Anda di halaman 1dari 43

KEJANG DEMAM

PEMBIMBING : DR. EKO JAENUDIN, SP.A

Oleh :
Ain Fathmi (J500090040)
MH Muflihatul Ulfa (J500090070)
Nida Faradisa F (J500090113)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kejang demam merupakan penyakit kejang


yang paling sering dibidang neurologi khususnya
anak. Kejang merupakan peristiwa yang
menakutkan bagi orang tua, sehingga bagi dokter
wajib mengatasi kejang demam dengan tepat dan
tepat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi, klasifikasi, pemeriksaan penunjang, prognosis serta
kemungkinan berulangnya kejang demam?
2. Bagaimana patofisiologi serta etiologi terjadinya kejang demam?
3. Bagaimana manifestasi klinik kejang demam?
4. Bagaimana penatalaksaan saat terjadi maupun sesudah terjadinya kejang
demam?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui tinjauan umum mengenai kejang demam.
2. Mengetahui bagaimana patofisiologi serta etiologi terjadinya kejang
demam.
3. Mengetahui bagaimana manifestasi klinik kejang demam.
4. Mengetahui penatalaksaan saat terjadi maupun sesudah terjadinya kejang
demam.
5. Memenuhi tugas Referat Kepaniteraan Klinik Dokter Muda SMF Ilmu
Kesehatan Anak di RSUD Dr. Hardjono Ponorogo.
D. MANFAAT

Memberikan tambahan pengetahuan mengenai


patofisiologi kejang demam, penegakkan diagnosis dan
penatalaksanaannya. Berdasarkan pemahaman tersebut,
diharapkan dapat menurunkan komplikasi bagi
penderitanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

 Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan


kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rectal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium.
(Hassan & Alatas, dkk, 2002)

Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam,


kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam
kejang demam
Kejang disertai demam pada bayi berusia kurang dari 1
bulan tidak termasuk dalam kejang demam
EPIDEMIOLOGI

 Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika


Serikat, Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia
dilaporkan lebih tinggi.
 20% kasus merupakan kejang demam yang kompleks

 Kejang demam sedikit lebih sering terjadi pada anak


laki-laki
 85% kejang pertama sebelum berumur 4 tahun, hanya
sedikit yang mengalami kejang demam pertama sebelum
berumur 5-6 bulan atau setelah berumur 5-8 tahun
ETIOLOGI

 Demam itu sendiri


 Efek produk toksik daripada mikroorganisme
(kuman dan virus) terhadap otak
 Respon alergik atau keadaan imun yang
abnormal oleh infeksi
 Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit

 Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang


ringan yang tidak diketahui atau ensefalopati
toksik sepintas
 Gabungan semua faktor tersebut di atas

 Pasca imunisasi (DPT & Campak)


KLASIFIKASI
1. Kejang sederhana (Simple Febrile Seizure) :
o usia 6 bulan – 4 tahun
o Lama kejang <15 menit
o Sifatnya kejang umum, tonik dan atau klonik
o Umumnya berhenti sendiri dan pasien segera sadar
o Kejang timbul pada 16 jam pertama setelah timbulnya
demam
o Tanpa adanya gerakan fokal atau berulang dalam 24
jam
o Tidak ada kelainan neurologi sebelum dan setelah
kejang
o Frekuensi < 4x dalam 1 tahun
o Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu
sesudah suhu normal tidak menunjukkan adanya
kelainan .
KLASIFIKASI (CON’T)
2. Kejang Demam Komplek (Complex Febrile
Seizure) :
 Kejang berlangsung lama lebih dari 15 menit

 Sifat kejang fokal atau parsial satu sisi atau


kejang umum yang didahului oleh suatu
kejang parsial
 Kejang berulang atau terjadi lebih dari 1 kali
dalam 24 jam
 Kejang lama adalah kejang yang berlangsung
lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih
dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak
tidak sadar
 Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi,
atau kejang umum yang didahului dengan
kejang parsial.
 Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau
lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan kejang
anak sadar.
TABEL 1. PERBEDAAN KEJANG DEMAM SEDERHANA
DAN KOMPLEKS
MANIFESTASI KLINIS
 Kejang demam yang berlangsung singkat tidak
berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa.
 Pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari
15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energy
kontraksi otot skelet yang akhirnya
menyebabkan hipoksemia, hiperkapnea, asidosis
lactate, hipotensi.
 Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis
setelah kejang berlangsung lama yang dapat
menjadi matang dikemudian hari, sehingga
terjadi serangan epilepsy spontan.
 Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam
pertama sewaktu demam, berlangsung singkat
dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-
klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik.

 Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang


berhenti anak tidak memberi reaksi apapun
untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik
atau menit anak akan terbangun dan sadar
kembali tanpa adanya kelainan saraf
 Risiko yang dihadapi oleh seorang anak sesudah
menderita kejang demam tergantung dari faktor:
1. Riwayat kejang tanpa demam dalam keluarga
2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan
saraf sebelum anak menderita kejang demam
3. Kejang yang berlangung lama atau kejang fokal

(Hasan & Alatas, dkk , 2002)


PATOFISIOLOGI
 Mekanisme terjadinya kejang ada beberapa teori
yaitu :
1. Gangguan pembentukan ATP dengan akibat
kegagalan pompa Na-K
2. Perubahan permeabilitas sel syaraf

3. Perubahan relatif neurotransmiter yang


bersifat eksitasi dibandingkan dengan
neurotransmiter inhibisi dapat
menyebabkan depolarisasi yang berlebihan
MEKANISME TERJADINYA KEJANG
FAKTOR RESIKO KEJANG DEMAM
 Demam
 Riwayat kejang demam keluarga

 Kecenderungan genetik

 Perkembangan terlambat

 Problem pada masa neonates

 Anak dalam perawatan khusus

 Kadar natrium rendah


FAKTOR RISIKO REKURENSI
 Usia dini
 Cepatnya anak mendapat kejang setelah demam
timbul
 Temperature yang rendah saat kenjang

 Riwayat keluarga kejang demam

 Riwayat keluarga epilepsi


DIAGNOSIS BANDING

 Harus dipikirkan :
 apakah penyebab dari kejang itu di dalam
atau di luar susunan saraf pusat (otak)
 menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan
organis di otak
 apakah kejang demam ini tergolong dalam
kejang demam sederhana atau epilepsi yang
diprovokasi oleh demam
DIAGNOSIS
 Penegakan diagnosa kejang demam dapat
diperoleh melalui beberapa langkah yakni :
 Anamnesa

 pemeriksaan fisik

 pemeriksaan penunjang yang terdiri dari


laboratorium dan pencitraan jika diperlukan
ANAMNESA
 Identitas
 Riwayat penyakit
Demam? (karakteristik)
 Kejang? (karakteristik)
 Gejala yang menyertai
 Riwayat kehamilan
 Riwayat persalinan
 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
 Riwayat Imunisasi
 Riwayat Makanan
 Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita
 Riwayat Keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan umum
2. Pemeriksaan sistemik organ

Cari penyebab demam!

 Pemeriksaaan kejang sendiri lebih diarahkan


untuk membedakan apakah kejang disebabkan
oleh proses ekstra atau intrakranial
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan laboratorium
 Pungsi Lumbal (menyingkirkan kemungkinan
meningitis)
 Pencitraan, indikasi :

1. Adanya riwayat dan tanda klinis trauma kepala.

2. Kemungkinan adanya lesi struktural di otak


(mikrosefali, spastik).
3. Adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial

 Elektroensefalografi

EEG dipertimbangkan pada kejang demam tidak khas


/atipikal
PENATALAKSANAAN
 6 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :
1. Mengatasi kejang secepat mungkin

2. Pengobatan penunjang

3. Memberikan pengobatan rumat

4. Mencari dan mengobati penyebab

5. Mencegah terjadinya kejang dengan cara


anak jangan sampai panas
6. Pengobatan akut
1. ATASI KEJANG SECEPAT MUNGKIN
 semua pakaian yang ketat dibuka
 Kepala sebaiknya miring untuk mencegah
aspirasi isi lambung.
 Mengusahakan jalan nafas yang bebas agar
oksigenasi terjamin.
 Berikan sesuatu benda yang bisa digigit seperti
kain, sendok balut kain (mencegah tergigitnya
lidah atau tertutupnya jalan nafas)
 Bila suhu penderita meninggi, kompres dengan
es atau alkohol atau dapat juga diberi obat
penurun panas (antipiretik).
2. PENGOBATAN PENUNJANG
 Bila suhu penderita tinggi dilakukan dengan
kompres es atau alkohol.
 Bila penderita dalam keadaan kejang obat pilihan
utama adalah diazepam per rektal
Dosis  BB<10kg = 5 mg
BB>10 kg = 10 mg
atau
Usia < 3tahun = 5 mg
Usia >3 tahun = 7,5
Dosis diazepam rectal adalah 0,5-0,75 mg/kgB
 Cegah edema otak, berikan
Kortikosteroid 20-30 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis.
Glukokortikoid (deksametason) 0,5-1 ampul setiap 6
jam sampai keadaan membaik.
3. PENGOBATAN RUMAT
 Profilaksis intermitten
1. Antipiretik
Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali, 4 kali sehari
dan tidak lebih dari 5 kali
Ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali
2. Anti kejang
 Diazepam oral 0,3 mg/kgBB tiap 8 jam saat
demam
 Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB tiap 8 jam bila
demam diatas 38°C.
 Klonazepam (0,03 mg/kgBB per dosis tiap 8 jam)
 Kloralhidrat supposituria250 mg (untuk BB <15
kg), 500 mg (untuk BB >15 kg).
 Pengobatan Jangka Panjang
Pengobatan jangka panjang diberikan bila ada >1
keadaan berikut:
 Kejang demam >15 menit.

 Adanya defisit neurologis yang jelas baik sebelum


maupun sesudah kejang
 Kejang demam fokal.

 Adanya riwayat epilepsi dalam keluarga.

Dipertimbangkan apabila:
 Kejang demam pertama pada umur < 12 bulan.

 Kejang berulang dalam 24 jam.

 Kejang demam berulang (≥ 4 kali per tahun).


Obat yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang ialah:
 Fenobarbital
Dosis 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis.
 Sodium valproat / asam valproat
Dosisnya ialah 15-40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis.
 Fenitoin
Diberikan pada anak yang sebelumnya sudah
menunjukkan gangguan sifat berupa hiperaktif sebagai
pengganti fenobarbital. Hasilnya tidak atau kurang
memuaskan.

Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang,


kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.
4. MENCARI DAN MENGOBATI PENYEBAB
 Biasanya karena ISPA dan OMA.
Pemberian antibiotik yang tepat dan kuat perlu
untuk mengobati infeksi tersebut.
 Secara akademis pada anak dengan kejang
demam yang datang untuk pertama kali
sebaiknya dikerjakan pemeriksaan pungsi
lumbal, untuk menyingkirkan faktor infeksi di
dalam otak misalnya meningitis.
 Penderita dengan kejang lama, perlu
pemeriksaan intensif (pemeriksaan pungsi
lumbal, darah lengkap, misalnya gula darah,
kalium, magnesium, kalsium, natrium, nitrogen,
dan faal hati)
5. CEGAH KEJANG DG CARA ANAK JANGAN
SAMPAI DEMAM
 Pemberian antibiotik yang sesuai untuk infeksi
 Untuk mencegah agar kejang tidak berulang
kembali dapat menimbulkan panas pada anak
sebaiknya diberi antikonvulsan
 Menjaga anak agar tidak sampai kelelahan,
karena hal tersebut dapat terjadi aspirasi ludah
atau lendir dari mulut.
6. PENGOBATAN AKUT
 Segera menghilangkan kejang
 Turunkan panas

 Pengobatan terhadap panas

 Suportif
PENGOBATAN AKUT
EDUKASI PADA ORANGTUA
 Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya
mempunyai prognosis yang baik.
 Memberitahukan cara penanganan kejang.

 Memberikan informasi mengenai kemungkinan


kejang kembali.
 Pemberian obat untuk mencegah rekurensi
memang efektif tetapi harus diingat adanya efek
samping obat.
RUJUKAN
 Pasien kejang demam dirujuk atau dirawat di
rumah sakit pada keadaan berikut:
 Kejang demam kompleks.

 Hiperpireksia (suhu rektal > 39°C).

 Usia dibawah 6 bulan.

 Kejang demam pertama.

 Dijumpai kelainan neurologis


PROGNOSIS
 Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan
neurologis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang
demam tidak pernah
 Kemungkinan mengalami kematian
Kematian karena kejang demam tidak pernah
dilaporkan.
 Kemungkinan berulangnya kejang demam :
 Faktor resiko berulangnya kejang demam
adalah:
 Riwayat kejang demam dalam keluarga.
 Usia kurang dari 12 bulan.
 Temperatur yang rendah saat kejang.
 Cepatnya kejang setelah demam.
 Faktor resiko terjadinya epilepsi :
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang
jelas sebelum kejang demam pertama.
2. Kejang demam kompleks.

3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara


kandung.
BAB III
KESIMPULAN
1. Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium terutama pada anak umur 6 bulan sampai 4 tahun.
2. Kejang demam dibedakan menjadi kejang demam sederhana dan kejang demam
kompleks.
3. Etiologi kejang demam sering disebabkan karena infeksi saluran pernafasana
atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih.
4. Pemeriksaan penunjang yang dapat dikerjakan adalah darah perifer, elektrolit,
gula darah, dan cairan serebro spinal.
5. Penanggulangan kejang demam ada faktor yang perlu diperhatikan, yaitu
mengatasi kejang secepat mungkin, pengobatan penunjang, memberikan
pengobatan rumat, mencari dan mengobati penyebab, mencegah terjadinya
kejang dengan cara anak jangan sampai panas, dan pengobatan akut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S, Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam, Unit Kerja Koordinasi Neurologi, Ikatan
Dokter Anak Indonesia, 2006. Staf Pengajar IKA FKUI.
2. Buku Ajar Kesehatan Anak. 1995. Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Dadiyanto, dkk. 2011. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Semarang : FK UNDIP.
4. Deliana, Melda. 2002. Tatalaksana Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri Vol. 4, No. 02. 59-62
5. Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. 2011. Semarang: BadanPenerbit Universitas Diponegoro
6. Fuadi F. .2010. Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak (Tesis), Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah
7. Lumbantobing, S.M., 2004. Kejang Demam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas.
8. Hassan & Alatas, dkk, 2002, Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak, cetakan kesepuluh, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Universitas
Indonesia Jakarta
9. Hirz D.G., 1997. Febrile Seizures. Ped in Rev;18:5-9.
10. Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid2, Media Aesculapius, Jakarta
11. Ngastiyah, 1997, Perawatan anak sakit, cetakan I, EGC, Jakarta
12. ILAE, Commission on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia. 1993;34;592 B Ismael S. KPPIK-XI, 1983
13. Shah SS, Alpern ER, Zwerling L, Reid JR, McGowan KL, Bell LM., 2002. Low risk of bacteremia in children with febrile
seizures. Arch Pediatr Adolesc Med;156:469-72.
14. SoetomenggoloTS. 1998. Kejang Demam dalam Buku Ajar Neurologi.Jakarta: IDAI.
15. Chiu SS, Tse CY, Lau YL, Peiris M., 2001. Influenza A infection is an important cause of febrile seizures. Pediatrics;108:1-7.
16. Baumann, R.J, Kao,A., 2012. Febrile Seizures. http://emedicine.medscape.com/article/1176205-overview#a0199.
17. Macnair T, Febrile Convulsions, website http://www.bbc.co.uk/health/conditions/febrileconvulsions2.shtml-38k.
18. Febrile Seizure,.website http://www.mayoclinic.com/health/febrile_seizures/DS00346/DSECTION=10

Anda mungkin juga menyukai