Anda di halaman 1dari 45

INTUSUSEPSI

Oleh
AMALIA RAMDHANIYAH (N 111 14 034)
Pembimbing
dr. I MADE WIRKA,Sp.B
PENDAHULUAN
 Intususepsi dikenal juga dengan nama “Invaginasi”

 Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada anak dan


agak jarang pada orang dewasa.

 Kebanyakan ditemukan pada kelompok umur 2 – 12 bulan,

 Invaginasi pada anak biasanya bersifat idiopatik karena tidak


diketahui penyebabnya.
 Invaginasi ialah suatu keadaan sebagian usus masuk ke dalam
usus berikutnya.

 Biasanya bagian proksimal masuk ke distal

 Bagian usus yang masuk disebut intussusceptum dan bagian


yang menerima intussusceptum dinamakan intussuscipiens.

 Pemberian nama invaginasi bergantung hubungan antara


intussusceptum dan intussuscipiens
 Ileo-colica yang paling banyak ditemukan (75%)

 Penderita biasanya bayi sehat, menyusui, gizi baik dan dalam


pertumbuhan optimal.

 Ada yang menghubungkan terjadinya invaginasi karena


gangguan peristaltik, 10% didahului oleh pemberian makanan
padat dan diare.

 Diare dan invaginasi dihubungkan dengan infeksi virus.

 Invaginasi pada umur 2 tahun ke atas, biasanya bersama-sama


Divertikel Meckel, polip, hemangioma dan limfosarkoma.
 Kasus invaginasi masuk ke rumah sakit sebagai kasus gawat
darurat.

 Tindakan pertama yaitu mengatasi kekurangan cairan,


elektrolit & keseimbangan asam basa.
ANATOMI
Usus Halus
Usus Besar
Gambar Perdarahan usus
DEFINISI
 adalah suatu keadaan gawat darurat akut dimana segmen usus
masuk ke dalam segmen lainnya sehingga dapat menyebabkan
obstruksi yang disusul dengan strangulasi usus. Umumnya
bagian usus yang proksimal masuk ke bagian distal.

 Bagian segmen usus yang masuk ke bagian distal disebut


intususeptum

 Bagian usus yang membungkus intususeptum disebut


intususipien
KLASIFIKASI
Intususepsi dibedakan dalam 4 tipe :
 Enterik
 Ileosekal
 Kolokolika
 Ileokoloika
EPIDEMIOLOGI
 Umumnya ditemukan pada anak-anak di bawah 1 tahun
ETIOLOGI
 Adanya penebalan Plaque Peyer

 Adanya perubahan flora usus

 Gerakan peristaltic yang berlebihan (polip usus, divertikel


Meckel, limfoma, hemangioma, leiomioma, leiosarkoma, dan
mesenteric hematom)
FAKTOR RESIKO
 Perubahan diet makanan dari cair ke padat

