Anda di halaman 1dari 21

Risk Factors for Delayed Speech

in children aged 1-2 years

Pembimbing: dr. Dyah Retno W, Sp.A


Disusun oleh:
Sabrina Azima
(201820401011157)

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
Background
Keterlambatan bicara keterlambatan
perkembangan yang paling umum terjadi
pada anak-anak.

Menurut data RS Dr. Cipto Mangunkusumo


pada tahun 2007  Dari 436 anak 100
diantaranya mengalami keterlambatan bicara

Deteksi dini pada keterlambata bicara sangat


penting  intervensi sedini mungkin.
Objectives
• Mengetahui hubungan keterlambatan bicara
pada anak usia 1-2 tahun dengan beberapa
faktor resiko seperti jenis kelamin, usia
kehamilan, berat lahir, asfiksia perinatal, lingkar
kepala, penutupan anterior fontanel,
perkembangan motorik kasar, durasi menyusui,
pengasuh, jumlah saudara kandung, paparan
(gedget dan atau televisi), dan interaksi sosial.
Methods
Sampel: 126 anak
dengan usia 1-2 tahun
Penelitian di RS Dr.
Cipto 2 kelompok:
Metode
Mangunkusumo dan - Kontrol pengumpulan data :
Klinik Anakku, bulan (perkembangan bicara purposive sampling
Agustus 2017-April normal)
2018
-Kasus (keterlambatan
perkembangan bicara)
Variabel

Asfiksia
Jenis kelamin Usia kehamilan Berat Lahir
perinatal

Penutupan
Perkembangan Durasi
Lingkar kepala anterior
motorik kasar menyusui
fontanel

Paparan
Jumlah
Pengasuh (gedget dan Interaksi sosial
saudara
atau televisi)
Tahapan perkembangan bicara
dan bahasa
Results
• Laki-laki : 75 (59,53%) • 5 variabel yang
• Perempuan 51 (40,47%) menunjukkan hasil yang
• Usia terbanyak : 22-24 signifikan:
1. Asfiksia perinatal
bulan
2. Keterlambatan
perkembangan motorik
kasar
3. Pemberian ASI <6 bulan
4. Paparan media (gedget
dan atau televisi) > 2 jam
per hari
5. Kurangnya interaksi sosial
Discussion
Dari 126 anak (sample)  50% mengalami keterlambatan
bicara

• 14,5% pada anak dengan


Mondal et rentang usia dari 13 – 24
al bulan yang mengalami
keterlambatan bicara.
Keterlambatan bicara terhadap jenis kelamin memiliki hasil
tidak signifikan (P=0,07)  laki-laki (68,3%) dan
perempuan (31,7%)

• Hasilnya signifikan  anak laki-


Keegstra et laki lebih banyak mengalami
al (2006) keterlambatan bicara
dibandingankan perempuan

• Hasilnya signifikan  anak laki-


Mondal et al laki lebih banyak mengalami
(2016) keterlambatan bicara
dibandingankan perempuan
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia
kehamilan (P=0,151) dan BBL (P=0,296) terhadap kejadian
keterlambatan bicara

• usia kehamilan  P=0,67


Mondal et al • BBL  P=0,296

Asfiksia perinatal memiliki nilai signifikan terhadap


hubungan terjadinya keterlambatan bicara  P=0,028

Nguefack et al • 44% (P=0,05)  asfiksia


(2013) perinatal
Hubungan ukuran lingkar kepala dan penutupan anterior
fontanel dengan kejadian keterlambatan bicara tidak
memiliki nilai signifikan  Lingkar kepala (P=0,215) &
penutupan anterior fontanel (P= 0,547)

Davi-
• Hasil signifikan pada lingkar kepala 
dovitchet et P=0,03
al

• Terlambatnya proses penutupan ubun-


ubun menggambarkan proses
Esmaeili et al keterlambatan baik pada motorik
kasar dan, keterlambatan bicara dan
ganggua fungsi kognitif
Hubungan keterlambatan perkembangan motorik kasar
dengan kejadian keterlambatan bicara bernilai signifikan 
61,9% (P=>0,001)

• Membandingkan antara bayi yang masih


Bedford R et menggunakan baby-walker dengan bayi yang
sudah bisa berjalan tanpa bantuan  kemampuan
al berbicara lebih baik pada bayi yang bisa berjalan
mandiri dibanding bayi dengan baby-walker

Hubungan durasi pemberian ASI <6 bulan dengan kejadian


keterlambatan bicara memiliki hasil yang signifikan 
P=0,001

Vestergaard et • bayi dengan pemberian ASI eksklusif akan


memiliki perkembangan dalam bahasa
al dan bicara yang normal.
Hubungan pengasuh (ibu/pengasuh/ lainnya) dengan
keterlambatan bicara memiliki nilai tidak signifikan 
P=0,152

Suparmiati et al • Tidak signifikan

Hubungan jumlah saudara kandung dengan keterlambatan


bicara memiliki nilai tidak signifikan  P=0,53

• P=0,023  signifikan (anak tunggal dalam


keluarga memiliki kesempatan lebih tinggi
Keegstra et al mengalami keterlambatan bicara dibanding
dengan anak-anak yang memiliki saudara
Dari 63 anak dengan keterlambatan bicara, 42,9%
mendapatkan paparan media (gedget dan atau televisi) > 2
jam per hari

• Pengaruh paparan media (gedget dan


Duch et al atau televisi) > 2 jam perhari  bermakna
sebagai faktor resiko keterlambatan bicara

Hubungan interaksi sosial dengan keterlambatan bicara


memiliki nilai bermakna  P=<0,001

• Anak dengan keterlambatan bicara memiliki


interaksi sosial yang kurang dibanding dengan
Beras et al anak dengan keterampilan bahasa dan bicara
normal memiliki interaksi sosial yang baik.
Conclusion
Paparan
Pemberian ASI
gedget > 2
<6 bulan
jam per hari

Keterlambatan Interaksi sosial


motorik kasar yang kurang
Keterlambatan
berbicara
Thanks!

Any questions?

Anda mungkin juga menyukai