Anda di halaman 1dari 87

CSS

MENINGITIS

ELSHA SASKIA
ANGGIT ARISTA NUGRAHA
REIZA DEIRFANA
ANATOMI ...

 Otak dilindungi oleh tulang tengkorak serta


dibungkus membran jaringan ikat yang disebut
meninges.

 Dimulai dari lapisan paling luar, berturut-turut


terdapat dura mater, araknoid mater, dan pia
mater.
CEREBROSPINAL FLUID
 Cerebrospinal Fluid (CSF) merupakan cairan
yang mengelilingi ruang subarakhnoid sekitar
otak dan medulla spinalis, serta mengisi
ventrikel dalam otak.

 Cairan ini mengangkut oksigen, glukosa, dan


bahan kimia yang dibutuhkan dari darah ke
neuron dan neuroglia. Volume total dari CSF
adalah 80-150ml.
SIRKULASI CSF
Menjaga agar otak dan spinal
cord tetap basah sehingga
memungkinkan pertukaran
zat antara CSF dan sel saraf

Mempertahankan
FUNGSI Menyokong dan
melindungi otak dan
tekanan intracranial

CSF
spinal cord

Transportasi nutrisi bagi


jaringan saraf mengangkut
produk sisa
DEFINISI MENINGITIS..
 Meningitis adalah inflamasi pada meninges yang melapisi otak dan
medula spinalis. Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, atau jamur) tetapi dapat juga terjadi karena iritasi
kimia, perdarahan subarachnoid, kanker atau kondisi lainnya (WHO,
2013. Meningitis. Article)

 Meningitis adalah infeksi atau inflamasi yang terjadi pada selaput


otak (meningens) yang terdiri dari piamater, arachnoid, dan
duramater yang disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau
protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis.
EPIDEMIOLOGI

Meningitis Bakterial Meningitis Jamur Meningitis Viral /


Aseptik
•mencapai 3-5 kasus •Cryptococcus •enterovirus, mumps,
per 100.000 neoformans dan measles, VZV, dan
populasi per tahun. Coccoides immites ( HIV.
•Neisseria yg pling sering ) •Insidensi menurun
meningitidis, •Histoplasma sesuai
Streptococcus capsulatum, meningkatnya usia,
pneumonia, dan Blastomyces semakin muda usia
Haemophilus dermatitidisdan pasien, risiko
influenza tipe B. Candida ( terjadinya
meningkat ) meningitis viral
semakin meningkat.
FAKTOR RESIKO
 Usia, biasanya pada usia < 5 tahun dan > 60 tahun
 Imunosupresi atau penurunan kekebalan tubuh
 Diabetes melitus, insufisiensi renal atau kelenjar adrenal
 Infeksi HIV
 Anemia sel sabit dan splenektomi
 Alkoholisme, sirosis hepatis
 Talasemia mayor
 Riwayat kontak yang baru terjadi dengan pasien meningitis
 Defek dural baik karena trauma, kongenital maupun operasi
 Ventriculoperitoneal shunt
ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI
 Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan
perubahan yang terjadi pada cairan otak yaitu
meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis
serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang
meninggi disertai cairan serebrospinal yang jernih.
Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman
Tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta atau
meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut
dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan
disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus.
Meningitis Meningococcus merupakan meningitis
purulenta yang paling sering terjadi
…..

 Meningtis virus
 Meningitis bakteri

 Meningitis spiroketa

 Meningitis fungus

 Meningitis protozoa dan

 Meningitis metazoa
….
PATOGENESIS
 a. Meningitis bakteri
Meningitis bakteri merupakan salah satu
infeksi serius pada anak-anak. Infeksi ini
berhubungan dengan komplikasi dan risiko
kematian.

Kebanyakan kasus meningitis akibat dari


penyebaran hematogen yang masuk melalui
celah subarachnoid.
 Mikroorganisme masuk ke cerebral nervous
system melalui 2 jalur potensial.

