Skrofuloderma Integumen
Skrofuloderma Integumen
PENDAHULUAN
Skrofuloderma adalah salah satu bentuk tuberkulosis kutis yang paling sering ditemukan di
Indonesia, terjadi akibat penjalaran per kontinuitatum dari organ di bawah kulit yang telah
terkena penyakit tuberkulosis, misalnya kelenjar getah bening (KGB), sendi atau tulang.
ETIOLOGI
• Lokasi tersering di leher, diduga merupakan penjalaran dari KGB servikal, sedangkan lokasi lain
yang cukup sering adalah aksila dan inguinal.
• Porte d’entrée skrofuloderma di daerah leher adalah pada tonsil atau paru. Jika di ketiak
kemungkinan porte d’entrée pada apeks pleura, jika di lipat paha pada ekstremitas bawah.
• Kadang-kadang tiga tempat predileksi tersebut diserang sekaligus, yakni pada leher, ketiak dan
lipat paha. Pada kejadian tersebut kemungkinan besar terjadi penyebaran secara hematogen.
GEJALA KLINIS
• Bervariasi, tergantung durasi penyakit
• Mula-mula hanya beberapa kelenjar yang diserang, lalu makin banyak dan
sebagian konfluensi.
• Seluruh kelenjar getah bening sudah mengecil (<1 cm), konsistensi keras
• LED meningkat
• Tes Tuberkulin; hasil (+) berarti pernah atau sedang menderita penyakit tuberkulosis
• Pemeriksaan Histopatologis
• Pemeriksaan Bakteriologis
GEJALA KLINIS
• Perbaiki keadaan umum
• Insisi dan eksisi pada abses tidak diperlukan, jika eksisi tetap dilakukan, dua jenis obat
bakterisidal diberikan untuk terapi seperti INH dan Rifampicin selama sembilan bulan
PENGOBATAN
• Obat Lini I sangat efektif untuk digunakan terutama untuk fase inisial :
- Isoniazid, Rifampicin, Aminoglikosid dan
Ethambutol
• Obat Lini II biasanya digunakan pada pasien yang resisten terhadap Mycobacterium :
- Pirazinamid, Etionamid,Viomycin,
Kanamycin, Capreomycin.
GEJALA KLINIS
Isoniazid • Bersifat bakteriostatik
• Dosis: 5 mg/kg BB, max 300 mg • Tidak boleh diberikan pada anak di bawah
Etambutol
GEJALA KLINIS
• Fase I ( Intensif/Inisial )
membelah secepat-cepatnya
dan sebanyak2nya.
INH, Rifampicin :
REGIMEN PENGOBATAN