Anda di halaman 1dari 41

PENYAKIT

DIFTERI

SUDIN KESEHATAN JAKARTA BARAT


7 DESEMBER 2017
DEFINISI OPERASIONAL

Difteri adalah suatu penyakit yang ditandai dengan


panas lebih kurang 38oC disertai adanya
pseudomembran (selaput tipis) putih keabu-abuan
pada tenggorokan (laring, faring, tonsil) yang tak
mudah lepas dan mudah berdarah.

Satu Kasus Difteria adalah KLB (KemenKes RI)


PENYAKIT DIFTERI
Kuman Penyebab Corynebacterium diphtheriae
Sumber Manusia (Penderita/Carrier)
penularan
Cara penularan Kontak dengan penderita pada masa inkubasi
Kontak dengan Carrier
Melalui pernafasan (droplet infection, muntahan,
luka (difteri kulit)- Mencemari tanah sekitarnya.

Masa Inkubasi 2 – 5 hari


Masa penularan  Dari penderita : 2 – 4 minggu (sejak masa
inkubasi)
 Dari Carrier bisa sampai 6 bulan

Kematian Komplikasi (Myocarditis)


Rata2: 5-10%
Umur < 5 th & > 40 th: bisa mencapai 20 %
Patogenesis Difteria

Percikan
ludah
Kolonisasi
di tenggorokan
Terhirup
dan memproduksi toksin

Nekrosis setempat Terbentuk pseudo


dan terkumpul membran
jaringan mati

Toksin diserap dan masuk Miokarditis,


ke peredaran darah menyebar neuritis
ke otot jantung, ginjal,
syaraf perifer

Mortimer E.A.and Wharton M., in Vaccines, 1999.


Atkinson W. et al., in Epidemiology and Prevention of Vaccine-preventable Diseases, 1996d.
Kebijakan Imunisasi dalam Penanggulangan Difteri di Indonesia

•Imunisasi Rutin
–1983: Dasar(bayi): DPT 1-3
–1998: Booster BIAS –SD kl 1: DT
–2011: Booster BIAS –SD kl 1 s/d 3: DT & Td
–2014: Booster DPT pd18 bln
–2017 – 2018 : Booster BIAS –SD kl 1 : DT , 2 : Td
-2019 : Booster BIAS –SD kl 1, 2 & 5: DT & Td

•Imunisasi padaKLB:
–sasaran sampai dengan usiat ertua kasus
–Jenis vaksin disesuaikan dengan usia:
•< 5 th: DPT
• 5 –7 th: DT
•> 7 th: Td
–Luas wilayah disesuaikan kajian epidemiologi
–Metode pemberian disesuaikan kajian cakupan imunisasi
DATA KASUS DIFTERI DI DKI JAKARTA
TH 2016 – 2017
DATA KASUS DIFTERI DI JAKARTA
BARAT TAHUN 2016 - 2017
PER KECAMATAN
TAHUN 2017
Penemuan Kasus (1)
 Definisi Kasus klinis = Probable (WHO-2003):
 Faringitis, Laringitis atau tonsilitis dan ditemukannya
membran yang melekat pada faring/laring atau
mucosa hidung

 Definisi Kasus konfirm (WHO-2003)


 Kasus klinis yang ditemukan kuman difteria pada
pemeriksaan spesimen
 Kasus klinis & ada hub epidemiologi dg kasus
konfirm lab.
Penemuan Kasus (2)
 Definisi Kontak:
 Serumah atau sepermainan atau kontak dengan sekret
penderita

 Definisi Karier:
 Hasil lab positif tetapi tidak ada manifestasi klinis
Tatalaksana Kasus (1)
Kasus Klinis/Probable/Lab konfirm
Mengeluarkan
Bakteri: Corynebacterium diphtheriae Toksin

Antibiotik
Darah

ADS Menyebabkan
(Anti Difteri Serum)
• Miokarditis
• Susunan
syaraf &
Kematian Pusat 
lumpuh
• Gagal ginjal
Tatalaksana Kasus (2)
 Difteri Laring
 Diisolasi
 Anti toksin: ADS (test sensitivitas lebih dulu)
 Terapi Curative selama 14 hari:
 Eritromysin 40 - 50 mg/kgbb/hr mak 2 g/hr
 Atau PP-G (Procain Penicillin-G) 25rb – 50rb U/kgbb/hr
max 1.2 jt dibagi dalam 2 dosis
 Suportif