 Bakteri masuk kedalam kavitas intrakranial


melalui sirkulasi darah atau berasal dari
infeksi primer pada nasofaring, sinus, telinga
tengah, sistem kardiopulmonal, trauma atau
kelainan kongenital daripada tulang
tengkorak.
 B. Meningitis virus
Pada umumnya virus masuk melalui sistem
limfatik, melalui saluran pencernaan
disebabkan oleh Enterovirus, pada
membran mukosa disebabkan oleh campak,
rubella, virus varisela-zoster (VVZ), Virus
herpes simpleks (VHS)

virus melakukan multiplikasi dalam aliran


darah yang disebut fase ekstraneural, pada
keadaan ini febris sistemik sering terjadi.
PATOFISIOLOGI

MENINGEAL INVASION
 Meningitis pada umumnya terjadi sebagai akibat dari
penyebaran penyakit di organ atau jaringan tubuh yang
lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen
sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit
Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia, Bronchopneumonia
dan Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus dapat pula
secara perkontinuitatum dari peradangan organ atau
jaringan yang ada di dekat selaput otak, misalnya Abses
otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus
kavernosus dan Sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga
terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka
atau komplikasi bedah otak
 Invasi kuman-kuman ke dalam ruang
subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada
pia dan araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal)
dan sistem ventrikulus
INDUKSI INFLAMASI
 Antigen kuman penyebab infeksi meninges dapat
menginduksi proses inflamasi melalui mediator yang
berperan seperti interleukin, tumor necrosis factor-α (TNF-α),
interferon, prostaglandin, nitrit oksida, platelet activation
factor (PAF) dan mediator lainnya. Mula-mula pembuluh
darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami
hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi
penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam
ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam
beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan
dalam minggu kedua sel- sel plasma. Eksudat yang
terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung
leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di
lapisan dalam terdapat makrofag
PERUBAHAN SAWAR DARAH OTAK
 Sawar darah otak, menjaga susunan syaraf pusat terhadap bahaya yang
datang dari lintasan hematogen. Proses radang juga menyebabkan
terjadinya perubahan permeabilitas dari kapiler otak yang sebelumnya
kedap dan selektif terhadap berbagai macam zat, menjadi permeabel
sehingga terjadi kebocoran plasma dan dapat menyebabkan kuman masuk
kedalam cairan serebrospinal dan ruang subarachnoid. Dengan demikian
peradangan akan terus terjadi tidak hanya pada pembuluh darah. Selain itu
Proses radang yang mengenai vena-vena di korteks dapat menyebabkan
trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron- neuron.
Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen
menyebabkan kelainan kranialis. Pada meningitis yang disebabkan oleh
virus, cairan serebrospinal tampak jernih dibandingkan Meningitis yang
disebabkan oleh bakteri
PERUBAHAN ALIRAN SEREBROSPINAL DAN
TEKANAN INTRAKRANIAL

 Aliran cairan serebrospinal dapat terhambat


oleh karena terjadi trombosis atau perlekatan
vili vena pada sinus akibat peradangan yang
berperan dalam absorbsi cairan serebrospinal
sehingga menimbulkan hidrosefalus. Selain itu,
plexus koroideus yang berfungsi untuk
memproduksi cairan serebrospinal jika terkena
radang akan meningkatkan produksinya
sehingga timbul hidrosefalus komunikans.
 Jika terus berlanjut akan menyebabkan edema
otak dan peningkatan tekanan intrakranial
sehingga terjadi kompresi pada otak dan
pembuluh darah, menurunkan aliran suplai
nutrisi dan oksigen. Jika proses ini tidak
dicegah dapat menimbulkan atrofi jaringan
otak, defisit neurologis, berupa parese nervus
kranialis dan hemiparese, penurunan
kesadaran dan bahkan kematian
MANIFESTASI KLINIS

1. Gejala-gejala yang terkait dengan tanda-tanda


non spesifik disertai dengan infeksi sistemik
atau bakteremia meliputi :
2. Tanda-tanda peningkatan TIK dikesankan oleh
adanya muntah, nyeri kepala dapat menjalar
ke tengkuk dan punggung, moaning cry,
kejang umum, paresis, paralisis saraf N.III
(okulomotorius) dan N.VI (abdusens).

