Anda di halaman 1dari 19

Askep Poliomyelitis

PENGERTIAN POLIOMYELITIS
POLIOMYELITIS, ADALAH PENYAKIT YANG DAPAT MERUSAK SISTEM
SARAF DAN MENYEBABKAN PARALYSIS. PENYAKIT INI PALING SERING
TERJADI PADA ANAK-ANAK DI BAWAH UMUR 2 TAHUN. INFEKSI VIRUS
INI MULAI TIMBUL SEPERTI DEMAM YANG DISERTAI PANAS, MUNTAH
DAN SAKIT OTOT. KADANG-KADANG HANYA SATU ATAU BEBERAPA
TANDA TERSEBUT, NAMUN SERING KALI SEBAGIAN TUBUH MENJADI
LEMAH DANLUMPUH (PARALISIS)
B. Klasifikasi
Ada 2 klasifikasi yaitu :
• Polio non-paralisis
• Polio Paralisis
Polio paralisis dikelompokkan sesuai dengan lokasi
terinfeksinya,yaitu:
1) Polio SpinalStrain
2) Bulbar Polio
C. Epidemologi .
Di Indonesia ,sebelum perang dunia II, penyakit polio merupakan
penyakit yang sporadic-endemis,epidemi pernah terjadi di
berbagai daerah seperti Bliton sampai ke banda, Balikpapan,
bandung Surabaya,Semarang dan Medan Epidemi terakhir
terjadi pada tahun 1976/1977 di Bali Selatan.
• Terjadinya wabah polio biasanya akibat:
a.Sanitasi yang jelek
b.Padatnya jumlah penduduk
c.Tingginya pencemaran lingkungan oleh tinja
d.Pengadaan air bersih yang kurang
• Penularan dapat melalui:
a. Inhalasi
b. Makanan dan Minuman
c. Bermacam serangga seperti lipas dan lalat.
Dalam salah satu symposium imunisasi dijakarta(1979) dilaporkan
bahwa:
1. Jumlah anak berumur 0-4 tahun yang tripel negative makin
bertambah (10%)
2. Insiden polio berkisar 3,5-8/100.000 penduduk.
3. Paralytic rate pada golongan 0-14tahun dan setiap tahun
bertambah dengan 9.000 kasus.Namun,10 tahun terakhir terjadi
penurunan drastic penyakit ini akibat gencarnya program imunisasi
diseluruh dunia maupun Indonesia.
D. Etiologi
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu :
1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon ; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan. Masa
inkubasi : 7-10-35 hari
Klasifikasi virus :
Golongan: Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia: Picornaviridae
Genus: Enterovirus
Spesies: Poliovirus
Secara serologi virus polio dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:
· Tipe I Brunhilde
· Tipe II Lansing dan
· Tipe III Leoninya
Penularan virus terjadi melalui :
1. Secara langsung dari orang ke orang
2. Melalui tinja penderita
3. Melalui percikan ludah penderita

Virus masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak didalam


tenggorokan dan saluran pencernaan,lalu diserap dan disebarkan
melalui system pembuluh darah dan getah bening
Resiko terjadinya Polio:
a) Belum mendapatkan imunisasi
b) Berpergian kedaerah yang masih sering ditemukan polio
c) Usia sangat muda dan usia lanjut
C. Manifestasi Klinis
• Poliomielitis Asimtomatis: Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala
karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama
sekali.
• Poliomielitis Abortif: Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa
hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri
kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
• Poliomielitis Non Paralitik: Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis
abortif, hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2
hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi
demam atau masuk ke dalam fase ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini
dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion
spinal dan kolumna posterior.
• Poliomielitis Paralitik: Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai
kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis
akut pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus.
E.Patofisiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron yang
terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan
fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena
poliomyelitis ialah :

1. Medula spinalis terutama kornu anterior.


2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio retikularis
yang mengandung pusat vital
3. Sereblum terutama inti-inti virmis.
4. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-kadang
nucleus rubra.
5. Talamus dan hipotalamus.
6. Palidum.
7. Korteks serebri, hanya daerah motorik.
F. Komplikasi
1. Hiperkalsuria
2. Melena
3. Pelebaran lambung akut
4. Hipertensi ringan
5. Pneumonia
6. Ulkus dekubitus dan emboli paru
7. Psikosis

G.Pencegahan
Cara pencegahan dapat dilalui melalui :
1. Imunisasi
2. Jangan masuk daerah endemis
3. Jangan melakukan tindakan endemis
H. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat
imunitas
2. Pemeriksaan Fisik
a. Nyeri kepala
b. Paralisis
c. Refleks tendon berkurang
d. Kaku kuduk
e. Brudzinky
I. Diagnosa Keperawatan
• Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d
anoreksia, mual dan muntah.
• Hipertermi b/d proses infeksi.
• Resiko ketidakefektifan pola nafas dan
ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis otot.
• Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf.
• Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis
J. Intervensi
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.
intervensi:
1. Kaji pola makan anak.
2. Berikan makanan secara adekuat.
3. Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.
4. Timbang berat badan.
5. Berikan makanan kesukaan anak.
6. Berikan makanan tapi sering.
rasional:
1. Mengetahui intake dan output anak.
2. Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang.
3. Mencukupi kebutuhan nutrisi dengan seimbang.
4. Mengetahui perkembangan anak.
5. Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak.
6. Mempermudah proses pencernaan.
2. Hipertermi b/d proses infeksi.
intervensi:
Pantau suhu tubuh.
Jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat mandi/kompres.
Hindari mengigil.
Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit.
rasional:
Untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih
Dapat menyebabkan efek neurotoksi.
Mengurangi penguapan tubuh.
Dapat membantu mengurangi demam.
3. Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan
nafas b/d paralysis otot.
intervensi:
1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman.
2. Auskultasi bunyi nafas.
3. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi
fowler.
4. Berikan tambahan oksigen.

rasional:
Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi dapat mencegah komplikasi.
Mengetahui adanya bunyi tambahan.
Merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru.
Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru.
4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf.
intervensi:
Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri.
Libatkan orang tua dalam memilih strategi.
Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non farmakologis khusus sebelum nyer
Minta orang tua membantu anak dengan menggunakan srtategi selama nyeri.
Berikan analgesic sesuai indikasi.

rasional:
Teknik-teknik seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan distraksi dapat membuat nyeri dan dapat
lebih di toleransi
Karena orang tua adalah yang lebih mengetahui anak.
Pendekatan ini tampak paling efektif pada nyeri ringan.
Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada tindakan yang diperlukan
Mengurangi nyeri.
5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis.
intervensi:
Tentukan aktivitas atau keadaan fisik anak.
Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada).
Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti
pemasukan makanan yang tidak adekuat
Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman.

rasional:
Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi program
rehabilitasi.
Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak.
Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahankan atau
meningkatkan mobilitas.
Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak untuk berjalan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai