Anda di halaman 1dari 72

TEKNIK BIOREMEDIASI

LAHAN TERCEMAR POLUTAN

Q. Helmy
Exxon valdez oil spill
Recent Oil Spill Accident:
Montara Oil Spill- Australia ( August, 2009)
Montara Spill - Cumulative Oil Slick Impact -
September 24, 2009

Indonesia

Australia
 TEKNIK PEMULIHAN ATAU
PERBAIKAN MEDIA LINGKUNGAN
YANG TERCEMAR OLEH
KONTAMINAN DENGAN
PENGOLAHAN SECARA BIOLOGIS

 PENGURAIAN SENYAWA ORGANIK


BERACUN MENJADI SENYAWA
YANG LEBIH SEDERHANA
DENGAN MENGGUNAKAN
MIKROORGANISME
Teknik Bioremediasi
 Optimasi kontak antara mikroorganisme
dengan pencemar yang dimanfaatkan sebagai
sumber makanan
 Lebih ditujukan pada materi organik
 Teknik bioremediasi tanah tercemar:
 In-situ: pengolahan setempat
 Ex-situ: pengolahan di tempat lain
In - Situ
 Kelebihan:
 Mengurangi gangguan thd lokasi
 Pengolahan pencemaran yang lebih dalam
 Kontak dengan pencemar minimal terutama pencemar
volatil
 Mengurangi biaya transportasi
In - situ
 Kekurangan:
 Data geohidrologi yang lengkap
 Pengendalian kondisi reaksi dan hasil akhir sulit
 Monitoring yang lebih hati-hati
 Perlu rekayasa lebih lanjut untuk suply oksigen dan
nutrien
In - Situ
 Contoh:
 Soil-venting: kontaminan yang volatil dan di evakuasi
untuk diolah lebih lanjut
 Bio-venting/Bio-sparging: kontaminan semi dan non-
volatil dengan suplai oksigen dan nutrien
Soil Venting Air Sparging
Tangki nutrien
Elektron akseptor Pengolahan

Sumur injeksi
Sumur recovery

kontaminasi

Arah aliran
air tanah
Skematis bioremediasi in-situ
(Bio venting)
Nutrien +
Spray irrigation/
Infiltration trenches

Water table

Kontaminasi

Skematis bioremediasi in-situ 2


(Bio venting)
Ex - Situ
 Kelebihan:
 Optimasi kondisi pengolahan
 Pengendalian proses
 Pengolahan lebih cepat
 Mikroorganisme khusus dapat
diimplementasikan
Ex - Situ
 Kekurangan:
 Pemindahan bahan pencemar
 Pendekatan bioremediasi termahal
 Materi volatil kurang terkontrol pada saat
pemindahan
BIO-PILE
Suplay oksigen

Kontaminasi

geotextile
Drainase
Blower
Knock out tank
Kondisi Operasional Bioremediasi
 pH: 6 - 9
 Temperatur: 20 – 40 C
 Kandungan Air: 15 – 20%
 Nutrien (N, P, dan K)
 Substrat dan ko-substrat
 Bioavailabilitas polutan
 Oksigen: aerobik dan anaerobik
Menentukan jenis mikroorganisme yg terlibat !!!
Bagan pengelolaan
PRETREATMENT
Separator
TPH >20% BIOREMEDIASI
Liquid treatment
Pencampuran
TPH c.a 5-10% TPH 1-2%

Site
DISPOSAL SITE
Redevelopment

In-situ bioremediasi
Jangka waktu panjang
(Phytoremediasi)
Biopile Technology
 Decision tree
Tanah Pilih teknologi
Tdk
terkontaminasi pengolahan
dengan Minyak? alternatif

Ya

Karakteristik tanah yang Tanah


Tanah
tercemar terkontaminasi Tdk terkontaminasi di
• Volume akan shallow vadose
• Site assessment data dipindahkan/ zone? /
Dikeruk? <2.5 m

Ya Ya

Ya Total < Ya In-situ


Excavation Tdk
200 m3 is feasible?
remediation

Tdk

Total
Offsite disposal Tdk volume tanah per 3 Evaluasi ekonomi dari
more bulan > 3000 m3 Biopile dibanding
economical?? atau available land teknologi lainnya?
limited

Ya

Pilih teknologi alternatif Tdk


• Landfill
• Asphalt blending, dll
Ya
Biopile
Feasible?

