Anda di halaman 1dari 14

Dangue Syok Syndrom

• Dengue Shock Syndrome (SSD)/ Dengue Syok


Sindrom (DSS) adalah kasus deman berdarah
dengue disertai dengan manifestasi kegagalan
sirkulasi/ syok/ renjatan. Dengue Shok Syndrome
(DSS) adalah sindroma syok yang terjadi pada
penderita Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau
Demam Berdarah Dengue (DBD) menyebar
dengan luas dan tiba-tiba, tetapi juga merupakan
permasalahan klinis. Karena 30 – 50% penderita
demam berdarah dengue akan mengalami
renjatan dan berakhir dengan suatu kematian
terutama bila tidak ditangani secara dini dan
adekuat.
• Demam Dengue berdarah adalah penyakit
yang bermanifestasi perdarahan dikulit berupa
petechie, purpura, echymosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, melena,
hepatomegali, trombositopeni.Dengue Syok
Sindrom adalah penyakit DHF yang mengalami
kesadaran menurun atau renjatan.
MEKANISME PENULARAN
• Demam berdarah dengue tidak menular
melalui kontak manusia dengan manusia.
Virus dengue sebagai penyebab demam
berdarah hanya dapat ditularkan melalui
nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini
termasuk kedalam kelompok arthropod borne
diseases.
LANJUTAN
Virus dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk
pada saat menggigit manusia yang sedang
mengalami viremia, kemudian virus dengue
ditularkan kepada manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang
infeksius. Seseorang yang di dalam darahnya
memiliki virus dengue (infektif) merupakan
sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam
darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum
demam (masa inkubasi instrinsik).
Tempat Potensial Bagi Penularan Penyakit
DBD

• Wilayah endemis
• Tempat-tempat umum merupakan tempat
berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai
wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran
beberapa tipe virus dengue cukup besar.
• Pemukiman baru di pinggiran kota karena di lokasi ini,
penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah,
maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita
atau carier yang membawa tipe virus dengue yang
berlainan dari masing-masing lokasi awal.
Kriteria Klinis
• a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung
terus menerus selama 2- 7 hari.
• b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan : uji tourniquet
positif, petechie, echymosis, purpura, perdarahan mukosa,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan malena. Uji
tourniquet dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan
darah. Selanjutnya diberikan tekanan di antara sistolik dan diastolik
pada alat pengukur yang dipasang pada lengan di atas siku; tekanan
ini diusahakan menetap selama percobaan. Setelah dilakukan
tekanan selama 5 menit, diperhatikan timbulnya petekia pada kulit
di lengan bawah bagian medial pada sepertiga bagian proksimal. Uji
dinyatakan positif apabila pada 1 inchi persegi (2,8 x 2,8 cm)
didapat lebih dari 20 petekia.
• c. Pembesaran hati (hepatomegali).
LANJUTAN
• d. Syok (renjatan), ditandai nadi cepat dan
lemah serta penurunan tekanan nadi,
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit
lembab, dan gelisah.
• e. Trombositopeni ( < 100.000 sel/ml)
• f. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari
peningkatan hematokrit 20% atau lebih.
• Derajat Penyakit DBD, menurut WHO tahun 1997 4,5 Derajat
penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat, yaitu :

• a. Derajat I Demam disertai dengan gejala umum nonspesifik, satu-


satunya manifestasi perdarahan ditunjukkan melalui uji tourniquet
yang positif.
• b. Derajat II Selain manifestasi yang dialami pasien derajat I,
perdarahan spontan juga terjadi, biasanya dalam bentuk
perdarahan kulit dan atau perdarahan lainnya.
• c. Derajat III Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak
disertai hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala kegagalan
sirkulasi meliputi nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun ( < 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit lembab dan
dingin serta gelisah.
• d. Derajat IV Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak
disertai hepatomegali dan ditemukan gejala syok (renjatan) yang
sangat berat dengan tekanan darah dan denyut nadi yang tidak
terdeteksi.
Pencegahan
• 1. Menguras bak mandi, bak penampungan air,
tempat minum hewan peliharaan minimal sekali
dalam seminggu.
• 2. Menutup rapat tempat penampungan air
sedemikian rupa sehingga tidak dapat diterobos
oleh nyamuk dewasa.
• 3. Mengubur barang-barang bekas yang sudah
tidak terpakai, yang semuanya dapat
menampung air hujan sebagai tempat
berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti.
Penatalaksanaan
• 1. Penatalaksanaan DBD tanpa komplikasi :

• a. Istirahat total di tempat tidur.

• b. Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air
ditambah garam/oralit). Bila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena
tidak mau minum, muntah atau nyeri perut berlebihan, maka cairan
inravena harus diberikan.

• c. Berikan makanan lunak

• d. Medikamentosa yang bersifat simptomatis. Untuk hiperpireksia dapat


diberikan kompres, antipiretik yang bersifat asetaminofen, eukinin, atau
dipiron dan jangan diberikan asetosal karena dapat menyebabkan
perdarahan.

• e. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.


• . Penatalaksanaan pada pasien syok :

• a. Pemasangan infus yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl,


ringer laktat dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah syok
diatasi.

• b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan


pernapasan tiap jam, serta Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht)
tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam. Nilai
normal Hemoglobin : Anak-anak : 11,5 – 12,5 gr/100 ml darah Laki-
laki dewasa : 13 – 16 gr/100 ml darah Wanita dewasa : 12 – 14
gr/100 ml darah Nilai normal Hematokrit : Anak-anak : 33 – 38 vol
% Laki-laki dewasa : 40 – 48 vol % Wanita dewasa : 37 – 43 vol %

• c. Bila pada pemeriksaan darah didapatkan penurunan kadar Hb


dan Ht maka diberi transfusi darah. c.Terapi oksigen harus selalu
diberikan pada semua pasien syok.Dianjurkan pemberian oksigen
dengan menggunakan masker.
• d.Pemeriksaan golongan darah dan cross-matching
harus dilakukan setiap pasien syok,terutama pada syok
yang berkepanjangan (prolonged shock).Tranfusi darah
diberikan pada keadaan manifestasi pendarahan ynag
nyata.Penurunan hematocrit tanpa perbaikan klinis
walaupun telah diberikan darah segar adalah untuk
meningkatkan konsentrasi sel darah merah.Palsma
segar adalah untuk meningkat konsentrasi sel darah
merah.Plasma segar atau suspense thrombosit berguna
untuk pasien dengan DIC yang menimbulkan
pendarahan massif.Pemeriksaan hematologi seperti
PT,PTT, dan FDP berguna untuk menentukan berat
ringannya DIC.

• e.Pemantauan tanda vital dan kadar hematocrit harus


dimonitor dan dievaluasi secra teratur untuk menilai
hasil pengobatan.
• Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemantaun adalah:

• i.Nadi,tekanan darah,respirasi dan temperature harus


dicatat setiap 15-30 menit atau lebih sering sampai syok
teratasi.

• ii.Kadar hematocrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai


klinis pasien stabil.

• iii.Setiap pasien harus mempunyai formulai pemantauan


mengenai jenis cairan,jumlah dan tetesan,untuk
menentukan apakah cairan sudah mencukupi.

• iv. Jumlah dan frekuensi diuresis (normal diuresis 2-3


ml/kg/BB/jam).

Anda mungkin juga menyukai