 Difteria kulit
 cleansing dan terapi antimikrobial 10 hari
Pemberian Anti Difteri Toksin
(ADS)
Kondisi Penyakit Rentang Dosis Antitoksin
(Int’l Unit)
Lesi kulit saja 20.000 – 40.000
Penyakit faring/laring dalam 20.000 – 40.000
durasi <48 jam
Lesi nasofaring 40.000 – 60.000
Penyakit yang meluas dalam 80.000 – 100.000
durasi >72 jam
Pembengkakan difus pada 80.000 – 100.000
leher
* Note: 1 vial ADS = 10 cc = 20.000 IU
Pemberian ADS
 Uji kepekaan
 Tes Kulit:
 ADS 0,1 cc pengenceran 1:10 NaCl 0,9%  intra kutan
 Hasil dibaca 15 – 20 mnt
 (+) bila teraba indurasi berdiameter min 10 mm
 Tes Mata:
 ADS 0,1 cc pengenceran 1:10 NaCl 0,9%  teteskan
pada kelopak mata bag bawah
 Kelopak mata bag bawah dari mata lainnya diteteskan
dengan NaCl 0,9 % saja sebagai kontrol
 Hasil dibaca pada 15 – 20 mnt
 (+) bila konjungtivitis (mata merah, bengkak, lakrimasi)
  konjungtivitis diobati dengan kortikosteroid.
Pemberian ADS (lanjutan)
Tes Kepekaan

(+) (-)

1. Berikan ADS secara bertahap interval • Berikan ADS sekali


20 mnt dan ditingkatkan, dg pemberian – tetes melalui
pengenceran NaCl 0,9%, sbb: infus (iv) dengan
2. 0,05 cc -- 1:20  subkutan melarutkan dalam 200 cc
3. 0,1 cc – 1:20  subkutan NaCl 0,9%
4. 0,1 cc – 1:10  subkutan • Pemberian selesai dalam
5. 0,1 cc tanpa pengenceran  subkutan 2 jam (± 34 tts/mnt)
6. 0,3 cc tanpa pengenceran  subkutan
7. 0,5 cc tanpa pengenceran  subkutan
8. 1 cc tanpa pengenceran  subkutan
9. Sisanya berikan secara “drips”
10. Bila ada tanda reaksi anafilaktik berikan
adrenalin 1:1000
Tatalaksana Kasus (Suportif)
 Tirah rebah 2-3 minggu (lebih lama bila terjadi
miokarditis)
 Diet makanan lunak kalori tinggi yang mudah
dicerna
 Prednison 1,0-1,5 mg/kgbb/hari, tiap 6-8 jam
pada kasus berat selama 14 hari
 Waktu dipulangkan: Imunisasi 0,5 mL i.m. : DPT
anak <3 thn, DT anak 3-7 tahun, Td anak > 7
tahun (tanpa melihat status imunisasi
sebelumnya)
Tatalaksana Kontak & Karier

* ERITROMISIN secepatnya
• dosis : 50 mg/kg BB/hari
• waktu pemberian : 4xsehari
• lama pemberian : 7 – 10 hari
• cara pemberian : sehabis makan
• anak-anak : sirup 250 mg x 4 /hari
• dewasa : 500 mg x /hari
• pantauan : PMO
• side efek : mual dan diare
Tatalaksana Kasus (2)
 Kultur ulang dilakukan minimal 2 minggu setelah terapi
terhadap kasus/kontak/karier, bila masih positif diberikan
terapi ulang selama 10 hr.
PENETAPAN STATUS KLB DIFTERI DI JAKARTA BARAT
(TGL 6 DESEMBER 2017)

LANGKAH – LANGKAH KEGIATAN ORI

I PERSIAPAN :
1. MENGHITUNG JUMLAH SASARAN (USIA 1 – 19 TH )

2. MENGHITUNG KEBUTHAN LOGISTIK DAN PENDITRIBUSIAN

3. MENGHITUN JUMLAH SDM / TENAGA

4. MENGHITUNG KEBUTUHAN BIAYA OPERASIONAL

5. ADVOKASI, INFORMASI DAN MOBILISASI MASYARAKAT


II. PELAKSANAAN

1. SASARAN : USIA : 1 – 19 TAHUN

2. TIDAK MEMANDANG STATUS IMUNISASI

3. INTERVAL PEMBERIAN VAKSIN YANG TERAKHIR DENGAN


PEMBERIAN VAKSIN SAAT ORI MINIMAL 4 MINGGU

4. PELAKSANAAN MULAI TANGGAL 11 DESEMBER 2017


SERENTAK DI JAKARTA BARAT

5. INTERVAL PEMBERIAN : 0 – 1 – 6 BL ( DESEMBER – JANUARI


– JUNI )

6. MENAJEMEN COOL CHAIN HARUS SESUAI SOP

7. PENANGANAN LIMBAH
Penyelidikan KLB (1)
 Tujuan:
 Memastikan KLB
 Mencegah/memutus rantai penularan
 Mencari kasus tambahan
 Menentukan karier dan kontak
 Memberikan pengobatan yang tepat
 Menentukan faktor resiko
 Mengetahui gambaran Epidemiologi
 Memberikan rekomendasi pengendalian kejadian
difteria
Penyelidikan KLB (2)
 Memastikan KLB
 Klinis/Probable
 Lab konfirm: sample
swab faring dan nasal
 Mencegah Penularan • Serumah
 Mencari kasus • Tetangga
tambahan/kontak/karier • Sekolah
• Tempat kerja
dari rumah ke rumah
• Pertemuan
 Memberikan
pengobatan sesuai  Kasus
klasifikasinya.  Karier
 Kontak
Penyelidikan KLB (3)
 Menentukan faktor resiko
 Usia
 Status imunisasi : kasus, karier
dan kontak
 Cakupan imunisasi
 Rutin (Bayi) Desa tempat tinggal
kasus pada periode sesuai usia kasus
 Booster: BIAS, PIN/SubPIN
 Kebersihan lingkungan
Penyelidikan KLB (3)
Status Im Kasus
 Mengetahui gambaran 16

Epidemiologi 14
12
10
 Time, Place, Person 8 Imun
Tidak
6

Kurve Epidemiologi 4
5 2
0
4 Imun Tidak

3
Kasus
2

0
5 6 7 8 9 10 11
Mg/2013

Lokasi KLB:
Kasus – Gol Umur
RT/RW, Desa, Kec, Kab - Prop
Penyelidikan KLB (4)
 Memberikan rekomendasi Identifikasi faktor resiko:
pengendalian kejadian 1. Umur
difteria, berdasarkan hasil 2. Status im
3. Cakupan Imunisasi area
kajian penyelidikan KLB KLB
 Sweeping/BLF untuk
melengkapi status
imunisasi dasar atau
booster Analisa data
 Perbaikan cold chain
 Sistem surveilans yang Tindak Lanjut
lebih sensitif dalam
deteksi dan laporan
dini.
 Perbaikan kesling
Algoritme
PENYELIDIKAN KLB DIFTERI
Kasus Cari kasus • Serumah , Tetangga, Sekolah, Tempat kerja,
Indeks tambahan Pertemuan

Gejala dan Tanpa gejala


tanda (+) & tanda

Ambil spes
Antibiotik yang sesuai
Pengobatan Eritromisin,
Kasus: 14 hr , Karier & Kontak: 7 - 10 hr
Ke 2 : 10 hr

Test Resistensi (+) (-)


(+)
Kasus Karier Kontak

Sembuh
(+) (+) Ambil spes ulang (-)

DPT: < 3 th , DT 3 – 7 th , Td > 7 th


Alur Pelaporan Ditjen PP & PL
Kemenkes RI
Surveilans Difteri

Dinas Kesehatan
SMS
Center Provinsi

 Laporan KLB Difteri


 Laporan Surveilans Integrasi
PD3I Kab./Kota
Dinas  STP
: umpan balik Kesehatan
: laporan
Kab./Kota
Laporan KLB
Difteri
STP

W1 FP-PD
Puskesmas Rumah Sakit

Kasus
Pelaporan kasus
Berlaku Laporan Nihil

 Laporan Mingguan Puskesmas (W2/EWARS)


dan RS (FP-PD/KDRS)
 Laporan Bulanan Integrasi Kab/Kota/Propinsi
 Laporan KLB Puskesmas/Kab-Kota/Propinsi
Pengambilan Spesimen (1)
1. Probable
 Saat penderita dinyatakan sebagai kasus Probable.
 Diambil Usap Hidung & Usap tenggorok
 Kasus bisa diambil beberapa kali ( bisa 3x atau lebih, sesuai
permintaan dokter)
 Kasus boleh pulang dari RS apabila sudah dinyatakan kultur
Difteri negatif sebanyak minimal 3x berturut-turut
Pengambilan Spesimen (2)
2. Kontak
 Kontak erat: keluarga, yang menjaga di RS, guru,
teman sekelas, teman bermain, teman ngaji, dll.
 Kontak erat minimal dalam satu keluarga setelah
dinyatakan ada probable.
 Kontak dengan gejala diambil Usap hidung dan
usap tenggorok
 Kontak tanpa gejala diambil Usap hidung saja
 Kontak yang positip di follow up setelah
profilaksis
Pengambilan Spesimen (3)
Persiapan
 Siapkan media Amis dan swab steril
 Tempelkan label identitas penderita pada tabung.
 Specimen carrier
 Tempat buangan infeksius
 APD ( Jas Lab, Sarung tangan karet, Masker bedah)
 Form identitas penderita / kontak
Pengambilan Spesimen
Usap Hidung
 Duduk dan tengadahkan kepala pasien
 Posisi Petugas berada disamping kanan pasien
 Bukaswab dari pembungkusnya, masukkan swab
pada lubang hidung sejajar palatum, biarkan
beberapa detik sambil diputar pelan.
 Inokulasikanswab dengan cara mengusap sambil
memutar swab pada permukaan media Amis,
segera tutup rapat tabung media , buang swab
dalam wadah infeksius.
 Masukkan media dalam Specimen carrier, siap
dikirim ke Laboratorium pemeriksa.
Pengambilan Spesimen Usap
Tenggorok
 Duduk dan tengadahkan kepala pasien dan diminta
mengucapkan “aaaa”
 Posisi Petugas berada disamping kanan pasien
 Buka swab dari pembungkusnya, Dengan spatula
tekan pangkal lidah, masukkan swab pada daerah
faring dan tonsil kanan kiri apabila terdapat membran
putih keabuan usapkan swab pada daerah tepi
membran menekan agak kuat ( bisa sampai berdarah)
 Inokulasikan swab dengan cara mengusap sambil
memutar swab pada permukaan media Amis, segera
tutup rapat tabung media , buang swab dalam wadah
infeksius.
 Masukkan media dalam Specimen carrier, siap dikirim
ke Laboratorium pemeriksa.
Cara Pengiriman Spesimen (1)
 Specimen carrier diberi label Alamat pengirim
dan penerima lengkap.
 Masukan media Amis yang sudah
diinokulasikan dengan spesimen swab ke
dalam specimen carrier
 Letakkan posisi berdiri dengan tutup diatas
dengan memakai rak tabung. Apabila tidak
ada rak tabung upayakan sedemikian rupa
sehingga posisi tetap dalam keadaan berdiri.
Sisi yang longgar diberi gabus / kertas
supaya tidak berubah posisi.
Cara Pengiriman Spesimen (2)

 Tidak boleh memakai pendingin / ice pack.


 Kirim secepatnya ke Laboratorium dalam waktu 24 jam tiba
diLaboratorium.
 Sertakan form List Penderita dan form W1.
DIFTERIA FARING – LARING
Tatalaksana bedah:
tracheostomi untuk mengatasi sumbatan
DIFTERIA KULIT & MUKOSA

Tumpukan
nanah dan
membran
pada dasar
tukak
DIFTERIA MATA,
SECRET SEROSANGUINEUS
DIFTERIA KULIT
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai