A. Arti Iman
• Secara bahasa iman berasal dari kata amana
berarti benar/percaya, sedangkan menurut
syara’ berarti membenarkan dengan hati,
dalam arti menerima dan tunduk kepada hal-
hal yang diketahui berasal dari Nabi Muhamad.
Dengan demikian Iman kepada Allah berati
iman atau percaya bahwa Allah satu-satunya
dzat yang mencipta, memelihara, menguasai,
dan mengatur alam semesta.
• Iman tidak cukup dalam hati. Iman harus
dilahirkan dalam perbuatan nyata dalam
bentuk amal sholeh atau perilaku yang baik.
Disamping itu, pengertian tersebut juga
membawa makna bahwa iman tidak sekedar
beriman kepada apa yang disebutkan di
dalam “rukun iman” saja, tetapi lebih dari itu,
cakupan iman meliputi segala hal yang dibawa
oleh Nabi Muhammad, Misalnya, iman
terhadap kewajiban sholat, zakat, puasa, haji,
juga tentang halal haramnya sesuatu.
B. Taqwa
• Menurut imam ghozali : Taqwa dalam Al qur’an ada
tiga pengertian. Pertama: Takut dan malu, Kedua: Taat
dan beribadah, Ketiga: Membersihkan hati dari dosa
• Secara umum, taqwa adalah perkataan yang
mengungkapakan penghindaran diri dari kemurkaan
Allah SWT dan Siksa-Nya. Yakni dengan melaksanakan
apa yang diperintah-Nya dan menahan diri dari
melakukan segala larangan-Nya. Hakikat taqwa ialah
Tuhan melihat kehadiranmu dimana Dia telah
melarangmu. Tuhan tidak kehilangan kamu dimana
Dia telah memerintahkanmu.
C. Amalan Taqwa
• Amalan taqwa adalah semua perbuatan dalam
kehidupan yang dilandaskan syariat, baik fardhu, wajib,
sunah, mubah, haram dan makruh.
• Termasuk juga segala perkara dalam kehidupan
keseharian, bidang ekonomi, pembangunan, pendidikan,
kenegaraan, kebudayaan, manajemen, kesehatan dan
sebagainya. Asalkan yang dilakukan atau ditinggalkan itu
terkait dan karena Allah, maka itu taqwa. Sedangkan
amalan yang tidak terkait dan tidak dilakukan karena
Allah, itu adalah amalan yang tidak ada jiwa, atau rohnya
dan ia tidak ada nilainya di sisi-Nya.
Beberapa ciri-ciri orang bertaqwa:
1. Gemar menginfaqkan harta bendanya dijalan Allah, baik
dalam waktu sempit maupun lapang.
2. Mampu menahan diri dari sifat marah.
3. Selalu memaafkan orang lain yang telah membuat salah
kepadanya ( tidak pendendam).
4. Tatkala terjerumus pada perbuatan keji dan dosa atau
mendzalimi diri sendiri, ia segera ingat Allah, lalu bertaubat,
memohon ampun kepada-Nya atas dosa yang telah
dilakukan.
5. Tidak meneruskan perbuatan keji itu lagi, dengan kesadaran
dan sepengetahuan dirinya.
Beberapa buah dari ketaqwaan:
1. Akan memperoleh Al-Furqon yaitu kemampuan untuk
membedakan antara yang haq dan yang batil, halal dan
haram, antara yang sunnah dengan bid’ah. Serta
kesalahannya dihapus dan dosa-dosanya di ampuni.
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa
kepada Allah niscaya Dia akan memberikan kepadamu
Furqon dan menghapuskan segala kesalahan-
kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan
Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al-Anfal: 29)
2. Akan memperoleh jalan keluar dari segala
macam problema yang dihadapinya,
3. Amal baiknya diterima Allah hingga menjadi
berat timbangannya di hari akhir kelak, mudah
penghisabannya dan ia menerima kitab catatan
amalnya dengan tangan kanan.
4. Serta Allah memasukkan ke dalam Surga, kekal
di dalamnya serta hidup dalam Keridhoan-Nya.
Ciri-ciri Masyarakat Modern
Ciri-ciri pokok masyarakat modern menurut Deliar Noor:
a. Bersifat rasional yakni lebih mengutamakan pendapat
yang berdasarkan akal.
b. Berfikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya
memikirkan masalah yang bersifat sesaat.
c. Menghargai waktu, yakni dengan memafaatkan waktu
sebaik-baiknya dan seefektif mungkin sehingga tidak ada
waktu yang mubadzir tanpa makna.
d. Bersifat terbuka yakni mau menerima kritikan, saran,
masukan untuk perbaikan yang datang dari manapun.
e. Berfikir obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut
fungsi dan kegunaannya bagi masyarakat.