Pilih teknologi
alternatif lainnya
Lakukan Tdk Ya
Treatability
Study

Ya Ya

Tdk
Tdk

Pilih teknologi
alternatif lainnya
Site Characteristic

Sampling awal

BioTreatibility Study

Penentuan Metode Bioremediasi

Pelaksanaan di Lapangan
• Teknologi biopile ini dilakukan dengan cara membuat tanah
terkontaminasi menjadi piles atau cell dan diberi supply udara
• Konstruksi biopile meliputi persiapan lahan, liner, vacum untuk
pertukaran udara.
• Biopile umumnya dilengkapi dengan sistem distribusi udara yang
terletak dibawah tanah
• Monitoring parameter dilakukan selama proses bioremediasi
berlangsung
• Biopile tidak efektif pada konsentrasi TPH tinggi (TPH> 5%)
MONITORING
WELLS

BLOWER
+ 1M

+ 1M

PIPE DISTRIBUTION
OF OXYGEN BY BLOWER

HOLE DISTRIBUTION

BLOWER

MAIN PIPE
• Materi yang terkontaminasi diekskavasi dan dipindahkan ke reaktor
slurry-phase
• Karakteristik khusus dari pengolahan slurry-phase ini suspensi dari
tanah atau sludge yang terkontaminasi dalam media yang aqueous
• Perbandingan antara medium aqueous dan limbah adalah 60:40
• Monitoring parameter dilakukan selama proses bioremediasi
berlangsung
• Proses ini berlangsung efektif dengan konsentrasi TPH < 5%
Water Nutrient
Aeration
Nutrient Recycle
microorganism
Aeration
microorganism
Mixer
Dewatered
Slurry

Water

Sludge Dewatering Slurry


Bioreactor

IN SITU SLURRY- PHASE REAKTOR BIOSLURRY


• Persiapan unit (Soil Bioremediation Facility) disesuaikan dengan volume kontaminan
yang akan diremediasi

• Dasar unit SBF dilapisi dengan plastik liner yang berfungsi mencegah terjadinya
intrusi lindi

• Dilakukan penambahan material (bulking agent, pupuk, nutrisi, bakteri), air untuk
menjaga kelembapan dan secara periodik tanah diaduk atau dibajak untuk
mendapatkan transformasi oksigen

• Luas lahan yang dibutuhkan dalam proses bioremediasi dengan metode kombinasi
Composting-Landfarming adalah sekitar 2-4 Ha

• Composting-Landfarming berlangsung efektif sampai dengan TPH 15%


S

1m

Drainase
Sludge Liner
S
A

Drainase
Sumur Pantau Penampang Unit Mixing Cell
(Hulu-Hilir)
Tahap Pelaksanaan bioremediasi

1. Treatability study
2. Site characteristic
3. Persiapan proses bioremediasi
4. Proses bioremediasi
5. Sampling dan monitoring
6. Revegetasi
1. Treatability studies dilakukan:
 in laboratory microcosms,
 at pilot scale,
 in the field.
in laboratory microcosms
Laboratory Microcosm
At Pilot Scale
in the field
Goal of treatability studies 1
 Evaluasi feasibility keseluruhan proses atau skema
proses
 Menentukan skenario dari treatment
 Menentukan kriteria desain untuk proses pengolahan
 Memperkirakan biaya kapital serta operasional dari
proses yang diusulkan
Goal of treatability studies 2
 Menentukan parameter kontrol serta limitasi
untuk optimasi performance
 Evaluasi teknik material handling dan equipment
 Konfirmasi performance di lapangan dan fate dari
kontaminan
 Evaluasi masalah performance yang timbul
 Melakukan optimasi performance yang
berkelanjutan selama proses pengolahan di
lapangan.
Treatibility Study II
Oil Content Awal:
15%

Lama Proses:
4 Bulan

Oil Content Akhir :


0.3 – 1.2%
2. Site Characteristic

Studi untuk mengetahui kondisi lingkungan awal di lokasi tanah


terkontaminasi minyak bumi yang meliputi kondisi kualitas fisik, kimia dan
biologi

3. Persiapan proses bioremediasi

Meliputi persiapan alat, bahan, administrasi serta tenaga manusia


Pedoman/kriteria pemilihan lokasi pengolahan kontaminan
Parameter Difinisi Rekomendasi
Geografi Lokasi pengolahan 1. Pilih lokasi dengan drainase yang baik serta berada diluar
kawasan banjir.
2. Pilih lokasi dengan jarak yang jauh (min 500 meter) dari
perkampungan terdekat.
3. Lokasi tersedia/eksisting dengan sarana dan prasarana yang
memadai lebih diutamakan
Aksesibilitas Akses menuju dan keluar 1. Jalan akses ke lokasi pengolahan minimal terkompaksi kerikil,
dari lokasi pencemaran aspal atau beton.
2. Jalan yang dilapisi lempung dapat diterima jika lokasi terpencil.
3. Pastikan kapasitas jembatan memenuhi tonase semua alat berat
yang dipakai.
4. Lokasi pengolahan yang berdekatan dengan lokasi pencemaran
lebih diutamakan, pastikan aksesibilitas lokasi pengolahan
selama proyek berlangsung.
Kebutuhan area Area yang diperlukan Termasuk akses jalan utama, area penyimpanan tanah, area
dalam pengolahan tanah pemprosesan tanah, buffer zone, tangki penyimpanan
tercemar air/nutrisi/mikroba.
Utilitas Ketersediaan listrik dan air Pastikan ketersediaan listrik serta air dilokasi pengolahan.
Logistik tanah Transportasi, handling serta 1. Truk pengangkut tanah tercemar memerlukan rute akses serta
tercemar penyimpanan tanah ruang bermanuver didalam lokasi pengolahan.
tercemar 2. Pastikan ketersediaan peralatan handling untuk pemindahan,
pencampuran serta penggemburan tanah tercemar.
3. Area pengolahan harus dilapisi oleh pelapis/liner impermeable.
Keamanan Akses kontrol lokasi 1.Lokasi pengolahan dipagar dengan pintu akses.
pengolahan 2.Pasang tanda peringatan serta alamat kontak.
3.Kunci segala peralatan selama tidak digunakan.
Layout perencanaan lokasi pengolahan tanah tercemar
Desain area pengolahan atau sel bioremediasi :

1. Area pengolahan merupakan suatu hamparan yang dibuat khusus dengan


slope kemiringan 2% sehingga memungkinkan terjadinya pengumpulan
leachate atau runoff dari area pengolahan.
2. Disediakan sumur pengumpul (collection pit) untuk menampung leachate
dan runoff water ini.
3. Untuk mengantisipasi curah hujan tinggi, disediakan sistem drainase di
sekeliling area pengolahan.
4. Untuk melindungi air tanah, dasar area pengolahan dilapisi lapisan tanah liat
yang khusus didatangkan dan dikompaksi sehingga berfungsi sebagai
lapisan kedap air.
5. Untuk menjaga kelembaban lumpur minyak, maka dilakukan penyiraman
secara periodik menggunakan truk vaccum dengan penyemprot air atau
pompa portable yang dihubungkan dengan pipa plastik sebagai penyemprot
air.
4. Proses bioremediasi
Meliputi serangkaian proses penggalian tanah tercemar, pencampuran
dengan tanah segar, penambahan bulking agent, penambahan inert
material, penambahan bakteri dan nutrisi serta proses pencampuran
semua bahan

Penambahan bulking agent & pupuk


Pemasangan Liner
Ilustrasi proses pemasukan tanah tercemar dalam sel pengolahan
Pengadukan sebagai
aerasi

Penambahan mikroba
Flow chart proses pengolahan tanah tercemar minyak bumi (COCS)
Kembalikan ke SOP
01
Tanah tercemar Tidak tempat asal
minyak bumi Simpan sebagai
tanah pencampur
(COCS)?

Ya
Haul
In
SOP 02 Tentukan kadar COCS:
Tentukan metode alternative
Volume COCS memenuhi Tidak pengolahan
Assessment data lokasi, asal persyaratan untuk diolah?
Pencampuran dengan tanah
COCS bersih (maks 1:1)
Pemilahan COCS

Periksa kondisi sel Bioremediasi Ya


Penyiapan isi sel
SOP 03 Cek tanggul pembatas sel Tempatkan SOP Bioremediasi SOP 05
Cek adanya cekungan/ genangan COCS dalam 04 Perbaikan dasar sel
air Stock Pile Pemasukan COCS Proses
Cek sampah padat (kayu, besi) Pengadukan+perataan
Cek drainase, Leachate control

Tambahkan tanah pencampur


SOP 06 Tambahkan bulking agent Tidak TPH awal COCS
Tambahkan kompos 6-8% ?

Ya
Tambahkan sumber N
SOP 07 Tambahkan sumber P Tidak Kandungan C:N:P
Tambahkan pengatur pH (100:10:1) dan pH (6-9)
(Asam/Basa) ?

Operasi rutin pengolahan COCS Ya


1Pengadukan, pembajakan
2Perawatan/pemantauan berkala
Kadar air 50-70%
(Pengambilan Sampel)
Cek kadar TPH
Ya FC dan ∑ mikroba Proses
petrofilik 1000 CFU/g
Cek kelembaban
tanah kering?
Cek C:N:P dan pH
Cek ∑ Mikroba
Tidak
Tambahkan air
SOP 09,
Tambahkan sumber 10
Pengolahan COCS Mikroba indigenous/
lokal
memenuhi persyaratan Tidak
KepMenLH 123 tahun
2003?

Ya
Pengeluaran tanah hasil
Lakukan Quality Control terhadap pengolahan.
SOP 11 tanah hasil pengolahan sebelum Sisakan ± 25% tanah
Haul
SOP 12
dikeluarkan dari sel Bioremediasi Ratakan kembali Out
Sel Bioremediasi siap menerima
COCS baru/segar
5. Sampling dan monitoring
Pengambilan cuplikan tanah dan air selama proses bioremediasi
PERAWATAN ISI-SEL

Jika melebihi batas Jika kurang dari batas


Parameter Tujuan Kriteria
Kriteria Kriteria
TPH Menentukan TPH < 80.000 mg/kg  Tambahkan -
konsentrasi kontaminan dengan tanah
yang akan diolah pencampur (1:1)
atau bulking agent
 Lakukan
pembajakan
setelah ditambah
tanah bersih
Mikroba Menentukan kehadiran Mikroba pendegradasi -  Pastikan rasio
pendegradasi mikroba yang TPH > 1.000 CFU/g nutrient terpenuhi,
Minyak Bumi berpotensi tanah kering kandungan air,
mendegradasi transfer oksigen
kontaminan berupa serta kandungan
minyak bumi logam/toksik <
2.500 mg/kg.
 Pertimbangkan
penambahan
mikroba
pendegradasi lokal
yang telah
diperbanyak
PERAWATAN ISI-SEL (lanjutan)
Jika melebihi batas Jika kurang dari batas
Parameter Tujuan Kriteria
Kriteria Kriteria
pH Menentukan pH : 6-9 Tambahkan senyawa Tambahkan senyawa
penambahan bahan asam basa seperti kapur
untuk mengontrol pH
Kandungan Menentukan C/N : 100:5 - Tambahkan pupuk
Nitrogen kandungan nitrogen pertanian yang
dalam tanah mengandung nitrogen
Kandungan fosfor Menentukan C/P : 100:1 - Tambahkan pupuk
kandungan fosfor pertanian yang
dalam tanah mengandung fosfor
Kelembaban Menentukan kadar 50% - 75% dari field Biarkan tanah Tambahkan air
tanah kelembaban dalam capacity mengering secara
tanah alami
Distribusi dan Menentukan Kandungan lempung - Lakukan penggemburan
analisis ukuran kandungan lempung yang rendah dengan pembajakan
partikel tanah yang menentukan tanah serta tambahkan
jumlah bulking agent bulking agent
yang dibutuhkan
Ilustrasi proses pengeluaran tanah hasil pengolahan
5. Pasca Proses dan Revegetasi
Pemerataan, penutupan kembali drainase dan perapihan lahan sehingga
lahan kembali seperti semula
20 A
18 B
Konsentrasi TPH%

16 C
14 D
12
E
10
F
8
G
6
H
4
2
0
0 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70
Waktu
Kendala Kendala
Persoalan di Indonesia
 Polutan yang bisa di bioremediasi
 End point criteria yang sesuai dengan daerah
dan peruntukan wilayah
 Monitoring parameter sesuai dengan
kemampuan analisis lab rujukan.
 Teknik Bioremediasi yang dapat
diaplikasikan
 Persyaratan teknis tidak text book oriented
 Modifikasi disesuaikan dengan kondisi
lingkungan setempat
Biodegradabilitas limbah
yang akan diolah
 Kompleks : Misalnya minyak Duri % degradabilitas
rendah (c.a 50%)
 Reliable: degradasi 70%-90%, umumnya
meninggalkan fraksi berat yang sulit terurai lebih
lanjut
 Cukup recalcitrant: memiliki kandungan wax yang
cukup tinggi….
 Mungkin diperlukan karakterisasi biodegradabilitas
limbah yang akan diolah
Limitations to Bioremediation
 Timescale
 Residual Contaminants Levels
 Inconsistency
 Recalcitrant Pollutants eg DDT, PAHs
 Bioavailability
 Degrading microorganisms
 Aqueous solubility
 Toxicity
Senyawa – senyawa pembantu proses
Bioremediasi:

1. Mikroba pemakan minyak (Oil Degrader Microorganisms)


2. Bulking Agent & Nutrisi
3. Biosurfactant (Bio-Surface Active Agent)
Mikroba pendegradasi Minyak
Mikroba pendegradasi Minyak
Mass Production of Selected Microbe
Microbe ready to transfer @ 2.5 kg
Bulking Agent

1. Membantu menggemburkan (memperbaiki tekstur) tanah


2. Meningkatkan porositas tanah
Mekanisme kerja Biosurfaktan:
Bioremediation Problem Definition
Limiting Factor

-High Toxicity of Hydrocarbon


 Specific microorganisms is Petro-Bacteria
required
-Low Solubility
 Reduce the availability of Biosurfactant
substrate

Increased the solubility of


hydrophobic compound Increased the
removal efficiency

Increased the availability of


Increased the effectivity
substrate to microbial attack
of degrader bacteria
Ilustrasi proses perbanyakan mikroba dan produksi Bio-Surfaktan
Keuntungan Penggunaan Biosurfaktan:

1. Meningkatkan solubilitas kontaminan


2. Meningkatkan bioavailabilitas kontaminan
3. Meringankan kerja mikroba pendegradasi
4. Meningkatkan efisiensi pengolahan secara
keseluruhan
Gambar aplikasi dispersan/surfaktan dalam Bioremediasi
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai