DR - Lina TP - Kusta
DR - Lina TP - Kusta
Aktivasi makrofag
Manifestasi MB
Gejala Klinis
Bentuk tipe klinis bergantung pada sistem
imunitas seluler penderita. SIS yang baik akan
tampak gambaran klinis ke arah tuberkuloid,
sebaliknya sistem imun seluler yang rendah
akan memberikan gambaran lepromatosa.
Diagnosis penyakit kusta didasarkan
gambaran klinis, bakterioskopis (15-30 menit),
histopatologis (10-14 hari), dan serologis. Jika
memungkinkan tes lepromin (Mitsuda).
Zona spektrum kusta menurut macam-macam klasifikasi
TT BT BB BL LL
Ridley &
(Tuberkuloid (Borderline (Mid (Borderline (Lepramatosa
Jopling
polar) tuberculoid) borderline) lepromatosa) polar)
Puskesmas PB MB
Menurut Ridley dan Jopling dan Madrid:
N. Tibialis posterior
• Anestesia telapak kaki
• Claw toes
• Paralisis otot intrinsik kaki dan kolaps arkus pedis
Gejala Kerusakan Saraf
N. Fasialis
• Cab. Temporal dan zigomatik menyebabkan lagoftalmus
• Cab. Bucal, mandibular, dan servikal menyebabkan
kehilangan ekspresi wajah dan kegagalan mengatupkan
bibir.
N. Trigeminus
• Anestesia kulit wajah, kornea, dan konjungtiva mata
• Atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral.
Pemeriksaan Fungsi Motorik
• Pemeriksaan dilakukan pada beberapa saraf
superficial yaitu N.Facialis, N. Aurikularis magnus, N.
Radialis, N.ulnaris, N. Medianus, N. Poplitea lateralis
atau N. Peroneus komunis dan N. Tibialis posterior,
dari semua saraf yang wajib dilakukan pemeriksaan
yaitu saraf ulnaris, N. Tibialis Posterior dan N.
Peroneus komunis.
Pemeriksaan Fungsi Motorik
• Pemeriksaan saraf ulnaris dilakukan dengan cara
pasien diminta mengaduksikan jari ke 5 sambil
pemeriksa menahan jari kedua hingga 4 sehingga
yang digerakan oleh pasien hanya jari kelima.
Pemeriksaan Fungsi Motorik
• Pemeriksaan saraf medianus pasien diminta untuk
menggerakan ibu jari secara menyilang ke arah jari
ke lima, jika pasien bisa maka tes dilakukan dengan
cara memberi sedikit tekanan pada sisi ibu jari dan
pasien diminta untuk menggerakan ibu jari
melawan tahanan tersebut.
Pemeriksaan Fungsi Motorik
• Saraf radialis diperiksa dengan cara pasien diminta
melakukan hiperekstensi dorsum manus yang
diberikan tahanan oleh lengan pemeriksa
• Saraf peroneus komunis diperiksa dengan cara
memberi tahanan pada kaki pasien dan pasien
diminta melakukan fleksi dan ekstensi dorsum
pedis.
Pemeriksaan Fungsi Motorik
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Bakteriologis
Sediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit
atau usapan dan kerokan mukosa hidung yang
diwarnai dengan pewarnaan terhadap basil
tahan asam, antara lain Ziehl-Neilsen.
Pemeriksaan Bakteriologis dapat meliputi
pemeriksaan indeks bakteri dan indeks
morfologi.
• Pemeriksaan indeks bakteri : untuk
mengetahui kepadatan BTA tanpa
membedakan solid / non solid.
Skor Keterangan
1+ 1- 10 BTA dalam 100 LP
2+ 1 – 10 BTA dalam 10 LP
3+ 1 – 10 BTA rata-rata dalam 1LP
4+ 11 – 100 BTA rata-rata dalam 1LP
5+ 101 – 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
6+ >1000 BTA rata-rata dalam 1LP
•
Pemeriksaan Histopatologik
• Makrofag dalam jaringan mempunyai fungsi
fagositosis. Jika ada kuman (M. leprae) masuk,
akibatnya akan bergantung pada Sistem Imunitas
Selular (SIS) seseorang.
• Apabila SIS tinggi, makrofag akan mampu
memfagositosit M. leprae. Datangnya histiosit ke
tempat kuman disebabkan karena proses
imunologi dengan adanya faktor kemotaktik. Jika
datangnya berlebihan dan tidak ada lagi yang
harus difagosit, makrofag akan berubah bentuk
menjadi sel epiteloid yang tidak dapat bergerak
dan kemudian akan dapat berubah menjadi sel
datia Langhans.
Pemeriksaan Serologis
Pemeriksaan serologik dapat membantu
menegakkan diagnosis kusta yang meragukan
karena tanda klinis dan bakteriologi tidak jelas.
Macam-macam pemeriksaan serologi
kusta:
• Uji MLPA (Mycobacterium Leprae Particle
Aglutination)
• Uji ELISA (Enzyme Linked Immuno-Sorbent
Assay)
• ML dipstick (Mycobacterium Leprae dispstick)
• ML flow test (Mycobacterium leparea flow
test)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
MDT Untuk PB MDT untuk MB
Hari ke-1 Rifampisin 600 mg Rifampisin 600 mg
(2 kapsul @ 300 mg). (2 kapsul @ 300 mg)
DDS/dapson 100 mg. Lamprene 300 mg
(3 tablet @ 100 mg).
DDS/dapson 100 mg.
• TIPE II
- Nodul nyeri tekan, hilang dalam 2-3 hari
- Demam ringan
- Nyeri tekan saraf (-)
- Gangguan fungsi saraf (-)
- Gangguan organ tubuh (-)
• BERAT
• TIPE I
- Lesi kulit merah, teraba panas
- Sendi sakit
- Nyeri tekan
- Gangguan fungsi saraf (+)
• TIPE II
- Nodul nyeri tekan, jumlah >>, ulkus (+)
- Demam berat
- Nyeri tekan saraf (+)
- Gangguan fungsi saraf (+)
- Peradangan organ tubuh (+)
Pengobatan Reaksi
REAKSI RINGAN :
1.BEROBAT JALAN , ISTIRAHAT DIRUMAH
2.BERI ANALGETIK , ANTIPIRETIK
3.CARI FAKTOR PENCETUS
4.MDT DITERUSKAN
REAKSI BERAT :
1.ISTIRAHAT / IMMOBILISASI
2.PEMBERIAN ANALGETIK , ANTIPIRETIK
3.CARI FAKTOR PENCETUS
4.MDT DITERUSKAN DENGAN DOSIS SAMA
5.PEMBERIAN OBAT ANTI REAKSI
Klasifikasi Kecacatan menurut WHO Expert Comitte
on Leprosy (1997)
Cacat pada tangan dan kaki
Tingkat 0: Tidak ada gangguan sensibilitas, tidak ada kerusakan
atau deformitas yang terlihat
Tingkat 1: Ada gangguan sensibilitas, tanpa kerusakan atau
deformitas yang terlihat
Tingkat 2: Terdapat kerusakan atau deformitas
Cacat pada mata
Tingkat 0: Tidak ada gangguan pada mata akibat kusta; tidak ada
gangguan penglihatan