Anda di halaman 1dari 9

• Ria Mendila (N 101 17 002)

• Yuyun Samaida (N 101 17 014)


• Fajar Abubakar Sanusi (N 101 17 018)
• Raj Chandra (N 101 17 020)
• Ryzki (N 101 17 022)
• Gita Rismawati (N 101 17 028)
• Muh. Fuad Amsyar (N 101 17 050)
• Nurfiana (N 101 17 060)
• Frilasty Tampubolon (N 101 17 092)

SKENARIO 5
Gangguan Kelenjar Limfe

KELOMPOK 6
Mahasiswa dapat memahami definisi dari
limfadenopati

 Limfadenopati merujuk kepada nodul limfa yang tidak


normal ukurannya (lebih dari 1 cm) atau pada
konsistensinya. Nodul supraklavikula, poplitea, dan iliaka
yang teraba, dan nodul epitrochlear yang lebih besar
dari 5 mm, dianggap abnormal.

Rasyid, S. Q. 2018. Diagnosis dan Tatalaksana Limfadenopati. Majority. Vol 7(3). Viewed on 24 April 2019. From
https://googlescholar.com
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan diagnosis
berdasarkan histopatologi
 Ada lima pola yang berbeda dari LAP

1. Hiperplasia folikel terlihat pada infeksi, gangguan autoimun, dan reaksi non-spesifik. Pola
histopatologis adalah peningkatan ukuran dan jumlah sel-B di pusat germinal.
2. Hiperplasia paracortical terdeteksi pada infeksi virus, penyakit kulit, reaksi obat, dan
reaksi tidak spesifik. Perpanjangan sel-T di wilayah paracortical adalah pola patologis. dia, dan
reaksi non-spesifik. Pola histopatologis adalah peningkatan ukuran dan jumlah sel-B di pusat
germinal.
3. Sinus hiperplasia terlihat pada kelenjar getah bening yang mengeringkan anggota tubuh
karena lesi inflamasi dan keganasan. Pola histopatologis meliputi ekspansi sel histiosit pada
sinus meduler dan kortikal.
4. Peradangan granulomatosa terutama terlihat pada TB dan sarkoidosis. Ciri patologis
adalah pembentukan granuloma histiositik di kelenjar getah bening.
5. Limfadenitis akut biasanya terlihat di kelenjar getah bening jaringan yang terkena infeksi
bakteri. Hiperplasia folikel dan infiltrasi sel polimorfonuklear (PMN) adalah pola patologis.
Smear adenitis supuratif menunjukkan PMN dan beberapa sel limfoid dengan latar belakang
nekrotik.

Mohseni, S. 2014. Peripheral Lymphadenopathy: Approach and Diagnostic Tools. Iran J Med Sci. Vol 32(2). Viewed on 24 April 2019.
From https://ncbi.nih.lim.gov
Mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan epidemiologi dari Limfadenopati
 Penelitian oleh Al Kadah (2014) menunjukan bahwa insiden
limfadenopati pada pasien pediatri dapat mencapai 38-45%
kasus pertahun. Regio yang sering diserang adalah regio
servikal, berkisar antara 40-74% dari total seluruh kasus
limfadenopati
 Dari semua kasus pasien yang berobat kesarana layanan
kesehatan primer, sekitar ¾ penderita datang dengan
limfadenopati lokalisata dan 1/4 sisanya datang dengan
limfadenopati generalisata

Aditya, M., Simargi, Y. 2019. Kesesuaian hasil ultrasonografi dan diagnosis klinis terhadap pemeriksaan histopatologis
penderita Limfadenitis tuberkulosis regio servikal. Jurnal Biomedika dan Kesehatan. Vol 2(1) Viewed on 24 April
2019. From https://googlescholar.com

Oehadian, A. 2013. Pendekatan Diagnosis Limfadenopati. CDK-209. Vol 40(10). Viewed on 24 April 2019. From
https://googlescholar.com
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
faktor risiko dari Limfadenopati
 Usia
 Durasi dari Limfadenopati
 Paparan
 Gejala yang berkaitan dan lokasi (lokalisata dan generalisata)
 Waktu pembesaran
 Konsistensi saat dilakukan palpasi
 Infeksi
 Imunisasi
 Pengobatan yang dijalankan (Contoh: Allopurinol, atenolol,
captopril, carbamazepine)

Rasyid, S. Q. 2018. Diagnosis dan Tatalaksana Limfadenopati. Majority. Vol 7(3). Viewed on 24 April 2019.
From https://googlescholar.com
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
patofisiologi dari Limfadenopati
 Pembesaran kelenjar getah bening dapat terjadi dari
intrinsik yaitu proliferasi limfosit atau sel-sel retikulo
endotelial atau limfoblas berkembang dalam menanggapi
rangsangan antigen, memproduksi pembesaran kelenjar
getah bening, yang kembali mengecil atau normal setelah
antigen clearance. Patogen yang mampu bertahan
intraseluler dapat memberikan rangsangan yang terus
menerus dan dapat dikaitkan dengan kronis hiperplasia
seluler limfatik. Invasi ekstrinsik kelenjar getah bening
terjadi oleh neutrofil dalam menanggapi bakteri dan racun
bakteri.

Myers,A.L. 2018. Principle and practice of Pediatric Infectious Disease. Philadelphia: Elsevier Saunders
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
tatalaksana dari Limfadenopati
 Penatalaksaan limfadenopati berdasarkan pada penyebab
masing-masing limfadenopati tersebut. Tatalaksana atau
pengobatan awal yang dilakukan pada Limfadenopati biasanya
adalah diberikan antibiotik dengan durasi 1-2 minggu serta
diobservasi. Beberapa antibiotik ditargetkan untuk bakteri
seperti Staphylococcus aureusdan Streptococci group A.
Antibiotik yang disarankan untuk limfadenopati adalah
cephalosporins, amoxicillin/clavulanate (Augmentin),
orclindamycin. Obatkortikosteroid sebaiknya dihindari terlebih
dahulu pada beberapa saat karena pengobatan dengan
kortikosteroid dapat menunda diagnosis hitologik dari
leukemia atau limfoma

Rasyid, S. Q. 2018. Diagnosis dan Tatalaksana Limfadenopati. Majority. Vol 7(3). Viewed on 24 April 2019. From
https://googlescholar.com
Mahasiswa mampu memahami dan menyebutkan
komplikasi dan prognosis Limfadinopati
 Secara umum banyak hal yang dapat menimbulkan limfadenopati, keadaan tersebut
dapat diibgat dengan singkatan MIAMI yang terdiri dari malignansi atau keganasan
(limfoma, leukemia, neoplasma kulit, sarkoma kaposi, metastasis), infeksi (bruselosis,
cat-scratch disease, CMV, HIV, infeksi primer, limfogranuloma venereum,
mononukleosis, faringitis, rubela, tuberkulosis, tularemia, demam tifoid, sifilis,
hepatitis), autoimun (SLE, RA, dermatomiositis, sindrom sjogren), miscellaneous and
unusual conditions atau berbagai macam dan kondisi tidak biasa (penyakit kawasaki,
sarkoidosis), dan penyebab iatrogenik (serum sickness, obat).
 Prognosis limfadenopati, baik lokal maupun umum, sepenuhnya bergantung pada
etiologi kelenjar getah bening yang membesar. Sebagian besar adenopati di kantor
kedokteran umum disebabkan oleh bakteri atau penyakit virus yang dapat diobati.
Namun, HIV, TBC aktif, dan neoplasma semuanya memiliki prognosis yang lebih dijaga.
Secara umum termasuk mayoritas limfadenopati terlokalisasi memiliki prognosis yang
lebih baik daripada mayoritas limfadenopati generalisata akibat etiologi. Etiologi yang
ditetapkan lebih awal dalam pengaturan klinis cenderung memiliki prognosis yang
lebih baik daripada yang ditetapkan kemudian

Freeman,A. M. 2018. Adenopathy. Treasure Island: Statpearls Publishing


Rasyid, S. Q. 2018. Diagnosis dan Tatalaksana Limfadenopati. Majority. Vol 7(3). Viewed on 24 April 2019. From
https://googlescholar.com
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai