Anda di halaman 1dari 23

MODUL FORENSIK DAN

MEDIKOLEGAL

TRIGGER 5 : BEKAS KUBURAN


MASSAL

OLEH :
TUTORIAL VII
FASILITATOR: DR. RIKA SUSANTI SP.F
Step 1
Clarify Unfamiliar Terms
1. Komparasi : teknik yang dimaksudkan untuk
mengetahui dan menguji perbedaan 2 kelompok atau
lebih

2. Antemortem : data korban sebelum meniggal

3. Posrmortem : data korban setelah meninggal

4. Rekonsiliasi : pencocokan data


Step 2
Define The Problems
1. Bagaimana teknik pemeriksaan kerangka untuk mengetahui
jenis kelamin, ras, umur dan tinggi badan?
2. Data apa saja yang diperlukan untuk proses identifikasi?
3. Bagaimana korelasi antara data korban hidup dengan
penemuan jenazah?
4. Jika keluarga korban menolak tindakan medis yang dilakukan
apa saja yang harus dilakukan rumah sakit?
5. Selain pemeriksaan kerangka apakah ada pemeriksaan lain
yang dilakukan untuk identifikasi korban?
Step 3
Brainstorm Possible Hyphothesis or Explanation

1. Dengan pemeriksaan odontologi

2. Pakaian, sidik jari, properti, fisik, medik

3. Jika data antemortem dan postmortem cocok berarti


korban teridentifikasi

4. Melakukan edukasi kepada keluarga pasien mengenai


resiko jika pengobatan tidak dilakukan

5. LO
Step 4
Arrange explanation into a Tentative Sollution
RUMAH SAKIT

JENAZAH PASIEN

TIDAK DIKENAL TINDAKAN MEDIS

IDENTIFIKASI INFORMED CONSENT

ANTEMORTEM DAN
ASPEK HUKUM
POSTMORTEM
Step 5
Define Learning Objective
Mahasiswa mampu mengetahui, mengerti, dan
menjelaskan tentang :
1. Identifikasi jenazah tidak dikenal
a. Data antemortem
b. Data postmortem
- jenis-jenis data postmortem
- teknik pemeriksaan postmortem
- teknik rekonsiliasi
2. Aspek hukum informed consent
Step 6
Gather Information and Private
Study

BELAJAR MANDIRI
Step 7
Share The result of Information and Private Study
1. Data antemortem
Data antemortem sangat diperlukan dalam
proses identifikasi. Antemortem adalah data diri
korban sebelum meniggal. Data-data ini dapat
diperoleh melalui keluarga atau kerabatnya.
Metode pengumpulan data antemortem biasanya
dilakukan dengan 2 metode, metode sederhana
dan metode ilmiah. Metode sederhana biasanya
akan dilakukan pengumpulan ciri-ciri fisik,
perhiasan, dan pakaian yang dipakai sbelumnya,
serta foto dokumentasi. Metode ilmiah biasanya
dilakukan dengan pengumpulan data mengenai
Sidik jari, rekam medis, cairan tubuh seperti
darah, air mani, air liur, keringat dan kotoran di
tempat kejadian perkara, ordontologi (gigi),
antropologi, biologi.
2. Data postmortem
a. Jenis
Identifikasi primer
- Sidik jari
- Catatan gigi
- DNA

Identifikasi sekunder
- Pemeriksaan medis
- Harta benda milik korban
- foto
b. Teknik

1. Body tagging and bagging

Pelabelan tubuh masing-masing dengan


nomor identifikasi yang unik, diikuti oleh
penenmpatan di dalam kantong kedap air tubuh
dilakukan oleh tim DVI. DVI merancang
pelabelan yang terdiri urutan angka
internasional – situs nomor – (5 digit) tubuh
nomor (misalnya 65-1-00123).
2. Fingerprinting

Sidik jari dari tubuh yang sangat membusuk atau


mengalami lebam mayat, yang hampir selalu
menunjukkan deskuamasi kulit yang meluas,
menimbulkan tantangan yang cukup untuk petugas
polisi. Identifikasi fingerprinting menggunakan “teknik
bubuk” yang memerlukan aplikasi hati-hati dan lembut,
dimana prosesnya menabur bedak kering ke ujung jari
dengan kuas, disertai permukaan dari kulit longgar di
bagian distal dari jari-jari yang berisi lipatan kulit yang
unik, teknik ini bekerja dengan cukup sukses.
3. Forensic Phatology

Prosedur ini terdiri langkah-langkah berikut:

a. Tubuh dikirim ke kamar mayat oleh bagian sidik jari

b. Penulis menerima dan menandatangani formulir


pelacakan

c. Ahli patologi dan juru tulis mengkonfirmasi nomor tubuh,


menggunakan formulir PM merah muda DVI

d. Nomor tubuh di foto

e. Teknisi mengangkat dan mencuci pakaian korban untuk


menampilkan masing-masing merek, ukuran dan desain
pakaian kemudian di foto dan di catat.
f. Semua efek perhiasan dicuci, difoto dengan tubuh tempat
terpasangnya perhiasan, dijelaskan dan direkam, mereka
kemudian ditempatkan dalam kantong tertutup yang pada
gilirannya ditempatkan di kantong mayat.

g. Sebuah pemeriksaan luar tubuh dilakukan antara lain


untuk menentukan jenis kelamin, tinggi , usia
diperkirakan, melihat tatto, bekas luka, fisik, kelainan dan
karakteristik lainnya dicatat.

h. Membuat sayatan pada garis tengah untuk memeriksa ada


tidaknya kantong empedu, usus buntu, genitalia interna
wanita, dan visum lain.
h. Bukti dari setiap penyakit lain diidentifikasi, dicari dan
dicatat.

i. Pembersihan mandibula untuk memfasilitasi selanjutnya


pemeriksaan gigi forensik. Tubuh akhirnya disampaikan ke
bagian gigi.
4. Forensic dentistry

Ilmu gigi forensik terdiri dari 2 bagian:


pmeriksaan gigi dan radiologi gigi. Tim dari
odontologi diawasi oleh seorang odontologist
senior bekerja di bagian ini. Untuk memudahkan
pemeriksaan gigi dilakukan insisi bilateral dari leher
anterior ke atas ke bagian belakang telinga. Kulit
dan jaringan di bawahnya kemudian terdorong ke
atas seluruh wajah untuk mengekspos rahang atas
dan rahang bawah.
Pada pemeriksaan gigi, 1 dokter gigi memeriksa
gigi tetap,sementara yang lain mendokumentasikan
hasil. Jumlah tim bisa sampai dengan 4 orang yang
bisa bekerja di bagian ini pada waktu itu.

Pertama gigi disikat bersih untuk dokumentasi


fotografi. Foto three polaroid diambil yang terdiri
dari pandangan frontal gigi anterior dan pandangan
oklusal rahang atas dan bawah. Foto-foto ini diberi
label dengan nomor tubuh.
c. Teknik rekonsiliasi
Rekonsiliasi dengan prinsip komparasi
merupakan fase rekonsiliasi yang dilakukan
dengan komparasi ciri identitas pada data
postmortem dan antemortem. Rekonsiliasi
juga berguna untuk memastikan identifikasi
dengan ketentuan minimal ada 1 data primer
dan 2 data sekunder yang benar sehingga
jenazah dapat teridentifikasi dan diserahkan
ke keluarga beserta surat-surat lainnya.
2. Aspek hukum informed consent
Menurut permenkes no
290/menkes/per/III/2008 dan UU no 29 th 2004
pasal 45 serta manual persetujuan tindakan
kedokteran KKI tahun 2008, maka informed
consent adalah persetujuan tindakan kedokteran
yang diberikan kepada pasien atau keluarga
terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan
secara lengkap mengenai tindakan kedokteran
yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
Persetujuan yang ditanda tangani oleh pasien
atau keluarga terdekat tersebut, tidak
membebaskan dokter dari tuntutan jika dokter
melakukan kelalaian.
Tindakan medis yang dilakukan tanpa persetujuan
pasien atau keluarga terdekatnya, dapat digolongkan
sebagai tindakan melakukan penganiayaan
berdasrkan KUHP pasal 351. Informasi yang wajib
diberikan sebelum suatu tindakan kedokteran
dilaksanakan adalah:
- Diagnosa yang telah ditegakkan
- Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan
- Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut
- Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada
tindakan kedokteran tersebut
- Alternatif cara pengobatan lain
- Prakiraan biaya yang menyangkut tindakan tersebut
Aspek hukum perdata, suatu tindakan medis
yang dilakukan oleh pelaksana jasa tindakan
medis (dikter) tanpa adanya persetujuan dari
pihak pengguna jasa tindakan medis (pasien),
sedangkan pasien dalam keadaan sadar penuh
dan mampu memberikan persetujuan, maka
dokter sebagai pelaksana tindakan medis dapat
dipersalahkan dan digugat telah melakukan suatu
perbuatan melawan hukum berdasarkan pasal
1365 kitab Undang-undang hukum perdata. Hal
ini karena pasien mempunyai hak atas tubuhnya,
sehingga dokter dan harus menghormatinya.
KESIMPULAN
Identifikasi forensik merupakan upaya yang
dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk
menentukan identitas seseorang. Identifikasi dibagi
menjadi identifikasi primer dan sekunder. Yang
termasuk identifikasi primer adalah sidik jari, catatan
gigi, dan DNA dan yang termasuk dalam identifikasi
sekunder adalah pemeriksaan medis, harta benda milik
korban dan foto. Dalam identifikasi jenazah tidak
dikenal diperlukan data antemortem dan data
postmortem.
Antemortem adalah data fisik khas korban sebelum
meniggal. Mulai dari pakaian atau aksesoris yang
terkahir dikenakan, barang bawaan, tanda lahir, tatto,
bekas luka, cacat tubuh, foto diri, berat dan tinggi
badan serta sampel DNA.
Data postmortem adalah data fisik yang diperoleh
melalui personal identification setelah korban
meninggal seperti sidik jari, golongan darah, konstruksi
gigi dan foto diri korban pada saat ditemukan lengkap
dengan barang-barang yang melekat di tubuhnya dan
sekitarnya bahkan termasuk isi kantong pakaianya.
Melakukan identifikasi jenazah tak dikenal
merupakan tindakan medis yang tidak memerlukan
adanya informed consent, berbeda dengan tindakan
medis pada pasien yang harus ada informed consent
seperti pada perMenkes no 290/MenKes/per/III/2008
dan UU no 29 tahun 2004 pasal 45 serta manual
persetujuan tindakan kedokteran KKI tahun 2008.

Anda mungkin juga menyukai