jauh jaraknya. Kondisi ini
bukan tanpa efek negatif, keamanan cyber menjadi kebutuhan nyata dan
sangat mendesak karena efek yang ditimbulkan cyber war dan cyber crimes
dapat merusak atau mengacaukan kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara, juga dunia internasional.60 Beberapa negara saat ini sudah
membangun dan mempersiapkan organisasi atau badan yang bertanggung
jawab atas keamanan internet, sekaligus sebagai wadah untuk
menghimpun segala usaha pertahanan dan serangan balik terhadap
gangguan keamanan jaringan internet. Unit khusus pasukan cyber dalam
pertahanan dan keamanan negaranya.61
Seperti yang telah dipaparkan pada Bagian I halaman 3, bahwa Al-Jazeera
dalam B.A. Soewardi (2013)62 menyebutnya sebagai “fifth dimension of
warfare” selain darat, laut, udara dan ruang angkasa. Alasannya, inovasi
teknologi sedang mengubah dunia cyber menjadi garis depan pertempuran.
Dijadikannya ranah cyber sebagai matra perang kelima cukup beralasan,
karena semua negara pasti ingin meningkatkan kemampuan untuk
mengamankan diri dari serangan musuh. Kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dewasa ini akan menjadi landasan penting bagi
pengembangan doktrin militer di masa mendatang. Dengan demikian TIK
akan sangat mempengaruhi perubahan strategi militer.63

57
Fanny Kartika Oktavianti, Op. Cit., hlm. 13.
58
Pengetahuan Cyber, Kementerian Pertahanan RI, Op. Cit. hlm. 33.
59
Pengetahuan Cyber, Kementerian Pertahanan RI, Op. Cit. hlm. 34.
60
Buku Putih Pertahanan Indonesia, Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Op. Cit., hlm. 57.
61
Pengetahuan Cyber, Kementerian Pertahanan RI, Op. Cit. hlm. 40.
62
Bagus Artiadi Soewardi, Perlunya Pembangunan Sistem Pertahanan Siber (Cyber Defence) yang Tangguh bagi Indonesia,
Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan, Kementerian Pertahan RI, 2013, hal. 33.
63
Ibid.
D. Berbagai Gerakan Bela Negara
Sistem Pertahanan Semesta, yang pada prinsipnya melibatkan partisipasi atau
keikutsertaan seluruh kekuatan sumber daya nasional (seluruh WNI, SDA, Sumber
Daya Buatan dan Sarana Prasarana Nasional), melalui “Sinergitas Pertahanan
Militer dan Pertahanan Nirmiliter”, merupakan pilihan yang “paling tepat” untuk
menghadapi ancaman dan tantangan tersebut.
Partisipasi seluruh WNI, yang saling bahu-membahu berperan-serta di dalam
cakupan Sistem Pertahanan Semesta, merupakan perwujudan dari capaian tujuan
pembinaan kesadaran bela negara yaitu: (1) menyadarkan pentingnya
mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan
bangsa secara berkesinambungan dan pantang menyerah; (2) membentuk sikap dan
perilaku bela negara; serta (3) menggerakan seluruh WNI di setiap lingkup
(pendidikan, masyarakat, dan pekerjaan) untuk melakukan upaya tindakan nyata
bela NKRI, dalam bentuk gerakan-gerakan pertahanan semesta. Contoh gerakan
antara lain sebagai berikut:
1. Gerakan Bela Negara Melawan Ancaman Pemecah-Belah Bangsa
Gerakan Pemecah-Belah Bangsa yang akhir-akhir ini marak terjadi di
tengah-tengah masyarakat Indonesia, patut diwaspadai karena berpotensi
melemahkan pertahanan NKRI. Aspek ekonomi, politik dan agama, serta sosial
dan budaya, cenderung dimanfaatkan oleh gerakan ini untuk melakukan
provokasi kepada masyarakat melalui penyebaran informasi yang tidak akurat
serta tidak jelas sumbernya, yang didukung oleh sistem dan aplikasi digital dan
ketersediaan perangkat elektronika, untuk memancing amarah dan tindakan
negatif kontra produktif dari masyarakat.64 Berikut ini beberapa contoh Gerakan
nyata bela negara melawan gerakan pemecah-belah bangsa, yaitu:
a. Gerakan Suluh Kebangsaan yang diprakarsai Mahfud M. D., melakukan
kampanye kebangsaan di kampus-kampus dan kelompok masyarakat
lainnya untuk meneguhkan persatuan nasional.65
b. Gerakan anti kampanye hitam, politik identitas, nasionalisme sempit,
pragmatism, anti praktek politik uang dan politisasi SARA, yang bertujuan
untuk menurunkan kampanye hitam dan politisasi SARA, dan
meningkatkan pemahaman aktivis politik dan masyarakat tentang politik
beretika dan bermartabat.66
c. Gerakan revitalisasi budaya musyawarah mufakat dan gotong royong
melalui berbagai media sosial, media daring (dalam jaringan), iklan layanan
masyarakat, ceramah dan dialog interaktif, yang bertujuan untuk
menurunkan diktator mayoritas dan tirani minoritas di wilayah NKRI.67
d. Gerakan Kerukunan Umat Beragama Nasional, untuk mewujudkan
perkuatan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), dan menghindari
konflik bernuansa agama di wilayah NKRI.68
e. Gerakan peningkatan kapasitas program dan operasional TNI, Polri
bersama K/L dan Pemerintah Daerah untuk mencegah penyusupan anasir
asing, sekaligus pembangunan masyarakat di wilayah tertinggal, terpencil
dan perbatasan.69

64
https://www.republika.co.id/berita/ duniaislam/
islam-nusantara/17/02/23/oltify396-ulama-waspadai-gerakan-pemecah-belah-bangsa (diakses tanggal 26 Juni 2020).
65
https://news.okezone.com/read/2019/03/19/608/2032333/mahfud-md-sebut-ada-gerakan-ingin-memecah-ideologi-bangsa
66
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2018, Tentang Rencana Aksi Nasional Bela Negara Tahun 2018-2019, hlm. 30.
67
Ibid, hlm. 32.
68
https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/berita/efektivitas-fkub-dalam-pemeliharaan-kerukunan-umat-beragama
69
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2018, Tentang Rencana Aksi Nasional Bela Negara Tahun 2018-2019, hlm. 54.
2. Gerakan Bela Negara Melawan Ancaman Korupsi
Pemberantasan atau penanggulangan tindak pidana korupsi di era
reformasi, ditandai dengan lahirnya lembaga baru yang bernama Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Meskipun KPK telah bekerja dan berhasil
membongkar kasus-kasus korupsi yang besar, namun optimalisasi kinerja KPK
dalam melawan korupsi memerlukan dukungan Internalisasi nilai-nilai budaya
antikorupsi di semua lapisan masyarakat. Untuk itu KPK sebagai ujung tombak,
bekerja sama dengan semua komponen masyarakat, antara lain: Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM); Pers; Tokoh Masyarakat; Tokoh Adat; Tokoh
Agama; Aparatur Sipil Negara di semua lembaga pemerintah Pusat maupun
Daerah; TNI; Polri; Pendidik, Peserta Didik dan Tenaga Kependidikan di lingkup
pendidikan, dan pelaku usaha, bersinergi dalam membudayakan gerakan anti
korupsi, dalam rangka penanggulangan korupsi di Indonesia agar efektif dan
efisien. Berikut ini gerakan nyata bela negara yang dilakukan oleh generasi
muda sebagai penerus kepemimpinan bangsa. Oleh karena pejabat yang kini
bergelimang harta hasil korupsi, bisa jadi dulunya adalah mahasiswa yang
berteriak lantang tentang integritas dan keadilan. Untuk itulah, kesadaran dan
karakter anti-korupsi harus dibangun melalui pemahaman dan pembentukan
budaya masyarakat muda yang secara tegas menjauhi segala bentuk korupsi.
Dari internalisasi kultural yang berpengaruh hingga personal, diharapkan
mampu membentuk generasi anti-korupsi yang bertahan sejak dini hingga
ketika menjabat di kepemimpinan bangsa kelak.
Dari berbagai Ancaman terhadap pertahanan negara, ancaman Korupsi ini
yang merupakan Ancaman nyata yang paling dekat sehubungan dengan tugas
dan fungsi pegawai di Kemenkeu. Berbagai gerakan nyata yang dapat
dilakukan ialah dengan menginternalisasi Budaya dan Nilai-nilai Kementerian
Keuangan. Sebagai wujudnya gerakan secara masif dilakukan oleh Badan
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan dengan berbagai Program Pendidikan
Pelatihan bagi seluruh Pegawai ASN Kemenkeu.
3. Gerakan Bela Negara Melawan Ancaman Radikal-Terorisme
Radikalisme-Terorisme akan selalu menjadi ancaman serius, dan dalam
melawannya pun harus dilakukan secara serius. Sebagian masyarakat tak
menyadari bahwa para teroris terus melancarkan propagandanya melalui
aksi-aksi yang tidak kasat mata, seperti antara lain melalui cara “menyisipkan”
pemahaman ideologi radikal-terorisme melalui berbagai ceramah di dalam
pertemuan-pertemuan keagamaan, yang dilakukan secara intensif-sistematis,
terstruktur, dan massif. Sasaran penanaman ideologi radikal terorisme ke
seluruh anggota keluarga WNI, melalui metode berjenjang.70 Contoh gerakan
nyata bela negara yang telah dilakukan selama ini untuk melawan ancaman
radikal-terorisme antara lain:
a. Pembentukan FKPT (Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme) oleh
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada tahun 2012.
FKPT ada di berbagai wilayah di Indonesia.
b. Implementasi program kontra-radikalisasi dan deradikalisasi yang bertujuan
membangun benteng agar lebih tahan jika ada ancaman paham radikal
baik dari dalam maupun luar.

70
Sistem Pertahanan Semesta, Kementerian Pertahanan RI, 2019, hlm. 58.
4. Gerakan Bela Negara Melawan Ancaman Pandemi
Indonesia sangat rawan dengan ancaman pandemi penyakit pernafasan.
Secara geografis, wilayah Indonesia yang sangat luas dan terbuka, menjadi
akses lalu lintas manusia dan barang yang relatif tidak dapat dikontrol dan
diawasi secara efektif. Kondisi tersebut sangat tidak menguntungkan apabila
ada ancaman penyebaran penyakit, seperti yang terjadi saat ini yaitu ancaman
penyebaran penyakit pernapasan oleh coronavirus yang dikenal dengan virus
covid-19.71 Implementasi gerakan nasional bela negara, yang merupakan
perwujudan sinergitas Pertahanan Militer dan Pertahanan Nirmiliter dalam
Sishanta, dilakukan melalui kegiatan antara lain:
a. Masyarakat Sipil dan TNI bahu membahu menyiapkan tenaga medis dan
sarana prasarana seperti antara lain: Wisma Atlet yang di upgrade menjadi
Rumah Sakit darurat, tempat perawatan kurang lebih 2.500 pasien
Covid-19.
b. Gerakan untuk membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan
Covid-19 kolaborasi antara TNI, Polri, BNPB, Seluruh K/L serta Kelompok
Relawan,
c. TNI membantu proses pengangkutan alat-alat medis yang telah dibeli
pemerintah Indonesia dari China, dengan mempergunakan Pesawat
Hercules TNI AU.

71
Ibid, hlm. 55.

Anda mungkin juga menyukai