1413010015
1. Rabies
Vektor :
- Anjing
- Monyet
- Kelelawar
- Antelop
- Serigala
Patofisiologi
Langsung Port D’ entry
- Gigitan hewan - Kulit
- Cakaran hewan
inokulasi
Batang otak
Gg emosional sistem limbik Virus melakukan invasi I (medulla oblongata) Gg gerak reflex
fisiologis
Hipotalamus
Gg pemenuhan Peningkatan suhu
kebutuhan fisiologis tubuh
Virus melakukan
invasi II Sistem volunter
Sistem efferen
Bila disebabkan oleh gigitan anjing, luka yang memiliki risiko tinggi meliputi
infeksi pada mukosa, luka di atas daerah bahu (kepala, muka, leher ), luka
pada jari tangan atau kaki, luka pada kelamin, luka yang lebar atau dalam,
dan luka yang banyak. Sedangkan luka dengan risiko rendah meliputi jilatan
pada kulit yang luka, garukan atau lecet, serta luka kecil di
sekitar tangan, badan, dan kaki.
Gejala sakit yang akan dialami seseorang yang terinfeksi rabies meliputi 4
stadium:
Stadium prodromal
Dalam stadium prodomal sakit yang timbul pada penderita tidak khas,
menyerupai infeksi virus pada umumnya yang meliputi demam, sulit makan yang
menuju taraf anoreksia, pusing dan pening nausea), dan lain sebagainya.
Stadium sensoris
Dalam stadium sensoris penderita umumnya akan mengalami rasa nyeri pada
daerah lukagigitan, panas, gugup, kebingungan, keluar banyak air
liur(hipersalivasi), dilatasi pupil, hiperhidrosis, hiperlakrimasi.
Stadium eksitasi
Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah kaget, kejang-kejang setiap
adarangsangan dari luar sehingga terjadi ketakutan pada udara(aerofobia), ketakutan
pada cahaya (fotofobia), dan ketakutan air(hidrofobia). Kejang-kejang terjadi akibat adanya
gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernapasan. Hidrofobia yang
terjadi pada penderita rabies terutama karena adanya rasa sakit yang luar biasa di kala berusaha
menelan air.
Stadium paralitik
Pada stadium paralitik setelah melalui ketiga stadium sebelumnya, penderita memasuki
stadium paralitik ini menunjukkan tanda kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke bawah yang
progresif. Karena durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat maka umumnya keempat stadium
di atastidak dapat dibedakan dengan jelas.
Gejala-gejala yang tampak jelas pada penderita di antaranya adanya nyeri pada luka bekas
gigitan dan ketakutan pada air, udara, dan cahaya, serta suara yangkeras.
Sedangkan pada hewan yang terinfeksi, gelaja yang tampak adalah dari jinak menjadi ganas,
hewan-hewan peliharaan menjadi liar dan lupa jalan pulang, serta ekor dilengkungkan di bawah
perut
Faktor resiko
,
Reservoir : tikus, tupai, anjing, kucing, domba, babi
Siklus hidup
Patofisiologi
Damage to small
blood vessels
Vasculitis
LEPTOSPIRA
3. Kasus confirm
- Kasus confirm pada leptospirosis adalah suatu kasus suspect atau probable dengan
salah satu di bawah ini:
- Isolasi kuman leptospira dari spesies klasik
- Hasil PCR (+)
- Serokonversi dari negatif ke positif atau peningkatan 4 kali pada titer MAT
- Titer MAT = 400 atau lebih pada sampel tunggal
Apabila kapasitas laboratorium tidak dapat ditetapkan: Positif dengan 2 tes rapid
diagnostik dapat dipertimbangkan sebagai kasus confirm.
Pencegahan
Promosi kesehatan
Memakai APD
Vaksin hewan
Mencengah tikus dan hewan liar lain tinggal di habitat manusia dengan
memelihara lingkungan bersih, membuang sampah, memangkas rumput dan
semak berlukar, menjaga sanitasi, khususnya dengan membangun sarana
pembuangan limbah dan kamar mandi yang baik, dan menyediakan air minum
yang bersih.
Tatalaksana
Difteri
Difteri hidung (nasal diphtheria) bila penderita menderita pilek dengan ingus
yang bercampur darah. Prevalesi Difteri ini 2 % dari total kasus difteri. Bila
tidak diobati akan berlangsung mingguan dan merupakan sumber utama
penularan.
Difteri faring (pharingeal diphtheriae) dan tonsil dengan gejala radang akut
tenggorokan, demam sampai dengan 38,5 derajat celsius, nadi yang cepat,
tampak lemah, nafas berbau, timbul pembengkakan kelenjar leher. Pada
difteri jenis ini juga akan tampak membran berwarna putih keabu abuan
kotor di daerah rongga mulut sampai dengan dinding belakang mulut (faring).
Difteri laring ( laryngo tracheal diphtheriae ) dengan gejala tidak bisa
bersuara, sesak, nafas berbunyi, demam sangat tinggi sampai 40 derajat
celsius, sangat lemah, kulit tampak kebiruan, pembengkakan kelenjar leher.
Difteri jenis ini merupakan difteri paling berat karena bisa mengancam nyawa
penderita akibat gagal nafas.
Difteri kutaneus (cutaneous diphtheriae) dan vaginal dengan gejala berupa
luka mirip sariawan pada kulit dan vagina dengan pembentukan membran
diatasnya. Namun tidak seperti sariawan yang sangat nyeri, pada difteri, luka
yang terjadi cenderung tidak terasa apa apa.
Diagnosis
pemberian Anti Difteria Serum (ADS) 20.000 unit intra muskuler bila
membrannya hanya terbatas tonsil saja, tetapi jika membrannya sudah
meluas diberikan ADS 80.000-100.000 unit. Sebelum pemberian serum
dilakukan sensitif test.
Antibiotik pilihan adalah penicilin 50.000 unit/kgBB/hari diberikan samapi 3
hari setelah panas turun. Antibiotik alternatif lainnya adalah erythromicyn 30-
40 mg/KgBB/hari selama 14 hari.
Komplikasi
Komplikasi bisa dipengaruhi oleh virulensi kuman, luas membran, jumlah toksin,
waktu antara timbulnya penyakit dengan pemberian antitoksin.
Komplikasi difteri terdiri dari :
1. Infeksi sekunder, biasanya oleh kuman streptokokus dan stafilokokus
2. Infeksi Lokal : obstruksi jalan nafas akibat membran atau oedema jalan nafas
3. Infeksi Sistemik karena efek eksotoksin
Komplikasi yang terjadi antara lain kerusakan jantung, yang bisa berlanjut
menjadi gagal jantung. Kerusakan sistem saraf berupa kelumpuhan saraf
penyebab gerakan tak terkoordinasi. Kerusakan saraf bahkan bisa berakibat
kelumpuhan, dan kerusakan ginjal.
Tetanus
Gejala pertama biasanya rasa sakit pada luka, diikuti trismus (kaku rahang,
sukar membuka mulut lebar – lebar), rhisus sardonicus (wajah setan).
Kemudian diikuti kaku kuduk, kaku otot perut, gaya berjalan khas seperti
robot, sukar menelan, dan laringospasme.
Pada keadaan yang lebih berat terjadi epistothonus (posisi cephalic tarsal), di
mana pada saat kejang badan penderita melengkung dan bila ditelentangkan
hanya kepada dan bagian tarsa kaki saja yang menyentuh dasar tempat
berbaring.
Patofisiologi
Klasifikasi
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan
oleh nyamuk Anopheles.
Penyebab
Penyakit malaria disebabkan oleh Protozoa genus Plasmodium.
Terdapat empat spesies yang menyerang manusia yaitu :
a. Plasmodium falciparum (Welch, 1897) menyebabkan malaria falciparum atau
malaria tertiana maligna/malaria tropika/malaria pernisiosa.
b. Plasmodium vivax (Labbe, 1899) menyebabkan malaria vivax atau malaria
tertiana benigna.
c. Plasmodium ovale (Stephens, 1922) menyebabkan malaria ovale atau malaria
tertiana benigna ovale.
d. Plasmodium malariae (Grassi dan Feletti, 1890) menyebabkan malaria
malariae atau malaria kuartana.
Selain empat spesies Plasmodium diatas, manusia juga bisa terinfeksi oleh
Plasmodium knowlesi, yang merupakan plasmodium zoonosis yang sumber
infeksinya adalah kera.