Tantangan, Problema Dan Resiko Kehidupan Modern
Ada Pertanyaan mendasar yang harus
dijawab:
1. Darimanakah asal manusia dari kehidupan
ini?
2. Untuk apa manusia dan kehidupan ini ada?
3. Mau kemana manusia pada saat ini dan
kehidupan setelah ini?
Berikut ini merupakan simpulan permasalahan masyarakat kita
akibat produk dunia pendidikan:
1. Agama dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dengan
pengaturan kehidupan (sekularisme) sehingga agama (Islam)
tidak lagi berperan sebagai pengendali motivasi manusia
(driving integrating motive) atau factor pendorong (unifying
factor).
2. Kepribadian peserta didik mengalami keguncangan citra diri
(disturbance of self image) dan kepribadian yang pecah (spli
personality) sehingga tidak memiliki kepribadian yang Islami
(Asy Syakhshiyyah Al Islamiyyah).
3. Pola hidup masyarakat bergeser dari social-religius kearah
masyarakat individual materialistis dan sekuler.
4. Pola hidup sederhana dan produktif cenderung kearah
pola hidup mewah dan konsumtif.
5. Struktur keluarga yang semula extended family
cenderung kearah nuclear family bahkan menuju
single parent family.
6. Hubungan keluarga yang semula erat dan kuat
cenderung menjadi longgar dan rapuh.
7. Nilai-nilai agama dan tradisional masyarakat
cenderung berubah menjadi masyarakat modern
bercorak sekuler dan.
8. Lembaga perkawinan mulai diragukan dan masyarakat
cenderung untuk memilih hidup bersama tanpa nikah.
9. Ambisi kerier dan materi yang tidak terkendali
mengganggu hubungan interpersonal baik dalam
keluarga maupun masyarakat.
10. Jaminan terhadap kesehatan bagi masyarakat juga
semakin jauh. Dengan adanya swastanisasi pada
pengelolaan kesehatan berakibat pada mahalnya
biaya kesehatan. Sementara fasilitas kesehatan yang
disediakan pemerintah tetap tidak mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang memadai.
Peran Iman dan Taqwa dalam Menjawab
Problem dan Tantangan Kehidupan Modern
• Pendidikan yang materialistik – sebagaimana
dapat dicermati pada Bagian Skematis Akar
Masalah Pendidikan dan Solusi
Paradigmatiknya – adalah buah dari
kehidupan sekuleristik yang terbukti telah
gagal menghantarkan manusia menjadi sosok
pribadi yang utuh, yakni seseorang Abidu al-
Shalih yang Muslih
Dua hal penyebab masalah diatas adalah:
• Pertama, paradigma pendidikan yang keliru dimana dalam
sistem kehidupan sekuler, asas penyelenggaraan pendidikan
juga sekuler. Tujuan pendidikan yang ditetapkan adalah buah
dari paham sekuler, yakni sekadar membentuk manusia-
manusia yang berpaham materialistik dan serba individualistik.
• Kedua, kelemahan fungsional pada tiga unsur pelaksana
pendidikan, yakni (1) kelemahan pada lembaga pendidikan
formal yang tercermin dari kacaunya kurikulum serta tidak
berfungsinya guru dan lingkungan kampus sebagai medium
pendidikan sebagaimana mestinya, (2) kehidupan keluarga yang
tidak mendukung, dan (3) keadaan masyarakat yang tidak
kondusif.
Simpulan
• Bahwa iman dan taqwa itu sesuatu yang harus dimiliki
seorang mukmin, karena dengan itu kita bisa menyakini ,
dan takut hanya kepada Allah. Sehingga apa yang
diperintahkan Allah kita selalu senantiasa
mengerjakannya. Taqwa juga bisa menjadikan kita
sebagai manusia yang mulia di sisi Allah.
• Bila landasan kehidupan sekaligus tuntunan dan tujuan
kehidupan manusia sudah mulai goyah atau terbuai
dengan perkembangan zaman, maka manusia akan mulai
mengalami kehancuran. Hal ini bisa dicegah dengan
selalu memupuk iman dan ketaqwaan dalam diri