Anda di halaman 1dari 45

Efek Lari Jarak Jauh pada Kekuatan Tulang dan

Penanda Biokimia Tulang


Jong Hwa Lee
Departemen Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Fakultas Kedokteran Universitas Dong-A, Busan, Korea

MUHAMMAD ARMA
RISKI FITRI NOPINA
HUMAIROH OKBA V.P.
FEBBY ASTRIA
DWI LISA NUR’AINI

BAGIAN/DEPARTEMEN REHABILITASI MEDIK


RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
OUTLINES
I • INTRODUCTION

• MATERIAL AND METHODS


II

III • RESULTS

IV • DISCUSSION
I
INTRODUCTION
Introduction
•Peningkatan populasi
klub-klub maraton

•Peningkatan
penyelenggaraan
Kecenderungan acara maraton resmi
terhadap
Kekhawatiran kesehatan dan
tentang obesitas kualitas hidup
dan kurangnya
olahraga
Peningkatan
pendapatan
penduduk

Peningkatan
populasi kota
Introduction

◆Mengapa berlari?

Mudah dilakukan Mudah dilakukan di


kapan saja mana saja

Tidak memerlukan
Tidak memerlukan
keterampilan
peralatan khusus
khusus
Introduction

(Kyröläinen et el., 2000; Westerterp et al., 1992). Hetland et al. (1993)


“perubahan hormon, elektrolit, metabolit, dan tingkat “sebuah studi tentang efek lari jarak jauh pada pria
metabolisme, terutama sebelum dan sesudah melaporkan penurunan kepadatan tulang dan
berolahraga” korelasi negatif antara kepadatan tulang belakang
lumbar dan jarak per minggu”
(Aloia et al., 1978; Williams et al., 1984)
“studi tentang olahraga dan metabolisme tulang (Brahm et al., 1997)
menunjukkan bahwa latihan beban berat yang “lari jarak jauh menekan pembentukan tulang secara
teratur mempertahankan atau meningkatkan sementara”
kepadatan tulang”
(Franck et al., 1991)
“konsentrasi hormon paratiroid meningkat selama
latihan daya tahan”
Introduction

Tujuan:
mengetahui bagaimana lari jarak jauh mempengaruhi
kekuatan tulang dan penanda biokimia tulang.

Kami berharap bahwa hasilnya akan berfungsi sebagai


referensi yang berguna untuk resep latihan.
Perawat diharapkan memiliki peran penting dalam penyediaan
perawatan untuk pasien, memiliki pelatihan mengenai intervensi dan
kesadaran untuk mencegah, mengatur dan mengurangi cidera punggung
bawah  penyediaan support yang lebih baik untuk pasien.

Beberapa intervensi noninvasif : modalitas terapi fisik, latihan dan


program pengajaran  mencegah dan mengatasi nyeri dan disabilitas
fungsional LBP

Program Swedish Back School dikenalkan oleh Zachrisson Forsell (1969)  untuk
mengurangi nyeri punggung dan cidera, mengajarkan orang untuk menjaga punggung
mereka sendiri dan mengatasi nyeri punggung secara aktif untuk meningkatkan
fungsional dan kualitas hidup.
Penelitian di Hungary : penggunaan program Back
School untuk perawat mengurangi sindrom LBP
kronik nonspesifik, menolong perawat untuk
melaksanakan teknik yang sesuai untuk mengangkat
dan meningkatkan postur tubuh mereka

menyediakan School Back Workshop untuk para


perawat dengan nyeri punggung dan menilai
keefektifan edukasi lumbar care  untuk menurunkan
kejadian LBP dan disabilitas fungsional perawat Iran.
II
MATERIAL AND
METHODS
Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi-eksperimental. Penelitian ini
telah disetujui oleh Ethics Committee of the University of Social Welfare dan
Rehabilitation Sciences (nomor registrasi: IR.USWR.REC.1394.151) dan protokol
diregistrasi oleh Iranian Registry of Clinical Trials (No. 20150-93024277N1).
Kriteria Inklusi

◆perawat (s1 keperawatan)