 Enteritis akut
PATOFISIOLOGI
Right-Hemicolectomy Specimen (Tampakkan luar)
tampakkan intususepsi Ileocecal
MANIFESTASI KLINIS
Trias Invaginasi pada anak:
 Anak mendadak kesakitan, menangis dan mengangkat kaki
(crapping pain), bila lanjut sakitnya berterusan.
 Muntah warna hijau (cairan lambung)
 Defekasi feses campur lendir (kerusakan mukosa), atau darah
(kerusakan dalam) red currant jelly stool.
DIAGNOSIS
Gejala klinis yang menonjol dari invaginasi adalah suatu trias
gejala yang terdiri dari:
 Nyeri perut yang datangnya secara tiba – tiba, nyeri bersifat
serangan–serangan, nyeri menghilang selama 10 – 20 menit,
kemudian timbul lagi serangan baru.
 Teraba massa tumor di perut bentuk bujur pada bagian kanan
atas, kanan bawah, atas tengah, kiri bawah atau kiri atas.
 Buang air besar campur darah dan lendir
Kriteria diagnosis invaginasi akut:
 Invaginasi definitif
 Kriteria bedah: ditemukannya invaginasi pada pembedahan
 Kriteria radiologi: adanya baik gas maupun cairan kontras
pada enema pada usus halus yang berinvaginasi, adanya massa
intraabdominal yang dideteksi dengan USG
 Kriteria autopsi: ditemukan invaginasi pada otopsi
 Probable: Memenuhi 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor
dan 3 kriteria minor
 Possible: Memenuhi paling sedikit 4 kriteria minor
Kriteria mayor pada invaginasi yakni:
 Bukti adanya obstruksi saluran cerna
 Riwayat muntah kehijauan
 Distensi abdomen dan tidak adanya bising usus atau bising usus abnormal
 Foto polos abdomen menunjukkan adanya level cairan dan dilatasi usus
halus
 Inspeksi
 Massa di abdomen
 Massa di rectal
 Prolapsus intestinal
 Foto polos abdomen, USG, CT menunjukkan invaginasi atau massa dari
jaringan lunak.
 Gangguan vaskuler intestinal dan kongesti vena
 Keluarnya darah per rectal
 Keluarnya feses yang berwarna red currant jelly
 Adanya darah ketika pemeriksaan rectum
Kriteria minor untuk invaginasi adalah:
 Usia < 1 tahun
 Laki-laki
 Nyeri perut
 Muntah, letargi, hangat, syok hipovolemik
 Foto polos abdomen menunjukkan pola gas usus yang
abnormal
PEMERIKSAAN FISIK
 Obstruksi mekanis ditandai darm steifung dan darm counter.
 Teraba massa seperti sosis di daerah subcostal yang terjadi
spontan ( Sousage Like Sign )
 Nyeri tekan (+)
 Dancen sign (+)  Sensasi kekosongan padakuadran kanan
bawah karena masuknya sekum pada kolon ascenden
 RT : pseudoportio(+), lender darah (+) Sensasi seperti
portio vagina akibat invaginasi usus yang lama.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
 Darah lengkap: lekositosis
2. Pemeriksaan Radiologi
 Foto polos abdomen
 Barium enema
Gambaran cupping dan coiled spring
appearance
 USG Abdomen

Gambaran target lession atau doughnut sign


Diagnosis Banding
 Gastroenteritis
 Divertikulum Meckel
 Disentri amoeba
 Enterokolitis.
 Prolapsus recti
 Henoch-Schönlein purpura
PENATALAKSANAAN
Termasuk dalam kasus gawat darurat, sehingga diperlukan
tindakan secara cepat berupa
 Perbaiki keadaan umum pasien
 Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi & mencegah
aspirasi dan menghilangkan peregangan usus
 Rehidrasi
 Obat-obat penenang untuk penahan rasa sakit.
 Pemberian antibiotik untuk mengurangi resiko infeksi yang
meluas ke seluruh badan.
Reduksi Hidrostatik
 Memasukkan barium melalui anus menggunakan kateter
dengan tekanan tertentu dengan diikuti oleh X-ray.

Reduksi barium enema dinyatakan berhasil apabila: 1,2,3


 Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar
dengan disertai massa feses dan udara.
 Pada floroskopi terlihat bubur barium mengisi seluruh kolon
dan sebagian usus halus, jadi adanya refluks ke dalam ileum.
 Hilangnya massa tumor di abdomen.
 Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi
tertidur serta norit test positif.
Indikasi:
 Tidak terdapat gejala & tanda rangsangan peritoneum
 Tidak toksik juga tidak terdapat obstruksi tinggi
 Tidak dehidrasi
 Gejala invaginasi kurang dari 48 jam

Kontra indikasi:
 Distensi abdomen yang berlebihan
 Invaginasi rekuren
 Gejala invaginasi lebih dari 48 jam
 Peritonitis
 Perforasi
Keuntungan reposisi hidrostatik:
 Kemungkinan terjadinya perforasi lebih sedikit
 Lama perawatan lebih pendek, karena tidak bersifat traumatic
 Kerugian reposisi hidrostatik itu sendiri adalah cukup
banyaknya kasus invagianasi berulang, karena tidak dilakukan
reseksi.
 Reduksi Manual (Milking) Dan Reseksi Usus
Indikasi:
1. keadaan tidak stabil
2. peningkatan suhu
3. lekositosis,
4. gejala berkepanjangan
5. penyakit sudah lanjut yang ditandai dengan distensi
abdomen, feces berdarah, gangguan sistem usus yang berat
sampai timbul shock atau peritonitis.
Pre operatif
 Pembedahan sudah dapat dilakukan kalau
a. perfusi jaringan sudah cukup

a. Tanda-tanda vital normal

 Suatu kesalahan besar apabila melakukan operasi secara tiba-


tiba karena takut usus menjadi nekrosis padahal perfusi
jaringan masih buruk.
 Durante operatif
Pasca operatif
 Pada kasus tanpa reseksi, nasogastric tube
 Antibiotika

Pada kasus dengan reseksi perawatan menjadi lebih lama.


 Menghindari dehidrasi
 Pertahankan stabilitas elektrolit
 Pengawasan akan inflamasi dan infeksi
 Pemberian analgetik
KOMPLIKASI
 Obstruksi
 Dehidrasi dan aspirasi
 Iskemi dan nekrosis pada usus dapat menyebabkan perforasi
usus dan infeksi lalu sepsis.
 short-bowel syndrome.
PROGNOSIS
 Kesempatan sembuh tergantung dari lamanya gejala sebelum
dilakukan terapi.

 Angka mortalitas meningkat khususnya setelah 48 jam setelah


gejala muncul.

 Dengan penanganan yang adekuat serta cepat tingkat


mortalitas dapat menjadi sangat rendah.
PENUTUP
 Invaginasi yang merupakan suatu kedaruratan medis

 Biasa terjadi pada anak kecil berusia kurang dari satu tahun

 Diagnosa dapat ditegakkan dengan melihat dari anamnesa,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

 Penanganan awal yang terpenting ketika menangani kasus


invaginasi adalah dengan memperbaiki dahulu keadaan umum
pasien.
 Setelah keadaan umum pasien sudah membaik barulah,
ditentukan terapi kasus tersebut dengan pilihan terapi
operatif atau terapi non-operatif

 Terapi dapat dilakukan dengan melakukan reduksi hidrostatik


atau dengan reduksi secara manual yaitu dengan operasi baik
dengan reseksi ataupun tidak.
DAFTAR PUSTAKA
 Sjamsuhidajat, R, De jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3. EGC, Juni 2010.
 Townsend, M, Beauchamp, D, Mark, B. Sabiston Textbook of Surgery,19th ed, 2012.
 Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dun DL, Hunter JG, Pollock RE. Schwartz’s Principle of
Surgery. 9th ed. United Stated of America: The MacGraw-Hill Companies; 2007.
 Gray’s Anatomy, The Anatomical Basis of Clinical Practice, 14th ed, 2008.
 Williams, S, Bulstrode, J, Ronan, O. Bailey and Love’s Short Practice of Surgery, 25th ed. 2008.
 Mulholland,W. Greenfield’s Surgery: Scientific Principles & Practice, 4th ed, 2006.
 Gordon, H, Nivatvongs, S. Principles and Practice of Surgery for The Colon, Rectum, and Anus,
3rd ed, 2007.
 Doherty, M. Current Surgical Diagnosis & Treatment, 12th ed, 2006.
 Cuschieri, A, Grace, P. Clinical Surgery, 2nd ed, 2003.
 Marinis A,Yiallourou A, Samanides L, Dafnios N, Anastasopoulos G, Vassiliou S, et al.
Intussusception of The Bowel in Adults: a review. World Journal Gastroenterology. 2009;
15(4):407-11.
 Spalding SC, Evans B. Intussusception. Emergency Medicine Journal. 2004;36(11):12-9.

Anda mungkin juga menyukai