Anda di halaman 1dari 8

Distribusi obat apotek ke pasien

Alur distribusi obat di apotek ke pasien


(Kepmenkes RI No 1332/MENKES/SK/XX/2002)
Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan,
pemeriksaan ketersediaan, penyiapan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan,
penyerahan disertai pemberian informasi. Pada
setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat
(medication error).

(Permenkes RI No 73 tahun 2016)


Contoh pelanggaran.
Trihexyphenidyl digunakan untuk pengobatan parkinsonisme, gangguan
ekstrapiramidal karena obat. Carnophen mengandung bahan aktif Karisoprodol
200 mg, Asetaminofen 160 mg dan kafeina 32 mg yang diindikasikan untuk
nyeri otot, lumbago, rheumatoid arthiritis, spondilitis. Trihexyphenidyl
merupakan golongan obat keras, namun dijual tanpa resep. Sedangkan
Carnophen merupakan obat narkotika golongan 1.
Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Pasal 102 ayat 1 dan 103 ayat 1


Narkotika dan psikotropika boleh didapatkan hanya dengan resep dokter atau
dokter gigi dan dilarang untuk disalahgunakan. Produksi, penyimpanan,
pengedaran dan penggunaan harus memenuhi persyaratan tertentu
Diazepam termasuk psikotropika golongan IV yang meskipun dapat digunakan
untuk terapi tetapi dapat menyebabkan ketergantungan (ringan). Kandungan
diazepam ditemukan dalam obat tradisional tanpa izin edar.

Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Pasal 8 ayat 1c
Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang atau jasa yang tidak
mencantumkan informasi penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 8 ayat 4
Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak,
cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan info secara lengkap
dan benar.
• Pelayanan non resep meliputi pelayanan swamedikasi (self
medication) atau upaya pengobatan diri sendiri (UPDS),
termasuk di dalamnya pemilihan obat wajib apotek (OWA),
serta obat bebas/bebas terbatas. Untuk pelayanan
swamedikasi tanpa resep dokter dilakukan sendiri oleh
apoteker yang bertugas saat itu, sedangkan untuk penjualan
obat bebas dapat dilakukan oleh asisten apoteker.
• Pelayanan swamedikasi meliputi pemberian dan penjualan
obat-obat keras (OWA) yang dapat diberikan tanpa resep
dokter, tapi dalam jumlah terbatas dan penyerahannya oleh
apoteker di apotek. Dalam pelayan obat non resep
diperlukan informasi tentang pasien.
Sanksi
Sanksi Administratif:
1. Diberikan teguran/peringatan secara lisan.
2. Diberikan Surat Peringatan secara tertulis,
maksimal 3 kali.
3. Penutupan apotek sementara.
4. Pencabutan ijin apotek.
5. Pencabutan SIA tanpa peringatan terlebih
dahulu apabila apotek melakukan pelanggaran
berat yang membahayakan jiwa

Permenkes No 9, 2017 PerKaBPOM, 2012

Anda mungkin juga menyukai