Anda di halaman 1dari 31

Nama Anggota :

1. AISYAH (171440101)
2. CAHYA LYSTIANI (171440102)
3. DEWI APRILIANTI (171440105)
4. ELLENA FEBRIAFENA (171440107)
5. FINDA YESIANA (171440108)
6. NUR RAHMA DHINA (171440117)
7. RACHMA FADILLAH (171440119)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
TAHUN 2018
A S U H A N K E P E R AWATA N D E N G A N G A N G G UA N S I S T E M E N D O K R I N :
P O S T A M P U TA S I TA R S A L D E X T R A D I G I T I I , I I I , I V PA DA T N . Y D I
R UA N G M E L AT I R S U D D E PAT I H A M Z A H PA N G K A L P I N A N G
TA H U N 2 01 8

Konsep Dasar Post Tinjauan Asuhan Keperawatan


Amputasi Tarsal Dextra Post Amputasi Tarsal Digiti II,
Digiti II, III, IV III, IV
Etiologi
Pemeriksaan
Patofisiologi
Diagnostik
Manifestasi Klinis

PENGKAJIAN

TINJAUAN KASUS DIAGNOSA KEPERAWATAN

INTERVENSI KEPERAWATAN

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


KEPERAWATAN
Konsep Dasar Post
Amputasi Tarsal
Dextra Digiti II, III, IV
Konsep Dasar Post Amputasi Tarsal Dextra Digiti
II, III, IV

Amputasi pada pasien DM yaitu prosedur


Gangren atau pemakan luka didefinisikan sebagai
pembedahan yang dihasilkan dari sebuah
jaringan nekrotik atau jaringan mati yang
kondisi medis yang serius yang
disebabkan oleh adanya emboli pembukuh darah
diakibatkan oleh peripheral vascular
besar arteri pada bagian tubuh sehingga supplai
disease (PVD), sensory neuropathy,
darah terhenti, dapat terjadi sebagai akibat proses
riwayat amputasi
inflamasi yang memanjang, perlukan (digigit
sebelumnya, foot deformities, dan ulcers,
serangga, kecelakaan kerja atau terbakar), proses
yang bertujuan untuk mencegah
degenerative (arterosklerosis) atau gangguan
penyebaran infeksi ke bagian ektermitas
metabolik seperti DM.
yang sehat (Yeboah et at, 2016).
ETIOLOGI
Menurut proses terjadinya kaki diabetik diawali oleh angiopati, neuropati,
dan infeksi. Neuropati menyebabkan gangguan sensorik yang menghilangkan
atau menurunkan sensasi nyeri kaki, sehingga ulkus dapat terjadi tanpa
terasa. Gangguan motorik menyebabkan atrofi otot tungkai sehingga
mengubah titik tumpu yang menyebabkan ulserasi kaki. Angiopati akan
mengganggu aliran darah kaki sehingga terjadi kematian jaringan yang
mengarah ke infeksi.

Pada penderita DM dan kombinasi dari tekanan darah tinggi dan kolesterol
tinggi menyebabkan kerusakan pada lapisan arteri. Sehingga arteri menjadi
sempit atau benar-benar terhalang akan mengurangi tekanan darah dan
jumlah sirkulasi darah secara ekstrem. Dinding arteri akan mengecil dan
kapiler menebal, sehingga oksigen tidak dapat menyebrangi dinding dengan
mudah. Jika aliran darah berkurang, ganggren akan terjadi. Maka amputasi
dilakukan untuk mengangkat jaringan mati, sehingga penyebaran ganggren
bisa dicegah dan memungkinkan jaringan sehat untuk pulih
Patofisiologi
Neuropati sensoris perifer pada kaki diabetik
merupakan faktor terpenting, dimana hilangnya
rasa kepekaan pada kaki menyebabkan kaki sangat
Ulkus kaki diabetes
rentan terhadap luka, atau trauma yang sangat
disebabkan tiga faktor yang
ringan sekalipun. Pecahnya permukaan kulit,
sering disebut trias, yaitu:
bahkan yang disebabkan oleh tusukan atau lecet
iskemi, neuropati, dan
yang sangat kecil sekalipun, menyebabkan bakteri
infeksi. Kadar glukosa
mendapatkan tempat untuk masuk dan terjadi
darah tidak terkendali akan
proses infeksi. Pengobatan yang tidak berhasil
menyebabkan komplikasi
akan menyebabkan kaki menjadi gangren dan bisa
kronik neuropati perifer
memerlukan amputasi.
berupa neuropati sensorik,
motorik, dan autonom.

DM yang tidak terkendali akan menyebabkan


penebalan tunika intima (hiperplasia membran
basalis arteri) pembuluh darah besar dan kapiler,
sehingga aliran darah jaringan tepi ke kaki
terganggu dan nekrosis yang mengakibatkan
ulkus diabetikum.
Manifestasi Klinis
• Rasa tebal (numbness)
• Perabaan ekstrimitas menjadi dingin
• Pada awalnya pada area luka berwarna kemerahan
dan secara bertahap menjadi kecoklatan
• Warna kulit bisa tampak lunak
• Pada fase akhir, organ yang terkena infeksi
jaringannya akan menghitam
Pemeriksaan Diagnostik

• Pemeriksaan laboratorium
pemeriksaan glukosa darah baik glukosa darah puasa
atau sewaktu, glycohemoglobin (HbA1c), Complete Blood
Count (CBC), urinalisis, dan lain- lain.
• Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang: X-ray, EMG
(Electromyographi), Rontgen dan pemeriksaan
laboratorium
• Pemeriksaan sederhana
Konsep Asuhan Keperawatan
Post Amputasi Tarsal Digiti II,
III, IV
1. Pengkajian Keperawatan

a. Keluhan utama
Rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, luka yang tidah sembuh-sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada klien. Riwayat penyakit luka, penyebab,
upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat DM atau penyakit-penyakit lain yang ada kaitan
dengan defisiensi insulin, misalnya : penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, aterosklerosis
c. Riwayat kesehatan keluarga
Menderita DM, atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan defisiensi insulin
 Pemeriksaan fisik
a. Neuro Sensori
Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan memori, kekacauan
mental, reflek tendon menurun, aktivitas kejang.
b. Kardiovaskuler
Takikardia/nadi menrun atau tidak ada, perubahan tekanan darah
postural, hipertensi, disritmia, krekel, DVJ (GJK)
C. Pernapasan
Takipne pada keadaan istirahat dengan aktivitas, sesak napas, batuk
dengan tanpa sputum purulent dan tergantung ada tidaknya infeksi,
paralise otot pernapasan (jika kadar kalium menurun tajam), RR >24 jam
kali/menit, nafas berbau tajam.
d. Gastrointestinal
Muntah, penurunan berat badan, distensi abdoment, asites, wajah
meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun
Continue...

Alkalosis respiratorik

 Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,


hemokonsentrasi, menunjukkan respon terhadap stres dan
infeksi.
 Ureum/kreatinin : mungkin meningkat/normal
lochidrasi/penurunan fungsi ginjal
 Amilase darah : Mungkin meningkat > pankacatitis akut
 Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe 1),
normal sampai meningkat pada tipe 2 yang mengidentifikasikan
insufisiensi insulin
 Pemeriksann fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid
dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin
 Urine : gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolaritas
mungkin meningkat
 Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada
saluran kemih, infeksi pada luka.
Diagnosa Keperawatan
 Diagnosa Keperawatan (Berdasarkan Prioritas)
berdasarkan NANDA Diagnosis Keperawatan
2015-2017
a. Nyeri akut b/d agen cedera fisik (amputasi)
b. Resiko ketidakstabilan gula darah
c. Resiko Jatuh
Perencanaan Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
(amputasi)
a. Monitor tanda tanda vital klien
b. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
c. Dukung istirahat dan tidur yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri.
d. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi rasa
nyeri
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik.
2) Risiko jatuh
a. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien berdasarkan
fungsi fisik dan kognitif serta riwayat perilaku dimasa lalu
b. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahan
berbahaya dan berisiko
c. Sediakan alat untuk beradaptadi (misalnya, kursi untuk
pijakan dan pegangan tangan)
d. Bantu pasien saat melakukan perpindahan ke lingkungan
yang lebih aman (misalnya, rujukan untuk mempunyai
asisten rumah tangga)
3) Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
a. pantau kadar glukosa darah
b. mendorong asupan cairan oral
c. mengindentifikasi kemungkinan penyebab
hiperglekimia
d. memfasilitasi kepatuhan terhadap diet dan latihan
3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
a. Kaji kemampuan dalam mobilisasi
b. Ajarkan kepada pasien teknik ambulasi
c. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana
ambulasi sesuai kebutuhan
d. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai kebutuhan
TINJAUAN KASUS
PEMBAHASAN
Pengkajian
Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya
kelompok melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan
menerapkan proses keperawatan dimana pengkajian
dilaksanakan pada tanggal 19 Desember 2018
pengambilan kasus. Pada pengkajian teoritis umumnya
dengan gangren dapat ditemukan keluhan seperti
kesemutan, luka tidak sembuh dan berbau, nyeri, memiliki
riwayat diabetes melitus, dan pada pemeriksaan fisik
ditemukan ciri-ciri seperti takpineu, hipertensi, sesak nafas,
dan muntah, hipertermi, dan ulkus pada kaki. Sedangkan
pada pengkajian yang kami lakukan pada Tn.Y yang
dilaksanakan tidak jauh berbeda dengan manifestasi klinis
kami menemukan keluhan seperti Nyeri pada tarsal dextra
(luka amputasi) nyeri berdenyut, nyeri di tarsal dextra
dengan skala nyeri 5, nyeri muncul saat kaki digerakkan,
klien tampak lemas, klien tampak pucat, nadi 73 kali/menit,
suhu tubuh normal, terdapat luka dan luka mengeluarkan
bau tidak sedap, dan mempunyai riwayat diabetes melitus
dari ibunya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Secara umum diagnosa yang timbul ditemukan adalah :


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ( amputasi)
2. Resiko jatuh berhubungan dengan katarak
3. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa berhubungan dengan
diabetes melitus
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Sedangkan diagnosa yang timbul pada kasus Tn.Y
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ( amputasi)
2. Resiko jatuh berhubungan dengan katarak
3. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa berhubungan dengan
diabetes melitus
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Pada intervensi keperawatan dengan diagnosa nyeri akut terdapat
beberapa intervensi yaitu:
1. Monitor tanda tanda vital klien
2. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
3. Dukung istirahat dan tidur yang adekuat untuk membantu penurunan
nyeri.
4. Ajarkan teknik distraksi (mendengarkan sholawat) untuk mengurangi
rasa nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik

Pada kasus ini kami memilih intervensi ajarkan


teknik distraksi (mendengarkan sholawat) untuk mengurangi rasa
nyeri karena berdasarkan jurnal yang kami baca, nyeri post
operasi disebabkan oleh adanya rangsangan mekanik akibat
terjadinya kerusakan jaringan akibat prosedur pembedahan yaitu
adanya luka (insisi), kerusakan jaringan (insisi) ini akan merangsang
mediator-mediator kimia dari nyeri seperti histamin, bradikinin,
asetilkolin, dan subtansi prostaglandin dimana zat-zat ini dapat
meningkatkan sensitifitas nyeri .
Sedangkan pada kasus yang kami temukan, ada 5 intervensi
yang digunakan, antara lain:
1. Monitor tanda tanda vital klien
2. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
3. Dukung istirahat dan tidur yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri.
4. Ajarkan teknik distraksi (mendengarkan sholawat) untuk
mengurangi rasa nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik
Sehingga tidak ada kesenjangan pada intervensi keperawatan di
tinjauan teoritis dan kasus.
Pada intervensi keperawatan dengan diagnosa Resiko jatuh berhubungan dengan
katarak terdapat beberapa intervensi yaitu :
1. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta
riwayat perilaku dimasa lalu
2. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahan berbahaya dan berisiko
3. Sediakan alat untuk beradaptasi (misalnya, kursi untuk pijakan dan pegangan
tangan)
4. Bantu pasien saat melakukan perpindahan ke lingkungan yang lebih aman
(misalnya, rujukan untuk mempunyai asisten rumah tangga)
Sedangkan pada kasus yang kami temukan, ada 4intervensi yang digunakan, antara lain:
1. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta
riwayat perilaku dimasa lalu
2. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahan berbahaya dan berisiko
3. Sediakan alat untuk beradaptasi (misalnya, kursi untuk pijakan dan pegangan
tangan)
4. Bantu pasien saat melakukan perpindahan ke lingkungan yang lebih aman
(misalnya, rujukan untuk mempunyai asisten rumah tangga)
Sehingga tidak ada kesenjangan pada intervensi keperawatan di tinjauan teoritis dan
kasus.
Pada intervensi keperawatan dengan diagnosa Resiko
ketidakstabilan kadar glukosa berhubungan dengan diabetes
melitus terdapat beberapa intervensi yaitu :
1. Pantau kadar glukosa darah
2. Dorong asupan cairan oral
3. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglekimia
4. Memfasilitasi kepatuhan terhadap diet dan latihan
Pada intervensi keperawatan dengan diagnosa Hambatan mobilitas
fisik berhubungan dengan nyeri terdapat beberapa intervensi yaitu
:
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Ajarkan kepada pasien teknik ambulasi
3. Kaji kemampuan dalam mobilisasi
4. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
sesuai kebutuhan
5. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri
sesuai kebutuhan
Dalam tahap implementasi, kelompok bekerjasama dengan klien,
keluarga klien, perawat ruangan dan tim kesehatan. Implementasi
dilaksanakan pada tanggal 19–21 Desember 2018. Implementasi
dilaksanakan sesuai dengan prioritas masalah dan kondisi klien.
Dalam melaksanakan evaluasi proses dan evaluasi hasil pada
klien dilaksanakan pada saat sebelum dan sesudah
melaksanakan tindakan. Evaluasi keperawatan mengenai reaksi
dan hasil tindakan keperawatan dilaksanakan berdasarkan
tujuan yang ditetapkan pada intervensi. Evaluasi dilaksanakan
pada 21 desember 2018, shift pagi pukul 13.00 WIB.
Keberhasilan tindakan keperawatan dilakukan secara subjektif
melalui ungkapan klien dan secara objektif melalui
pengamatan dan pengukuran dari empat diagnosa seluruhnya
masalah belum teratasi dan masalah teratasi.

Anda mungkin juga menyukai