◆karyawan di salah satu departemen kedokteran
yang memiliki nyeri punggung dan tertarik untuk mengikuti Back School Workshop pada
Rumah Sakit Shohada Tajrish yang merupakan bagian dari Shahid Behesti University
of Medical Sciences, Tehran, Iran dari Mei sampai Agustus 2015

Kriteria Eksklusi
◆memiliki riwayat operasi dalam 2 tahun terakhir
◆anomali kongenital
◆penyakit inflamasi tulang belakang
◆hamil
◆osteoporosis berat. Dilakukan purposeful sampling terhadap
peserta  secara acak ditentukan ke
intervensi dan grup control secara sama rata
(32 perawat dalam setiap kelompok).
Instrumen

VAS SCORE
The Roland-Morris Disability Questionnaire (RMDQ)
Materi Intervensi Edukasional

Bagian Materi

Epidemiologi kelainanan skeletal dan otot, biaya kelainan ini, factor individual yang berkaitan
dengan kelainan skeletal dan otot, hubungan antara pekerjaan dengan kelainan skeletal dan otot
Bagian I
dan pekerjaan risiko tinggi, dampak gaya hidup terhadap kelainan musculoskeletal, pentingnya dan
keperluan perawatan diri sendiri dalam mencegah dan mengurangi penyakit ini.

Fisiologi dan anatomi tulang belakang, tipe dan penyebab umum LBP dan gejala, faktor penyebab
Bagian II
LBP, hasil dari status anatomi yang tidak benar.

Teknik proteksi lumbar dan bagaimana cara mencegah nyeri punggung, kondisi tubuh yang sesuai
Bagian III dalam beberapa kasus seperti tidur, duduk, menyetir, berdiri dan berjalan, teknik yang sesuai untuk
mengangkat benda dan pasien, menampung, mengangkut.

Bagian IV Latihan olahraga dan geraka terapeutik yang berhubungan dan berguna untuk nyeri punggung
III
RESULTS
◆Gambar 2.Rata-rata kecepatan suara pada pelari marathon dan kontrol
Penanda Biokimia Tulang
Tabel 2. Konsentrasi serum osteokalsin (ng/ml)

Usia (tahun) Laki-laki Perempuan

Pelari Maraton Kontrol Pelari maraton Kontrol

30–39 11.2±4.1* 7.0±2.0 11.6±4.9* 5.0±2.4

40–49 11.8±4.8* 7.1±1.8 10.3±4.0* 6.5±2.9

Nilai disajikan sebagai nilai rata-rata ± standar deviasi


*p<0.05
Terdapat perbedaan yang signifikan pada
konsentrasi serum osteokalsin pada masing-
masing kelompok usia perempuan dan laki-laki
(p<0.05)
Penanda Biokimia Tulang

Tabel 3. Konsentrasi deoksipiridinolin urin (nmol/nmol Cr)

Usia (tahun) Laki-laki Perempuan

Pelari Maraton Kontrol Pelari maraton Kontrol


30–39 2.9±1.3 3.2±1.4 4.9±2.6 5.8±3.3
40–49 2.9±1.6 2.0±1.5 4.0±0.8 5.3±2.6

Nilai disajikan sebagai nilai rata-rata ± standar deviasi


Tidak terdapat erdapat perbedaan yang
signifikan pada konsentrasi serum osteokalsin
pada masing-masing kelompok usia perempuan
dan laki-laki (p>0.05)
IV
DISCUSSION
Latihan dianggap sebagai faktor penting dalam
mencegah osteoporosis, tapi mekanisme dari latihan
fisik terhadap kepadatan tulang masih belum jelas.

Hukum Wolf, bentuk dan kepadatan tulang


tergantung pada kekuatan yang bekerja pada
tulang (Krølner et al., 1983).
 Latihan
• jika tekanan eksternal diterapkan pada tulang, diyakini bahwa
piezoelektrik internal akan merangsang osteoblas dan menginduksi
pembentukan tulang baru.

• menstimulasi fungsi dari osteoblast dengan merangsang pembentukan


pelepasan hormon pertumbuhan.

• kadar kalsitonin plasma dapat meningkat, yang dianggap sebagai proses


peningkatan massa tulang (Aloia et al., 1985).
Bennel et al. (1997), penelitian pada kelompok
latihan menahan beban, kelompok lari jarak
jauh dan kelompok kontrol normal terhadap
peningkatan kepadatan tulang

Kelompok latihan beban memilih


kepadatan tulang yang lebih luas
pada tulang belakang, radialis, dan
tibia dibandingkan kelopok lari jarak
jauh, dan kontrol
Hetland et al. (1993) melaporkan bahwa
kepadatan mineral tulang pelari maraton yang
berlari lebih dari 100 km per minggu menurun
dibandingkan dengan kontrol normal.

Ini disebabkan oleh kerusakan mekanis yang disebabkan


oleh lari jarak jauh dan radang jaringan tulang, yang
mengakibatkan meningkatnya tingkat metabolisme tulang
dan keropos tulang di daerah tulang di bawah tekanan
yang paling besar.
Pada kelompok maraton untuk populasi
umum yang dievaluasi dalam penelitian ini,
tidak ada perbedaan yang signifikan dalam SOS
tibia dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Teori mechanostat (Frost, 1987).


Ketika kekuatan beban kerja rendah, tidak ada efek pada
metabolisme tulang dan jika lebih dari jumlah beban tertentu
diterapkan, pembentukan tulang dapat dipercepat.
PENELITIAN LAIN

Hal ini menunjukkan


MacDougall dkk. (1992):
bahwa meskipun latihan
pelari jarak panjang
berfokus pada ketahanan,
berat memiliki mineral
intensitas latihan yang
tulang yang lebih
lebih besar dapat memiliki
rendah dibandingkan
efek buruk pada densitas
jaringan tulang.
tulang
PENELITIAN LAIN

Menurut Huuskonen Oleh karena itu,


dkk (2001), perubahan dipercayai bahwa level
pada nilai densitas beban kerja pada
tulang femur tidak perkumpulan marathon,
signifikan setelah 3 yang berlari 48 km per
bulan latihan aerobic minggu, tidak akan
sedang untuk orang berdampa buruk pada
usia 50 sampai 60. densitas tulang.
MARKER SUMSUM
TULANG
1. OSTEOKALSIN
Struktur dasar adalah 4.9-k.D peptida yang terbentuk dari 46
asam amino yang diproduksi daru osteoblast dan dideposit
pada substansi ekstraselular.
Beberapa osteokalsin yang baru disintesis dilepaskan ke
darah, hal ini membuat osteokalsin sebagai indikator level
pembentukan tulang melalui pengukuran konsentrasi
darah (Lian dan Gundberg, 1988).
Digunakan untuk diagnosis dan monitor kemajuan
pengobatan pada beberapa penyakit tulang, dimana
osteokalsin bisa merefleksikan konversi respon metabolisme
tulang, terutama aktivitas dari osteoblast (Hauschka dan
Cart, 1982).
2. DEOXYPYRIDINOLIN URINE
Produk sampingan pemecahan kolagen oleh osteoklas,
yang tidak dimetabolisme in vivo

Sekitar 40% diekskresikan dalam bentuk bebas dan


60% dalam bentuk peptida oleh urine

Diketahui selalu berasal dari tulang dan dapat


digunakan sebagai marker absorbsi tulang yang sangat
spesifik (Gamero dan Delmas, 1996).
◆ Hasil penelitian ini  Kedua gender wanita dan pria kelompok marathon memiliki level
osteokalsin darah lebih tinggi.
◆ Hal ini bisa diinterpretasikan sebagai bukti hipotesis yang menyatakan bahwa latihan
sedang dapat mempromosikan produksi tulang.
STUDI LAIN

Studi lain juga melaporkan hasil


peningkatan level osteokalsin darah dari
latihan (Casez dkk., 1995;Lohman dkk.,
1995).
STUDI LAIN
Franck dkk. (1991) melaporkan bahwa ketika pasangan
muda melakukan latihan 2 sampai 3 kali per minggu,
level osteokalsin menurun signifikan pada 4 minggu
pertama dan 8 minggu selanjutnya level osteokalsin
dapat pulih. Pada awal tingkat latihan, terjadi peningkatan
hormon paratiroid dan penurunan ostokalsin. Sebagai
proses adaptasi terhadap latihan, pembentukan tulang
dapat distimulasi dan kemudian dilanjutkan. Hal ini
menunjukkan bahwa periode latihan memiliki efek
signifikan pada rerata metabolisme tulang.
STUDI LAIN
Woitge dkk. (1998) melakukan studi perbandingan latihan
aerobik dan daya tahan latihan dihubungkan dengan
metabolisme tulang. Pada latihan aerobik, level osteokalsin
menurun pada minggu keempat dan kemudian pulih pada
minggu kedelapan, tetapi deoxypyridinolin berlanjut
semakin menurun. Pada latihan daya tahan, level
osteokalsin dan deoxypyridinolin meningkat pada minggu
keempat dan minggu kedelapan. Berbagai faktor seperti
tipe latihan, intensitas latihan, dan durasi latihan memiliki
efek penting dalam rerata metabolisme tulang.
Pada studi ini: deoxypirydinolin urine tidak menghasilkan
penurunan marker absorbsi tulang seperti yang
diperkirakan dari peningkatan marker pembentukan
tulang dari latihan
PENELITIAN PENDUKUNG
1. Eliakim dkk. (1997) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada
deoxypyridinolin setelah 2 jam latihan regular per baru selama 5 minggu yang
dilakukan pada remaja. Kita tidak bisa menginterpretasikan hasilnya secara akurat,
tapi diasumsikan bahwa kekuatan dan durasi latihan dilibatkan, sebagaimana
kondisi nutrisi dan hormon.
2. Kraemer dkk. (2004) menyarankan bahwa latihan aerobik seperti berlari
menunjukkan peningkatan pelepasan hormon pertumbuhan menurut kekuatan
latihan.
3. Studi Longobardi dkk. (2000), peningkatan level osteokalsin diobservasi selama 84
hari, tetapi level deoxypyridinolin menurun selama 42 hari dan kemudian pulih pada
hari ke 84 pada grup yang diberi hormon pertumbuhan. Hasil ini dapat menunjukkan
bahwa latihan jarak panjang akan menstimulasi hormon pertumbuhan, yang sangat
relevan terhadap metabolisme tulang.
Meskipun, studi ini tidak menginvestigasi konsekuensi
dari hormon pertumbuhan, yang kami pikir akan
penting untuk dilakukan pada studi selanjutnya.
KONFLIK KEPENTINGAN
Tidak ada potensi konflik kepentingan pada artikel ini yang dilaporkan.
DAFTAR PUSTAKA
◆ Aloia JF, Cohn SH, Babu T, Abesamis C, Kalici N, Ellis K. Skeletal mass and body
composition in marathon runners. Metabolism 1978;27:1793- 1796.
◆ Aloia JF, Rasulo P, Deftos LJ, Vaswani A, Yeh JK. Exercise-induced hypercalcemia
and the calciotropic hormones. J Lab Clin Med 1985;106:229-232.
◆ Bennell KL, Malcolm SA, Khan KM, Thomas SA, Reid SJ, Brukner PD, Ebeling PR,
Wark JD. Bone mass and bone turnover in power athletes, endurance athletes, and
controls: a 12-month longitudinal study. Bone 1997;20:477-484.
◆ Brahm H, Ström H, Piehl-Aulin K, Mallmin H, Ljunghall S. Bone metabolism in
endurance trained athletes: a comparison to population-based controls based on DXA,
SXA, quantitative ultrasound, and biochemical markers. Calcif Tissue Int 1997;61:448-
454.
◆ Casez JP, Fischer S, Stüssi E, Stalder H, Gerber A, Delmas PD, Colombo JP, Jaeger
P. Bone mass at lumbar spine and tibia in young males--impact of physical fitness,
exercise, and anthropometric parameters: a prospective study in a cohort of military
recruits. Bone 1995;17:211-219.
◆ Eliakim A, Raisz LG, Brasel JA, Cooper DM. Evidence for increased bone formation
following a brief endurance-type training intervention in adolescent males. J Bone
Miner Res 1997;12:1708-1713.
◆ Franck H, Beuker F, Gurk S. The effect of physical activity on bone turnover in young
adults. Exp Clin Endocrinol 1991;98:42-46.
◆ Frost HM. Bone “mass” and the “mechanostat”: a proposal. Anat Rec 1987; 219:1-9.
◆ Garnero P, Delmas PD. New developments in biochemical markers for osteoporosis.
Calcif Tissue Int 1996;59 Suppl 1:S2-9.
◆ Hauschka PV, Carr SA. Calcium-dependent alpha-helical structure in osteocalcin.
Biochemistry 1982;21:2538-2547.
◆ Hetland ML, Haarbo J, Christiansen C. Low bone mass and high bone turnover in male
long distance runners. J Clin Endocrinol Metab 1993; 77:770-775.
◆ Huuskonen J, Väisänen SB, Kröger H, Jurvelin JS, Alhava E, Rauramaa R. Regular
physical exercise and bone mineral density: a four-year controlled randomized trial in
middle-aged men. The DNASCO study. Osteoporos Int 2001;12:349-355.
◆ Kraemer RR, Durand RJ, Acevedo EO, Johnson LG, Kraemer GR, Hebert EP,
Castracane VD. Rigorous running increases growth hormone and insulin-like growth
factor-I without altering ghrelin. Exp Biol Med (Maywood) 2004;229:240-246.
◆ Krølner B, Toft B, Pors Nielsen S, Tøndevold E. Physical exercise as prophylaxis
against involutional vertebral bone loss: a controlled trial. Clin Sci (Lond) 1983;64:541-
546.
◆ Kyröläinen H, Pullinen T, Candau R, Avela J, Huttunen P, Komi PV. Effects of
marathon running on running economy and kinematics. Eur J Appl Physiol
2000;82:297-304.
◆ Lian JB, Gundberg CM. Osteocalcin. Biochemical considerations and clinical
applications. Clin Orthop Relat Res 1988;(226):267-291.
◆ Lindberg JS, Fears WB, Hunt MM, Powell MR, Boll D, Wade CE. Exercise- induced
amenorrhea and bone density. Ann Intern Med 1984;101:647-648.
◆ Lohman T, Going S, Pamenter R, Hall M, Boyden T, Houtkooper L, Ritenbaugh C,
Bare L, Hill A, Aickin M. Effects of resistance training on regional and total bone
mineral density in premenopausal women: a randomized prospective study. J Bone
Miner Res 1995;10:1015-1024.
◆ Longobardi S, Keay N, Ehrnborg C, Cittadini A, Rosén T, Dall R, Boroujerdi MA,
Bassett EE, Healy ML, Pentecost C, Wallace JD, Powrie J, Jørgensen JO, Saccà L.
Growth hormone (GH) effects on bone and collagen turnover in healthy adults and its
potential as a marker of GH abuse in sports: a double blind, placebo-controlled study.
The GH-2000 Study Group. J Clin Endocrinol Metab 2000;85:1505-1512.
◆ MacDougall JD, Webber CE, Martin J, Ormerod S, Chesley A, Younglai EV, Gordon
CL, Blimkie CJ. Relationship among running mileage, bone density, and serum
testosterone in male runners. J Appl Physiol (1985) 1992;73:1165-1170.
◆ Michel BA, Bloch DA, Fries JF. Weight-bearing exercise, overexercise, and lumbar
bone density over age 50 years. Arch Intern Med 1989;149: 2325-2329.
◆ Warren MP, Brooks-Gunn J, Fox RP, Lancelot C, Newman D, Hamilton WG. Lack of
bone accretion and amenorrhea: evidence for a relative osteopenia in weight-bearing
bones. J Clin Endocrinol Metab 1991;72: 847-853.
◆ Westerterp KR, Meijer GA, Janssen EM, Saris WH, Ten Hoor F. Long-term effect of
physical activity on energy balance and body composition. Br J Nutr 1992;68:21-30.
◆ Williams JA, Wagner J, Wasnich R, Heilbrun L. The effect of long-distance running
upon appendicular bone mineral content. Med Sci Sports Exerc 1984;16:223-227.
◆ Woitge HW, Friedmann B, Suttner S, Farahmand I, Müller M, Schmidt-Gayk H,
Baertsch P, Ziegler R, Seibel MJ. Changes in bone turnover induced by aerobic and
anaerobic exercise in young males. J Bone Miner Res 1998;13:1797-1804.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai