Anda di halaman 1dari 13

DOMINASI

PEMERINTAHAN
KOLONIAL BELANDA
Dede Priyanti
Eka Pratiwi Saragih
Zahratunnisa
Sarah Br Pardede
Elma Christin Sinaga
Dicky Hariade
Pada tahun 1816 Raffles mengakhiri pemerintahannya
di Hindia dan akan digantikan oleh John Fendall.
Akan tetapi pada tahun 1814 diadakan KONVENSI
LONDON yang salah satu isinya adalah Inggris harus
mengembalikan tanah jajahan di Hindia kepada
Belanda.
Sejak saat itulah dimulai Pemerintahan Kolonial
Belanda.
 Setelah kembali ke tangan Belanda tanah Hindia diperintah
oleh badan baru yang diberi nama Komisaris Jenderal.
 Komisaris Jenderal dibentuk oleh Pangeran Williem VI yang
terdiri atas tiga orang, yakni: Cornelis Theodorus Elout
(Ketua), Arnold Ardian Buyskes (Anggota) dan Alexander
Gerard Philip Baron Van Der Capellen (Anggota).

JALAN TENGAH BERSAMA
Sebagai rambu-rambu pelaksanaan pemerintahan Pangeran
Willem VI mengeluarkan Undang-undang untuk negeri
KOMISARIS JENDERAL
jajahan (Regerings Relement) pada tahun 1815.
Pangeran membent
membent Komisaris
Willem VI uk
uk Jenderal

Terdir
Terdir
ii
Alexander
Gerard P.B Arnold Cornelis
Ardriaan
PEMBENTUKAN KOMISARIS
Van Der
Capellen Buyskes
Theodorus
Elout (ketua)
JENDERAL
(anggota) (anggota)
 Ketiga Komisaris Jenderal sampai di Batavia pada 27
april 1816.
 Ketiga Komisaris sepakat menerapkan kebijakan
jalan tengah, yaitu eksploitasi kekayaan ditanah
jajahan langsung ditangani oleh pemerintah Hindia
Belanda. Namun kebijakan ini tidak berjalan lurus.
 Akhirnya pada 22 desember 1818 Pemerintah
memberlakukan UU yang menengaskan bahwa
penguasa tertinggi ditanah jajahan adalah Gubernur
Jenderal.
 Van der Capellen ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal.
 Kebijakan Van der Capellen melanjuti strategi jalan
tengah. Tetapi berkembang ke sewa tanah dengan
penghapusan peran penguasa tradisonal dan
penarikan pajak yang memberatkan rakyat yang
menuai protes dan perlawanan.
 Van der Capellen dipulang dan digantikan oleh Du
Bus Disignies. Ia berkeinginan membangun modal
dan meningkatkan ekpor. Namun program ini tidak
berhasil justru impor lebih besar dibanding ekspor
yang merugikan Pemerintah Belanda.
Melihat kondisi ekonomi Belanda yang semakin menurun
Pemerintah Belanda terus mencari solusi untuk
mengatasi problem ekonomi.
Johannes Van den Bosch memberi usulan pada raja
Belanda dan berpendapat untuk memperbaiki ekonomi
ditamah jajahan harus dilakukan penanaman tanaman
yang laku dijual dijual dipasar dunia dengan paksa.
Konsep Bosch itulah kemudian dikenal dengan
SISTEM TANAM PAKSA
Cultuurstelsel (Tanam Paksa).
 Raja Willem setuju dengan Van der Bosch .
Tahun 1830 Van der Bosch diangkat menjadi
Gubernur Jendral baru di Jawa.
 Secara umum Tanam Paksa mewajibkan para
petani untuk menanam tanaman-tanaman
yang dapat diekpor di pasaran dunia seperti
kopi, tembakau, tebu dan nila.
 Rakyat diwajibkan membayar pajak sesuai
dengan hasil tanaman yang ditanam petani.

KETENTUAN TANAM PAKSA


1. Penduduk menyediakan sebagian dari tanahnya
untuk pelaksanaan Tanam Paksa.
2. Tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk
pelaksanaan Tanam Paksa tidak boleh melebihi
seperlima dari tanah pertanian yang dimiliki
penduduk desa.
3. Waktu dan pekerjaan yang diperlukan untuk
menanam tanaman Tanam Paksa tidak boleh
melebihi pekerjaan yang diperlukan untuk
menanam padi.
4. Tanah yang disediakan untuk Tanam Paksa
dibebaskan dari pembayaran pajak tanah.
KETENTUAN TANAM
PAKSA LEMBARAN
NEGARA (STAATSBLAD)
THN 1834 NO. 22 :
5. Hasil tanaman yang terkait dengan pelaksaan Tanam
Paksa wajib diserahkan kepada Pemerintah Hindia
Belanda. Jika harga atau nilai hasil tanaman ditaksir
melebihi pajak tnah yang harus dibayarkan oleh
rakyat, maka kelebihannyakan dikembalikan kepada
rakyat.
6. Kegagalan penen yang bukan disebabkan oleh
kesalahan rakyat petani, menjadi tanggung jawab
pemerintah.
7. Penduduk desa yang bekerja ditanah-tanah untuk
pelaksaan Tanam Paksa berada dibawah pengawasan
langsung para penguasa pribumi, sedang pegawai-
pegawai Eropa melakukan pengawasan secara umum.
8. Penduduk yang bukan petani, diwajibkan bekerja di
perkebunan atau pabrik-pabrik milik pemerintah
selama 65 hari dalam satu tahun.
Menurut Van der Bosch, pelaksanaan
Tanam Paksa harus menggunakan organisasi
desa sebagai faktor penggerak. Yakni lembaga
organisasi dan tradisi desa yang dipimpin oleh
kepala desa.
Disamping sebagai penggerak para petani,
kepala desa juga sebagai penghubung dengan
atasan dan penjabat pemerintah.

PELAKSAAN TANAM PAKSA


Pelaksaan Tanam Paksa tidak sesuai dengan
peraturan tertulis. Hal ini telah mendorong
terjadinya tindak korupsi dari pegawai dan penjabat
terkait pelaksanaan Tanam Paksa.
Tanam Paksa membawa derita untuk rakyat,
bayak pekerja yang jatuh sakit. Timbul bahaya
kelaparan dan kematian diberbagai daerah. Misalnya
di Cirebon (1843-1844), di Demak (1849) dan
Grobogan (1850)
Memang harus diakui ada beberapa manfaat dari
Tanam Paksa, seperti dikenalkannya beberapa jenis
tanaman baru, dibangunnya bebagai saluran irigasi,
dan juga dibangunnya jaringan rel kereta api.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai