Anda di halaman 1dari 48

INFEKSI Sistem Saraf

Klasifikasi berdasarkan etiologi :


 Bakterial
 Spesifik
 Non-spesifik
 Toksin
 Virus
 Fungal
 Parasit
 Protozoa
 Helmin
 Ricketsia
INFEKSI Sistem Saraf

Klasifikasi berdasarkan berdasarkan cara


mendapatkan infeksi :
 Nosokomial
 Komunitas (community acquired)

Klasifikasi berdasarkan ada tidaknya


bakteri:
 Septik
 Aseptik
INFEKSI Sistem Saraf

Patogenesis terjadinya infeksi sistem saraf :


 Penyebaran melalui hematogen
 Ekstensi atau kontinua
 Infeksi telinga
 Infeksi sinus paranasal
 Fokus osteomielitik
 Infeksi periodontal
Iatrogenik
 Tindakan pembedahan serebrospinal
 VP shunt
 Pungsi lumbal
 Retrograde neuronal
MENingitis Bakterial akut

 Meningitis bakterial merupakan inflamasi


yang terjadi pada meningens yang
disebabkan oleh bakteri.
 Memiliki morbiditas dan mortalitas yang
tinggi.
 Mengenal meningitis dengan cepat 
tatalaksana yang segera dan tepat (<6
jam, antibiotik, kortikosteroid)  prognosis
akan semakin baik.
MENingitis bakterial akut

Faktor Risiko Meningitis:

 Usia (<5 atau >60 tahun)


 Penyakit metabolik (DM, CKD, insufisiensi adrenal,
hipoparatiroidisme, kistik fibrosis)
 Imunosupresi (infeksi HIV, malignansi, talasemia mayor,
sickle cell anemia)
 Lingkungan padat
 Alkoholisme dan sirosis
 Kelainan kongenital
 Bakterial endokarditis
 VP Shunt
 Riwayat paparan pasien dengan meningitis
MENingitis bakterial
AKUT
Jenis-Jenis Bakteri  Meningitis:

1. Haemophilus influenza
2. Neisseria meningitidis
3. Streptococcus pneumoniae
4. Listeria monocytogenes
5. Staphylococcus aureus dan grup A, grup D
streptococci  abses otak, abses epidural,
trauma kepala, prosedur bedah, tromboplebitis
kranial
6. Eschericiae coli dan grup B streptococci  BBL
MENingitis bakterial akut

Jenis-Jenis Bakteri  Meningitis:

7. Pseudomonas spp., Kliebsiella spp., Proteus spp.


 konsekuensi pungsi lumbal, anestesia spinal,
VP shunt
8. Salmonella, Shigella, Clostridium, Neisseria
gonorrhoeae, Acinobacter calcoaceticus  sangat
jarang
9. Mycobacterial  daerah endemis
MENingitis bakterial akut
Penyebab tersering terjadinya meningitis bakterial
berdasarkan usia
Usia Etiologi
BBL Grup B Streptococcus, Streptococcus
pneumoniae, L. Monocytogenes, E. coli
Bayi dan Anak S. pneumoniae, N. meningitidis, H. influenzae
type B, group B Streptococci
Remaja dan N. meningitidis, S. pneumoniae
Dewasa
Lansia S. pneumoniae, N. meningitidis, Hib, group B
Streptococci, L. monocytogenes
MENingitis bakterial akut

Tanda dan Gejala

 Trias meningitis bakterial:


 Demam,
 Nyeri kepala,
 Kaku kuduk (fleksi, bukan lateral), kec bayi.
 Tanda dan Gejala lain:
 Penurunan kesadaran: confused and irritability 
stupor  koma.
 Akut
 Kernique, Laseque, dan Brudzinski sign (+), kec,
koma.
MENingitis bakterial akut

Tanda dan Gejala

 Tanda dan Gejala lain:


 TIK : mual, muntah, papiledema
 Kejang
 Tanda fokal
 Palsi nervus craniales:
 N. VI  peningkatan TIK
 N. III  herniasi transtentorial
 N. VIII  paling sering
MENingitis bakterial akut

Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan darah:
 Leukositosis
 LED >>
 Prokalsitonin >2ng/mL
 CRP >40mg/L
 Analisis CSF: (pertimbangkan kontraindikasi)
 Keruh
 Glukosa << (normal ratio 0,6)
 Pleositosis : 100-10.000 sel/uL (PMN)
 Protein >> (>50mg/dL)
 Kultur
 Pewarnaan Gram
Pungsi lumbal
MENingitis bakterial akut

Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Imaging:
 CT scan dengan kontras atau MRI
 Tampak sulcal effacement
 Mendiagnosis komplikasi dari meningitis:
 Hidrosefalus
 Ventrikulitis atau ependimitis
 Abses
 Stroke
 Empiema subdural
Tatalaksana
Tatalaksana2
MENingitis bakterial akut

Tatalaksana2
MENingitis bakterial akut

Prognosis

 At Vitam : Bonam  diagnosis dan tatalaksana


segera (<4 jam).
 At Fungsionam : dubia ad malam  permanen
defisit neurologis.
MENingitis bakterial akut

Prevensi

 Vaksinasi (Hib dan N. meningitidis


 Penggunaan double gloves saat tindakan
pembedahan,
 Tindakan aseptik-antiseptik,
 Antibiotik profilaksis,
 Nutrisi,
 Imunitas,
 Menghindari kepadatan.
Meningitis Kronis dan
Rekuren
Definisi2
 Meningitis kronis : meningitis yang berlangsung > 4
minggu.
 Meningitis rekuren : meningitis akut yang berulang lebih
dari dua kali, di mana terdapat keadaan sembuh di antara
kedua gejala akut.
 Penyebabnya dapat disebabkan oleh septik dan aseptik.
Meningitis Kronis dan
Rekuren
Patogenesis
 Meningitis kronis terjadi akibat infeksi yang berlangsung 
 Fraktur atau tindakan bedah saraf;
 Ruptur kista epidermoid (kimiawi) atau kemoterapi;
 Keganasan;
 Penyakit autoimun.
 Meningitis rekuren, asosiasi dengan:
 Defek pada meningens
 Fraktur basis cranii
 Tindakan bedah saraf
Meningitis Kronis dan
Rekuren
Manifestasi Klinis
 Demam subfebris
 Ensefalopati
 Resolusi spontan dan pelan dapat terjadi.
 Pemeriksaan sinus atau riwayat fraktur basis cranii 
sumber infeksi.
Meningitis Kronis dan
Rekuren
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
 Status imunitas
 Analisis CSS

 Pemeriksaan Imaging
 CT scan
 MRI
Meningitis Kronis dan
Rekuren
Tatalaksana
 Pemberian antibiotik yang sesuai dengan etiologi, sama
seperti meningitis bakterial akut.
 Kortikosteroid kadang memperbaiki gejala simptomatis.
Infeksi Virus pada Sistem
saraf
Jalur Infeksi:
 Sal. Pernapasan  mumps, campak, VZV
 Sal. Pencernaan  poliovirus dan enterovirus
 Rute orogenital  HSV
 Inokulasi  gigitan binatang (rabies); ticks,
mites, nyamuk (arbovirus)
 Transplasental  virus Rubella, CMV, HIV
 Saraf perifer  HSV, VZV, rabies
Infeksi Virus pada Sistem
saraf
Mekanisme Infeksi:
Sel
Virus
Saraf

Reseptor
Lisis
Endositosis
Neuronofagia
Kapasitas
metabolik
Infeksi Virus pada Sistem
saraf
Sindroma Klinis:
 Meningitis aseptik akut
 Meningitis rekurens
 Ensefalitis dan meningoensefalitis akut
 Ganglionitis
 Invasi kronis pada sistem saraf
 Poliomielitis anterior akut
 Infeksi virus kronis
Meningitis Viral

 Meningitis viral: golongan meningitis


aseptik; infeksi virus sistemik pada SSP
(meningens, ependima, dan ruang
subaraknoid).
 Jenis virus tergantung pada musim,
paparan, dan gejala sistemik.
Meningitis Viral
Meningitis Viral

Manifestasi Klinis

 Demam akut, nyeri kepala (>>), kaku


kuduk
 Mialgia, malaise, mual, muntah, fotofobia,
diare, rash.
 Deep tendon reflexes meningkat sementara
Meningitis Viral

Pemeriksaan Laboratorium

CSS
 Pleositosis limfositik (10-1000 sel/mm 3)
 Konsentrasi protein meningkat ringan
 Kadar glukosa normal
 Stadium hiperakut, PMC granulositosis

Imaging : jarang.
Meningitis Viral

Tatalaksana

 Meningitis viral: self-limited disease


 Terapi suportif: analgesik, antiemetik, hidrasi IV
 HIV : antiretroviral
 HSV-2 : acyclovir
 Penyembuhan total dalam 1-2 minggu.
Meningitis Tuberkulosis
Gejala klinis meningitis kronis secara
umum:

 Penurunan fungsi kognitif atau


kesadaran
 Bangkitan
 Tanpa defisit neurologis fokal
 Nyeri kepala ±
 Kaku kuduk ringan
 Demam ±
Meningitis Tuberkulosis
Patogenesis

 Mycobacterium tuberculosis 
meningitis tuberkulosis
 2 stadium patogenesis: pembentukan
tuberkel di meningens dan daerah
subpial  ruptur tuberkel  ruang
subaraknoid.
Meningitis Tuberkulosis
Patologis

 Tuberkel putih, kecil, di basis hemisfer


serebral (sedikit di lateral)
 Inti dari proses patologis terjadi di
basal meningens (tebal, akumulasi
eksudat gelatin, menutupi pons dan
sisterna interpedunkular hingga ke
medulla, dasar ventrikel ketiga dan
daerah subtalamis, kiasma optikum,
bawah permukaan lobus temporal)
Meningitis Tuberkulosis
Patologis

 Secara histologis: tuberkl meningeal


(sel epitelioid dan sel giant, limfosit,
sel plasma, jaringan ikat mengelilingi
zona sentral yang kaseus)
 Eksudat: fibrin, limfosit, sel plasma,
sel mononuklear lainnya.
Meningitis Tuberkulosis
Manifestas Klinis

 Awal: demam ringan, malaise, nyeri


kepala, bingung, kaku kuduk disertai
dengan tanda Kernig dan Brudzinski (+).
 Waktu timbul gejala, meningitis bakterial
> TB (> 1 minggu)
 Bayi dan anak: apatis, hiperiritabilitas,
muntah, bangkitan, kaku kuduk ±
 Kronis : manifestasi paresis nervus
kranial
Meningitis Tuberkulosis
Manifestas Klinis

Tingkat keparahan menurut Medical


Research Council (MRC) 1948:
 MRC I: GCS 15, defisit neurologis fokal
(-)
 MRC II: GCS 11-14, atau GCS
15 + defisit neurologis fokal
 MRC III: GCS <11, dengan atau tanpa
defisit neurologis fokal.
Meningitis Tuberkulosis
Diagnosis
A. Klinis – demam > 2minggu, anoreksia, nyeri
kepala, muntah, tanda rangsangan
meningeal, kejang, defisit neurologis fokal;
riw kontak.
B. CSS – pleositosis >20 sel/mm3, limfosit >
60%, protein > 100
mg%, glukosa < 0,6
C. Radiologis – CT scan, 2 dari penemuan
dibawah ini: eksudat di sisterna basal;
hidrosefalus; infarks; enhancement gyrus
D. Tuberkulosis ekstraneural: TB aktif pada
paru, GIT, nodus limfe, sistem skeletal
Meningitis Tuberkulosis
Diagnosis
Meningitis TB definitif:
 Kriteria A
 Isolasi bakteri dari CSS atau diagnosis
otopsi

Highly probable meningitis


TB:
 Kriteria A,B,C, dan D
Meningitis Tuberkulosis
Diagnosis
Probable meningitis TB:
 Kriteria A
 2 dari kriteria B, C, atau D

Possible meningitis TB:


 Kriteria A
 Salah satu dari B, C atau D
Meningitis Tuberkulosis
Diagnosis Definitif Meningitis TB
berdasarkan konsensus International
TB Meningitis Workshop di Afrika 2009:

Salah satu dari kriteria berikut:


 Ditemukan BTA dalam CSS
 M.tuberculossi tumbuh pada
kultur CSS
 Positif pada GeneXpert® MTB/Rif
atau PCR (rekomendasi WHO
2014)
Meningitis tuberkulosis
Rekomendasi OAT Lini Pertama pada Pasien Anak
dan Dewasa dengan Meningitis Tuberkulosis

Obat Dosis Harian Dosis Harian Dewasa


(Anak<12 th)
Isoniazid (INH) 10 mg/kgBB 5 mg/kgBB
(6 – 15 mg/kgBB) (4 – 6 mg/kgBB)
Rifampisin (RIF) 15 mg/kgBB 10 mg/kgBB
(10 – 20 mg/kgBB) (8 – 12 mg/kgBB)
Pirazinamid (PZA) 35 mg/kgBB 25 mg/kgBB
(30 – 40 mg/kgBB) (20 – 30 mg/kgBB)
Etambutol (EMB) 20 mg/kgBB 15 mg/kgBB
(15 – 25 mg/kgBB) (12 – 18 mg/kgBB)
Streptomisin (SM) 17,5 mg/kgBB 15 mg/kgBB
(15 – 20 mg/kgBB) (15 – 20 mg/kgBB)
selama 12 bulan: 2 bulan (HRZE atau HRZS) + 10 bulan
(HR)
Meningitis tuberkulosis
Rekomendasi Dosis Deksametason pada Pasien
Meningitis Tuberkulosis

Minggu MRC Derajat I MRC Derajat II dan III


Minggu 1 0.3 mg/kgBB/24 jam, IV 0.4 mg/kgBB/24 jam, IV
Minggu 2 0.2 mg/kgBB/24 jam, IV 0.3 mg/kgBB/24 jam, IV
Minggu 3 0.1 mg/kgBB/24 jam, IV 0.2 mg/kgBB/24 jam, IV
Minggu 4 3 mg/kgBB/24 jam, PO 0.1 mg/kgBB/24 jam, IV
Minggu 5 2 mg/kgBB/24 jam, PO 4 mg/kgBB/24 jam, PO
Minggu 6 1 mg/kgBB/24 jam, PO 3 mg/kgBB/24 jam, PO
Minggu 7 Stop 2 mg/kgBB/24 jam, PO
Minggu 8 1 mg/kgBB/24 jam, PO

Perdarahan GI, deksa  stop, tidak diberikan


bersamaan dengan anti-reseptor H2.
Meningitis Tuberkulosis
Komplikasi

 Hiponatremia (SIADH dan CSWS)


 Hidrosefalus
 Stroke (prediktor buruk)
 Bangkitan

Prevensi

 Vaksinasi BCG (bacille


Calmette– Guerin)  proteksi
(52-84%).

Anda mungkin juga menyukai