Siklus hidup
Cara infeksi
TBC tersebar lewat udara bila orang yang mengidap TBC di paru-paru atau
tenggorokan batuk, bersin atau berbicara dan ‘mengirimnya’ ke udara.
Kalau kuman ini terhirup orang lain, dia bisa terkena infeksi.
Mendapatnya kebanyakan dari pergaulan yang sering dan lama, seperti
dengan anggota keluarga atau teman.
TBC tidak tersebar dari alat rumah tangga, misalnya sendok garpu, piring
mangkuk, gelas, seprai, pakaian atau telepon. jadi tidak perlu memakai alat
rumah tangga masing-masing.
Klasifikasi
a) Gejala sistemik/umum
- Penurunan nafsu makan dan berat badan.
- Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
- Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti
influenza dan bersifat hilang timbul.
b) Gejala khusus
- Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
- Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
Faktor resiko
Metabolisme Batuk dan nyeri dada Pola nafas tidak efektif Penurunan kapasitas
meningkat difusi paru
Pengobatan Tb paru pada orang dewasa di bagi dalam beberapa kategori yaitu :
1. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3 Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin,
pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan
selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap
lanjutan). Diberikan kepada:
a. Penderita baru TBC paru BTA positif.
b. Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
2. Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3 Diberikan kepada :
a. Penderita kambuh.
b. Penderita gagal terapi.
c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
3. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif
4. Kategori 4: RHZES Diberikan pada kasus Tb kronik .
4. Toxoplasmosis
Tissue cyst
Vecal oocyt
manusia
Invasi di usus
takizoid
Demam, nyeri
fagositosis
kepala, flu
bradizoit
parasitemia
Masuk plasenta
Takizoit lepas
Kelainan kongenital
korioretinitis hydrocphalus
Menifestasi klinis
toxoplasmosis Akuisita
Toksoplasmosis akuista biasanya tidak diketahui karena jarang menimbulkan
gejala. Tetapi bila seorang ibu yang sedang hamilmendapat infeksi primer,
ada kemungkinan bahwa 50% akan melahirkan anak dengan toksoplasmosis
congenital .Gejala yang dijumpai pada orang dewasa maupun anak-anak
umumnya ringan.Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada toksoplasmosis ini
adalah limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dan sakit kepala
toxoplasmosis kongenital
Trias Gejala klinis toksoplasmosis kongenital pada bayi yaitu kalsifikasi serebral,
korioretinitis, hidrosefalus/mikrosefalus.
Gejala lainnya infeksi mata, pembesaran hati danlimpa, kuning pada mata dan
kulit dan pneumonia, ensepalopati dan diikuti kematian, retardasi mentall.
Cara Infeksi
1. akuisita
- Menelan sista dlm daging mentah / setengah masak
- Menelan ookista dari tinja kucing
- Terkontaminasi trofozoit dari darah, susu, saliva
- Transplantasi organ
2. kongenital
- Transplasental ( manusia & hewan)
Pencegahan
Hindari mengkonsumsi daging mentah atau setengah matang, serta buah dan sayuran yang belum
dicuci.
Hindari mengosok mata atau menyentuh muka ketika sedang menyiapkan makanan.
Cuci alas memotong, piring, serta alat memasak lainnya dengan air panas dan berbusa setelah
kontak dengan daging mentah.
Masak air sampai mendidih serta hindari meminum susu yang belum di pasteurisasi.
Sedapat mungkin kendalikan serangga-serangga yang dapat menyebarkan kotoran kucing seperti,
lalat dan kecoak
Jika Anda memiliki hewan peliharaan kucing, jangan biarkan Anda berkeliaran di luar rumah yang
memperbesar kemungkinan kontak dengan toxoplasma.
Mintalah anggota keluarga lain untuk membantu Anda membersihkan kucing Anda termasuk
memandikannya, mencuci kandang, tempat makannya.
Beri makan kucing Anda dengan makananan yang sudah dimasak dengan baik.
Lakukan pemeriksaan berkala terhadap kesehatan kucing Anda.
Gunakan sarung tangan plastik ketika Anda harus membersihkan kotoran kucing, sebaiknya
dihindari.
Cuci tangan sebelum makan dan setelah berkontak dengan daging mentah, tanah atau kucing.
Gunakan sarung tangan plastik jika Anda berkebun terutama jika terdapat luka pada tangan Anda
(Pandu, 2010).
Tatalaksana
Rubella adalah suatu infeksi yang utama menyerang anak-anak dan dewasa
yang khasdengan adanya rasti demam dan lymphadenopaly. infeksi pada anak
dan dewasa
sebagian besar berjalan sub klinis. Jika rubella terjadi pada kehamilan ibu ha
mil bisa menyebabkaninfeksi pada janin dan resiko terjadinya kelainan
kongenital (Congenital Rubella Syndrome,CRS).
Cara penularan
Droplet airbone
Placenta
Patofisiologi Virus Rubella
Plasenta (infeksi
Oral Droplet
congenital)
Nasofaring
Ibu hamil ke janin Abortus
(saluran
pernapasan)
Infeksi dengan Resorbsi
Kelahiran Non Infeksi tanpa
Aliran darah kelainan embrio
mati infeksi kelainan apapun
kongenital
Masa prodormal (1-5
Resiko Embrio <6-16
hari)
infeksi minggu
Demam Hipertermia Trias anomaly congenital pada mata
Viremia (erupsi (katarak, mikroftalmia, glaucoma),
dikulit) Sakit kepala ketulian, defekmental, kelainan SSP, defek
jantung
Enatema, forcheimer spot Nyeri
(petekia pada palatum tenggorokan Nyeri akut
Resiko gangguan hubungan
mole, fautica) ibu dan janin
Kemerahan
pada
konjungtiva,
rhinitis,
limfadenopati
Gejala klinis
Demam ringan
Merasa mengantuk
Sakit tenggorok
Kemerahan sampai merah terang /pucat, menyebar secara cepat dari wajah
keseluruh tubuh, kemudian menghilang secara cepat.
Kelenjar leher membengkak - durasi 3 – 5 hari
Faktor resiko
Imunitas aktif
Vaksin virus hidup RA 27/3, memberikan kekebalan hidup
Imunitas pasif: pemberian serum immunoglobulin (GIS) dengan dosis 0,55
ml/kgBB dalam 7-8 hari pasca pemajanan.
Tatalaksana
Droplet
Kontak air ludah
Transplasenta
Transvaginal
ASI
Gejala klinis
Petekia dan ekimosis.
Hepatosplenomegali.
Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia langsung.
Mikrosefali dengan kalsifikasi periventrikular.
Retardasi pertumbuhan intrauterine.
Prematuritas.
Ukuran kecil menurut usia kehamilan.
Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih besar:
1.Purpura.
2.Hilang pendengaran.
3.Korioretinitis; buta.
4.Demam.
5.Pneumonia.
6.Takipnea dan dispnea.
7.Kerusakan otak
Tatalaksana
Merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria, dimana hidup
dalam saluran limfe dan kelenjar limfe
Penyebab
Demam
Elefantiasis
Pembengkakan epididimis
Limfangitis/limfadenitis/lifadema
Sakit kepala
Mual muntah
lesi
Faktor resiko
Laki>wanita
Usia 20-30 tahun
Tinggal di daerah endemis
Bekerja tanpa APD gigitan nyamuk
Tidak minum POMP
Pencegahan
Kontrol Vektor
1. POMP
- DEC 6mg/kgBB 1x/tahun
- Albendazole 400mg+ ivermetrin 200mg/kgBB/DEC
- Penyuluhan daerah endemis
2. Individu
- Obat oles anti nyamuk
- Kelambu
- Insektisida
Tatalaksana
Non farmakologi
- Edukasi
- Tirah baring
- Pengikatan di daerah bendung
Farmakologi
- Anti cacing : DEC ( dietilcarbamizine ) 6mg/kgBB 3x/hari selama 12 hari
- Demam : Paracetamol 3x500 mg
- Hidrocele : operasi (drainase cairan), aspirasi
- Elefantiasis :
Cuci dengan sabun 2x/hari
Naikan tungkai malam hari
Tungkai digerakan teratur
Menjaga kebersihan kuku
Memakai alas kaki
Obati luka kecil