3.Tanda Rangsang Meningeal seperti :


• Kaku kuduk
• Brudzinsky 1 & 2
• Kernig sign
DIAGNOSIS
 Anamnesa
 Pada anamnesa dapat diketahui adanya trias
meningitis seperti demam, nyeri kepala dan
kaku kuduk. Gejala lain seperti mual muntah,
penurunan nafsu makan, mudah mengantuk,
fotofobia, gelisah, kejang dan penurunan
kesadaran.Anamnesa dapat dilakukan pada
keluarga pasien yang dapat dipercaya jika tidak
memungkinkan untuk autoanamnesa.
PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan fisik yang dapat mendukung diagnosis
meningitis biasanya dilakukan pemeriksaan rangsang
meningeal. Yaitu sebagai berikut :
 Pemeriksaan Kaku Kuduk
 Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif
berupa fleksi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila
didapatkan kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi
kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot.
 Pemeriksaan Kernig
 Pasien berbaring terlentang, dilakukan fleksi pada sendi
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut
sejauh mengkin
 tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi
lutut tidak mencapai sudut 135° (kaki tidak dapat di
ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya
diikuti rasa nyeri.
 Pemeriksaan Brudzinski I (Brudzinski leher)
 Pasien berbaring dalam sikap terlentang, tangan kanan
ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring ,
tangan pemeriksa yang satu lagi ditempatkan didada
pasien untuk mencegah diangkatnya badan kemudian
kepala pasien difleksikan sehingga dagu menyentuh dada.
Brudzinski I positif (+) bila gerakan fleksi kepala disusul
dengan gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul kedua
tungkai secara reflektorik.
 Pemeriksaan Brudzinski II (Brudzinski
Kontralateral tungkai)
 Pasien berbaring terlentang dan dilakukan
fleksi pasif paha pada sendi panggul (seperti
pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II
positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi
involunter pada sendi panggul dan lutut
kontralateral.
 Pemeriksaan Brudzinski III
 Pasien tidur terlentang tekan pipi kiri kanan
dengan kedua ibu jari pemeriksa tepat di bawah
os ozygomaticum.Tanda Brudzinski III positif (+)
jika terdapat flexi involunter extremitas superior.
 Pemeriksaan Brudzinski IV (Brudzinski Simfisis)
 Pasien tidur terlentang tekan simpisis pubis
dengan kedua ibu jari tangan pemeriksaan.
Pemeriksaan Budzinski IV positif (+) bila terjadi
flexi involunter extremitas inferior.
 Pemeriksaan Lasegue
 Pasien tidur terlentang, kemudian diextensikan
kedua tungkainya. Salah satu tungkai diangkat
lurus. Tungkai satunya lagi dalam keadaan
lurus. Tanda lasegue positif (+) jika terdapat
tahanan sebelum mencapai sudut 70° pada
dewasa dan kurang dari 60° pada lansia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Pungsi Lumbal

 Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa


jumlah sel dan protein cairan cerebrospinal, dengan syarat
tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
 Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi,
cairan jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein
normal, kultur negatif.
 Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat,
cairan keruh, jumlah sel darah putih meningkat (pleositosis
lebih dari 1000 mm3), protein meningkat, glukosa menurun,
kultur (+) beberapa jenis bakteri.
Agent Opening Pressure (mm WBC count (cells/µL) Glucose (mg/dL) Protein (mg/dL) Microbiology
H2 O)

Bacterial meningitis 200-300 100-5000; >80% PMNs < 40 >100 Specific pathogen
demonstrated in 60% of
Gram stains and 80% of
cultures

Viral meningitis 90-200 10-300; lymphocytes Normal, reduced in LCM Normal but may be Viral isolation, PCR
and mumps slightly elevated assays

Tuberculous meningitis 180-300 100-500; lymphocytes Reduced, < 40 Elevated, >100 Acid-fast bacillus stain,
culture, PCR

Cryptococcal meningitis 180-300 10-200; lymphocytes Reduced 50-200 India ink, cryptococcal
antigen, culture

Aseptic meningitis 90-200 10-300; lymphocytes Normal Normal but may be Negative findings on
slightly elevated workup

Normal values 80-200 0-5; lymphocytes 50-75 15-40 Negative findings on


workup

LCM = lymphocytic choriomeningitis; PCR = polymerase chain reaction; PMN = polymorphonuclear leukocyte; WBC = white blood cell.
PEMERIKSAAN DARAH
 Dilakukan pemeriksaan darah rutin, Laju Endap Darah
(LED), kadar glukosa, kadar ureum dan kreatinin, fungsi hati,
elektrolit.
 Pemeriksaan LED meningkat pada meningitis TB
 Pada meningitis bakteri didapatkan peningkatan leukosit
polimorfonuklear dengan shift ke kiri.
 Elektrolit diperiksa untuk menilai dehidrasi.
 Glukosa serum digunakan sebagai perbandingan terhadap
glukosa pada cairan serebrospinal.
 Ureum, kreatinin dan fungsi hati penting untuk menilai
fungsi organ dan penyesuaian dosis terapi.
 Tes serum untuk sipilis jika diduga akibat neurosipilis.
KULTUR
 Kultur bakteri dapat membantu diagnosis sebelum
dilakukan lumbal pungsi atau jika tidak dapat
dilakukan oleh karena suatu sebab seperti adanya
hernia otak. Sampel kultur dapat diambil dari :
 Darah, 50% sensitif jika disebabkan oleh bakteri
H. Influenzae, S. Pneumoniae, N. Meningitidis.
 Nasofaring
 Sputum
 Urin
 Lesi kulit
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
 Pemeriksaan radiologis meliputi pemeriksaan foto thorax, foto kepala, CT-Scan dan MRI. Foto thorax untuk melihat
adanya infeksi sebelumnya pada paru-paru misalnya pada pneumonia dan tuberkulosis, foto kepala kemungkinan
adanya penyakit pada mastoid dan sinus paranasal.

 Pemeriksaan CT-Scan dan MRI tidak dapat dijadikan pemeriksaan diagnosis pasti meningitis. Beberapa pasien dapat
ditemukan adanya enhancemen meningeal, namun jika tidak ditemukan bukan berarti meningitis dapat disingkirkan.

 Berdasarkan pedoman pada Infectious Diseases Sosiety of America (IDSA), berikut ini adalah indikasi CT-Scan kepala
sebelum dilakukan lumbal pungsi yaitu :

 Dalam keadaan Immunocompromised

 Riwayat penyakit pada sistem syaraf pusat (tumor, stroke, infeksi fokal)

 Terdapat kejang dalam satu minggu sebelumnya

 Papiledema

 Gangguan kesadaran

 Defisit neurologis fokal


Temuan pada CT-Scan dan MRI dapat normal,

penipisan sulcus, enhancement kontras yang

lebih konveks. Pada fase lanjut dapat pula

ditemukan infark vena dan hidrosefalus

komunikans.

CT-Scan pada Meningitis Bakteri. Didapatkan


ependimal enhancement dan ventrikulitis
(diambil dari kepustakaan 29)
MRI pada meningitis bakterial akut. Contrast-
enhanced, didapatkan leptomeningeal
enhancement (diambil dari kepustakaan 2)
Pemeriksaan cairan
serebrospinal:
pewarnaan tahan asam
dan kultur
Tuberculin skin test

Pemeriksaan Pemeriksaan mata untuk


koroid tuberkel
penunjang untuk
meningitis
tuberkulosa:
Foto roentgen DAN Pewarnaan urin dan
Computed tomography sputum dan kultur untuk
atau Magnetic bakteri tahan asam
Resonance Imaging
PENATALAKSANAAN
 Meningitis bakterial :
a. Meningitis pada bayi dan anak dengan sistem imun
yang baik, untuk : S.pneumonia, M.meningitidis dan
H.influenza
– Cephalosporin generasi III: Cefotaksim
200mg/kgBB/24jam dibagi 4 dosis atau
– Ceftriakson 100mg/kgBB/24jam dosis tunggal atau
– Ceftriakson 50mg/kgBB/12 jam
– Kombinasi dengan Vankomycin 60mg/kgBB/hari dalam
4 dosis.
 Meningitis tuberkulosa :
OAT PO atau parenteral
– Multi drug treatment dengan OAT
(INH,Rifampisin, Pirazinamid)
– Bila berat dapat + Etambutol/ Streptomycin
– Pengobatan minimal 9 bulan
Meningitis Virus
 Istirahat dan pengobatan simptomatis. Likuor serebrospinalis yang
dikeluarkan untuk keperluan diagnosis dapat mengurangi gejala nyeri
kepala.

 Pengobatan simptomatis
· Menghentikan kejang :
o Diazepam 0,2-0,5 mg/KgBB/dosis IV atau 0,4-0,6 mg/KgBB/dosis rektal
suppositoria, kemudian dilanjutkan dengan :
o Phenytoin 5 mg/KgBB/hari IV/PO dibagi dalam 3 dosis atau
o Phenobarbital 5-7 mg/Kg/hari IM/PO dibagi dalam 3 dosis

· Menurunkan panas :
o Antipiretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10
mg/KgBB/dosis PO diberikan 3-4 kali sehari
o Kompres air hangat/biasa

Pengobatan suportif
◦Cairan intravena
◦Oksigen. Usahakan agar konsentrasi O2 berkisar antara 30-50%.
ALGORITMA TATALAKSANA MENINGITIS SUSPEK
BAKTERI PADA ORANG DEWASA
PENCEGAHAN

PRIMER

PENCE
GAHAN

SKUNDER TERSIER
PRIMER
 Tujuan pencegahan primer adalah mencegah
timbulnya faktor resiko meningitis bagi individu
yang belum mempunyai faktor resiko dengan
melaksanakan pola hidup sehat Pencegahan
dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi
meningitis pada bayi agar dapat membentuk
kekebalan tubuh. Vaksin yang dapat diberikan
seperti Haemophilus influenzae type b (Hib),
Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7),
Pneumococcal polysaccaharide vaccine (PPV),
Meningococcal conjugate vaccine (MCV4), dan
MMR (Measles dan Rubella
 Vaksinasi Hib dapat melindungi bayi dari
kemungkinan terkena meningitis Hib hingga 97%.
Pemberian imunisasi vaksin Hib yang telah
direkomendasikan oleh WHO, pada bayi 2-6 bulan
sebanyak 3 dosis dengan interval satu bulan, bayi
7-12 bulan di berikan 2 dosis dengan interval
waktu satu bulan, anak 1-5 tahun cukup diberikan
satu dosis. Jenis imunisasi ini tidak dianjurkan
diberikan pada bayi di bawah 2 bulan karena
dinilai belum dapat membentuk antibodi
 Meningitis Meningococcus dapat dicegah
dengan pemberian kemoprofilaksis (antibiotik)
kepada orang yang kontak dekat atau hidup
serumah dengan penderita.11 Vaksin yang
dianjurkan adalah jenis vaksin tetravalen A,
C, W135 dan Y
 Meningitis TBC dapat dicegah dengan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan
cara memenuhi kebutuhan gizi dan pemberian
imunisasi BCG. Hunian sebaiknya memenuhi
syarat kesehatan, seperti tidak over crowded
(luas lantai > 4,5 m2 /orang), ventilasi 10 –
20% dari luas lantai dan pencahayaan yang
cukup
 Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara
mengurangi kontak langsung dengan penderita
dan mengurangi tingkat kepadatan di
lingkungan perumahan dan di lingkungan
seperti barak, sekolah, tenda dan kapal.
Meningitis juga dapat dicegah dengan cara
meningkatkan personal hygiene seperti
mencuci tangan yang bersih sebelum makan
dan setelah dari toilet.
SEKUNDER
 Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan
penyakit sejak awal, saat masih tanpa gejala (asimptomatik)
dan saat pengobatan awal dapat menghentikan perjalanan
penyakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan
diagnosis dini dan pengobatan segera. Deteksi dini juga
dapat ditingkatan dengan mendidik petugas kesehatan
serta keluarga untuk mengenali gejala awal meningitis.38
 Dalam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan dengan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan
laboratorium yang meliputi test darah dan pemeriksaan X-
ray (rontgen) paru .24 Selain itu juga dapat dilakukan
surveilans ketat terhadap anggota keluarga penderita,
rumah penitipan anak dan kontak dekat lainnya untuk
menemukan penderita secara dini.
TERSIER
 Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang
mencegah kerusakan lanjut atau mengurangi
komplikasi setelah penyakit berhenti. Pada tingkat
pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan
kelemahan dan kecacatan akibat meningitis, dan
membantu penderita untuk melakukan penyesuaian
terhadap kondisi-kondisi yang tidak diobati lagi, dan
mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak
neurologis jangka panjang misalnya tuli atau
ketidakmampuan untuk belajar.
 Fisioterapi dan rehabilitasi juga diberikan untuk
mencegah dan mengurangi cacat
DIAGNOSIS BANDING

 Abses serebral
 Ensefalitis

 Neoplasma serebral

 Perdarahan Subarachnoid
KOMPLIKASI

Hidrosefalus. Abses otak

Koagulasi
Pneumonia
Renjatan septic. intravaskuler
(karena aspirasi)
menyeluruh.
PROGNOSIS

 Penderita usia neonatus, anak-anak dan dewasa


tua mempunyai prognosis yang semakin jelek,
yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan
kematian.

 50% purulenta mengakibatkan kecacatan seperti


ketulian, keterlambatan berbicara dan gangguan
perkembangan mental, dan 5 – 10% penderita
mengalami kematian.
MENINGITIS TUBERKULOSA
MENINGITIS TUBERKULOSA

Meningitis Tuberkulosa adalah radang selaput


otak akibat komplikasi Tuberkulosa Primer.
EPIDEMIOLOGI

 Meningitis TB menghasilkan tingkat tertinggi


morbiditas dan mortalitas dari semua bentuk
tuberkulosis (WHO, 2012).
Faktor resiko terjadinya meningitis tuberkulosis
adalah :
1. Usia (anak-anak > dewasa )

2. Koinfeksi-HIV

3. Malnutrisi

4. Keganasan

5. Penggunaan agen imunosupresif


KLASIFIKASI MENINGITIS TUBERKULOSIS
DIAGNOSIS
Anamnesis
• Malaise
• Anoreksia
• Demam
• Nyeri kepala yang semakin memburuk
• Perubahan mental
• Penurunan kesadaran
• Kejang
• Kelemahan 1 sisi
KOMPLIKASI

 Hidrosefalus
 Arteritis dan endarteritis
 Pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik
menyeluruh
• Pemeriksaan neurologis:
pemeriksaan GCS, pemeriksaan kaku kuduk,
pemeriksaan saraf kranialis (kelumpuhan saraf
kranialis II, III, IV, VI, VII, VIII), kekuatan motorik
(hemiparesis),
 pemeriksaan funduskopi (tuberkel pada khoroid
dan papil edema sebagai tanda peningkatan
tekanan intrakranial).
Gambaran LCS pada meningitis TB :
 Warna jernih / xantokrom

 Jumlah Sel meningkat MN > PMN

 Limfositer

 Protein meningkat

 Glukosa menurun <50 % kadar glukosa darah


 Tes Tuberkulin
 Ziehl-Neelsen ( ZN )

 PCR ( Polymerase Chain Reaction)


Pemeriksaan Penunjang
• CT-scan kepala / MRI kepala dengan kontras
Menunjukkan hidrosefalus , peningkatan aktivitas
basal meningeal, infark atau tuberkuloma
• Thorax foto PA
• Lab: darah rutin (Hb/leuko), ureum, kreatinin, gula
darah sewaktu, natrium
TATALAKSANA

Penderita sebaiknya dirawat di perawatan


intensif
 Perawatan penderita meliputi kebutuhan
cairan dan elektrolit, kebutuhan gizi, posisi
penderita, perawatan kandung kemih, dan
defekasi
 Isoniazid (INH) 10-20 mg/KgBB/hari (anak), 400
mg/hari (dewasa).
 Rifampisin 10-20 mg/KgBB/hari, dosis 600
mg/hari dengan dosis tunggal (dewasa).
 Etambutol 25 mg/KgBB/hari sampai 150
mg/hari.
 PAS (Para-Amino-Salicilyc0-Acid) 200
mg/KgBB/hari dibagi dalam 3 dosis dapat
diberikan sampai 12 g/hari.
 Streptomisin IM kurang lebih 3 bulan dengan
dosis 30-50 mg/KgBB/hari
Kortikosteroid:
prednisone 2-3 mg/KgBB/hari (dosis normal), 20
mg/hari dibagi dalam 3 dosis selama 2-4 minggu
kemudian diteruskan dengan dosis 1
mg/KgBB/hari selama 1-2 minggu.
Deksametason IV (terutama bila ada edema
otak) dengan dosis 10 mg setiap 4-6 jam, bila
membaik dapat diturunkan sampai 4 mg setiap 6
jam.
 Tatalaksana operatif
 Jika terdapat tanda hidrosefalus, pemasangan
VP shunt atau EVD
 Ventriculoperitoneal shunting tindakan
memasang selang kecil yang
menghubungkan ventrikel ( ruang di dalam
otak ) dan peritoneal ( ruang di dalam perut
).
MENINGITIS BAKTERIAL
DEFINISI

Meningitis bakterialis adalah


peradangan pada meningen
(selaput otak) yang disebabkan
oleh bakteri patogen.

Peradangan tersebut mengenai


araknoid, piamater dan cairan
serebrospinalis.

Peradangan ini dapat meluas


melalui ruang subaraknoid
sekitar otak, medulla spinalis
dan ventrikel.
EPIDEMIOLOGI
FAKTOR RESIKO
Ras

• Warna kulit hitam, Afro-Amerika, Hispanik

Jenis kelamin

• Laki-laki

Usia

• Kebanyak pengindap meningitis ditemukan memiliki usia dibawah 5 tahun.


Meningitis bakteri umunya ditemukan pada penderita dibawah usia 20
tahun, khususnya mereka yang tinggal di lingkup komunitas yang padat

Lingkungan

• Sosek rendah, kumuh, padat, negara maju


• Tidak mendapat imunisasi
• Kontak dengan penderita ISPA
PENYEBAB

 Neonatus : Gram (-) basilli e.g E.Coli, Klebsiella


Haemophillus Influenza
 Anak :
Haemophillus
Pneumococcus
Meningococcus
 Dewasa :
Pneumococcus
Meningococcus
Streptococcus
Staphylococcus
MANIFESTASI KLINIK

Meningitis mempunyai karakteristik yakni onset yang


mendadak dari demam, sakit kepala dan kaku leher
(stiff neck). Biasanya juga disertai beberapa gejala
lain, seperti :

 Mual
 Muntah
 Fotofobia (sensitif terhadap cahaya)
 Perubahan atau penurunan kesadaran
Gejala Klinis : demam tinggi

Gx prodromal :
- Otitis media
- Pneumonia
- Backpain
- Letargi

Gx meningitis : - nyeri kepala di oksipital


- kaku kuduk
- fotofobia
PEMERIKSAAN KLINIS

 Meningeal sign :
 kaku kuduk
 Brudrinski I – IV
 Kernig
 Neurologi lain :
 gangguan kesadaran (90%)
 kejang
 kelainan n. cranialis (15 %)
 gangguan neurologi fokal 10 %
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pungsi Lumbal

 Pungsi lumbal adalah cara memperoleh cairan serebrospimal yang paling


sering dilakukan pada segala umur, dan relatif aman. Indikasinya adalah
kejang atau twitching, paresis atau paralisis termasuk paresis N. VI, koma,
ubun-ubun besar membonjol, kaku kuduk dengan kesadaran menurun, TBC
milier, leukemia, mastoiditis kronik yang dicurigai meningitis, sepsis. Pungsi
lumbal sebagai pengobatan dilakukan pada meningitis kronis yang
disebabkan oleh limfoma dan sarkoidosis. Cairan serebrospinal dikeluarkan
perlahan-lahan untuk mengurangi rasa sakit kepala dan sakit pinggang,
pungsi lumbal juga dilakukan untuk memasukkan obat-obat tertentu.
DIAGNOSIS

 Diagnosis meningitis bakterial tidak dapat dibuat hanya dengan


melihat gejala dan tanda saja. Manifestasi klinis seperti demam,
sakit kepala, muntah, kaku kuduk dan adanya tanda rangsang
meningeal kemungkinan dapat pula terjadi pada meningismus,
meningitis TBC dan meningitis aseptic. Berdasarkan penelitian
terkini mengatakan bahwa diagnosis pasti meningitis hanya dapat
dibuat dengan pemeriksaan cairan serebrospinalis melalui pungsi
lumbal. Oleh Karena itu setiap pasien dengan kecurigaan meningitis
harus dilakukan pungsi lumbal.
DIAGNOSIS BANDING

 Abse Otak
 Encephalitis

 Herpes Simplex

 Neoplasma

 Subarachnoid Hemorrhage
ANTIBIOTIKA DAN DOSIS UNTUK MENINGITIS BAKTERI

Antibiotika Dosis total sehari Dosis total sehari Interval


untuk anak untuk dewasa pemberian
Penicillin G 200.000 U/kg/hr 20 juta U/hr 2 – 4 jam
Ampicillin 400 mg/kgbb/hr 18 gr / hr 4 jam
Cefotaxime 200 mg/kgbb/hr 12 gr / hr 4 jam
Ceftazidime 100 mg/kg/hr 6 gr / hr 4 jam
Ceftriaxone 4 gr / hr 6 jam
Chloramphenicol 100 mg/kg/hr 4 gr / hr 6 jam
Amikacin 15 mg/kg/hr 15 mg/kg/hr 12 jam
Bactrim 10 mg/kg/hr 10 mg/kg/hr 8 jam
(trimethoprim) (trimethoprim)
Metronidazole 1 – 2 gr / hr 12 jam
Sulbenicillin 12 gr / hr 4 jam
Cloxacillin 12 gr / hr 4 jam
KOMPLIKASI

 Hidrocephalus
 Sepsis

 SIADH (Syndrom Inappropriated Antidiuritic


Human)
 DIC (Disseminated Intravascular
Coagulation)
PROGNOSIS

Tergantung dari :
1. Stadium penyakit
2. Tersedianya antibiotika yang sesuai dan terapi yang
adekwat
3. Adanya “lasting damage”
4. Komplikasi
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai