Anda di halaman 1dari 119

GANGGUAN MENSTRUASI,

MENOPAUSE,
HIPOGONADOTROPI
AMENORRHEA
SARAH NURUL IZZAH M 1710711132
Amenore adalah kondisi di mana seorang wanita
tidak mengalami menstruasi,meskipun
berdasarkan periode mentruasi seharusnya
wanita tersebut mengalami menstruasi.

■ Amenore dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :

• Ketika wanita 16 tahun dengan pertumbuhan seksual


sekunder normal atau 14 tahun tanpa adanya
Amenore pertumbuhan seksual sekunder, tidak mendapatkan
menstruasi. Amenorea primer umumnya mempunyai
primer sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk
diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan
kelainan-kelainan genetik.

• Ketika wanita yang pernah mendapatkan menstruasi,


Amenore tetapi kemudian berhenti setelah periode. Diagnosa
yang terjadi pada amenore primer termasuk
sekunder diantaranya vaginal agenesis, sindroma insensitifitas
androgen, sinroma Turner. Diagnosa yang lain
tergantung pada pemeriksaan yang lain.
ETIOLOGI

 AMENOREA PRIMER  AMENOREA SEKUNDER.


• Kehamilan
■ Kelainan kromosom • Kontrasepsi
■ Masalah hipotalamus • Menyusui
• Stres
■ Hipofisis • Obat-obatan
• Ketidakseimbangan hormone
■ Kurangnya organ reproduksi
• Berat badan rendah
■ Struktural abnormal pada vagina • Olahraga berlebihan
• Kerusakan tiroid
• Masalah di jaringan rahim
• Ketidakcukupan ovarium primer.
■ Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
■ Tidak terjadi haid
■ Produksi hormone estrogen dan progesterone menurun.
■ Nyeri kepala
Tanda dan gejala tergantung dari penyebabnya :
■ Badan lemah
• Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas,
maka tidak akan ditemukan tanda – tanda pubertas
seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut
kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan bentuk
tubuh.
• Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan
morning sickness dan pembesaran perut.
• Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi
maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat,
kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
• Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face
), perut buncit, dan lengan serta tungkai yang lurus.
Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan
keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum.
Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus
terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan progesteron. Kegagalan
pembentukan estrogen dan progesteron akan menyebabkan tidak
menebalnya endometrium karena tidak ada yang merasang. Terjadilah
amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi
hipotalamus atau hipofosis anterior, seperti adenoma pitiutari.

Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore


primer. Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimana terdapat kadar
FSH dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak
mampu menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini menandakan bahwa
ovarium atau gonad tidak berespon terhadap rangsangan FSH dan LH dari
hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur menopause adalah penyebab
yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang masih muda dapat
menunjukkan adanya hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad
menyebabkan seorang wanita tidak pernah mengalami menstruasi dan tidak
memiliki tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak
berkembang dan hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di
luar fungsi hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hal ini
berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium
dapat bekerja secara fungsional. Amenore yang
terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya
obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar
uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas
regulasi ovarium sperti kelebihan androgen yang
menyebabkan polycystic ovary syndrome.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan amenora

■ Pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul maupun tes kehamilan harus dilakukan untuk
menjauhkan dari diagnosa kehamilan.
■ Tes darah yang dapat dilakukan untuk mengecek kadar hormon, antara lain:
1. Follicle stimulating hormone (FSH).
2. Luteinizing hormone (LH).
3. Prolactin hormone (hormon prolaktin).
4. Serum hormone (seperti kadar hormon testoteron).
5. Thyroid stimulating hormone (TSH).
■ Tes lain yang dapat dilakukan, meliputi:
1. Biopsi endometrium.
2. Tes genetik.
3. MRI.
4. CT scan.
PENATALAKSANAAN

Pengobatan yang dilakukan tergantung pada penyebab periode menstruasi yang hilang. Kondisi
tidak haid dalam golongan primer ini, bisa disebabkan oleh cacat bawaan lahir dan mungkin
memerlukan obat berupa hormon, operasi, atau keduanya.

Dalam beberapa kasus, obat yang disebut medroksiprogesteron dan penggantian estrogen akan membantu
kembalinya periode mesntruasi pada sebagian besar wanita.

Obat lain dapat digunakan jika wanita dengan adult-onset hiperplasia adrenal kegagalan ovarium dini,
dan hipotiroidisme. Wanita dengan kelainan anatomi mungkin memerlukan tindak pembedahan.

Pada wanita dengan yang tidak haid karena mengalami sindrom ovarium polikistik (SOPK), pengobatan yang
dapat dilakukan termasuk penurunan berat badan dengan diet dan olahraga. Obat-obatan seperti metformin
juga dapat diberikan.

Wanita yang mengalami kondisi tidak haid dan diakibatkan karena masalah keturunan dapat menemui
spesialis genetik untuk evaluasi dan pengobatan tambahan.
ASUHAN KEPERAWATAN
DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
1. Data Subjektif : Ansietas Perubahan dalam status
• Klien menanyakan tentang kesehatan.
penyakitnya
• Klien mengatakan baru
pertama kali mengalami
penyakit yang saat ini diderita
oleh klien

2.Data Objektif :
• Klien cemas
• Klien tegang
• Klien meremas-remas
tangannya
Observasi vital sign :
TD = 140 / 80mmHg
ND = 90 x/m
RR = 16 x/mnt
DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI

Ds : Defisit pengetahuan Kurangnya informasi yang di berikan


• klien menggatakan tidak tau apa
itu amenore tentang penyakitnya (amenorea)
• klien menggatakan bingung
Do :
• klien tampak binggung
• klien terlihat banyak bertanya.

Ds:- Gangguan citra tubuh Biofisik, penyakit, dan perseptual.


Do:
1. Klien terlihat minder, tidak
percaya diri, perasaan terisolasi,
interaksi berkurang.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

■ Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan


■ Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik, tahap perkembangan,
perseptual, dan penyakit
■ Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang didapat tentang
penyakitnya (amenorrhea)
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ansietas berhubungan dengan perubahan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Kaji tingkat kecemasan : ringan,

dalam status kesehatan selama 1 x 24 jam cemas klien dapat teratasi sedang, berat, panic

dengan 2. Berikan kenyamanan dan ketentraman

kriteria hasil : hati

1. Cemas berkurang 3. Beri dorongan pada klien untuk

2. Tidak menunjukan perilaku agresif mengungkapkan pikiran dan perasaan

untuk mengeksternalisasikan

kecemasan

4. Anjurkan distraksi seperti nonton tv,

dengarkan radio, permainan untuk

mengurangi kecemasan.

5. Singkirkan stimulasi yang berlebihan


Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan citra tubuh berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Gunakan pendekatan yang

dengan biofisik, tahap keperawatan selama `1 x 24 jam menenangkan

perkembangan, perseptual, dan klien diharapkan tidak mengalami 2. Berikan informasi factual

penyakit gangguan citra tubuh dengan mengenai diagnosis,

kriteria hasil : tindakan prognosis

1. Mengidentifikasi dan 3. Dengarkan dengan penuh

mengungkapkan gejala cemas perhatin

2. Mengungkapkan tehnik 4. Identifikasi tingkat

mengontrol cemas kecemasan


Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Defisit pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Mengkaji tingkat pengetahuan

dengan kurang informasi yang keperawatan selama, klien mampu klien tentang penyakit yang

didapat tentang penyakitnya menjelaskan penyakit dan mampu dideritanya

(amenorrhea) mengenal penyakitnya dengan 2. Memberikan pengajaran sesuai

kriteria hasil : dengan tingkat pemahaman

1. klien mengetahui tentang klien

penyakitnya 3. Memberikan informasi dari

sumber-sumber yang akurat

dan dapat

dipertanggungjawabkan
MATERI KONSELING
1. Ansietas
■ Cara mengatasi ansietas
 Teknik relaksasi segitiga pernapasan ( triangle breathing )
 Teknik guide imagery
2. Gangguan citra tubuh
■ Cara mengembalikan citra tubuh
3. Defisit pengetahuan
Untuk mengetahui mengenai apa saja terkait penyakit amenorea
■ Pengertian amenorea
■ Etiologi
■ Manifestasi klinis
■ Patofisiologis
■ Pemeriksaan diagnostik
■ Penatalaksanaan
Nama : Anggi Dwi Prasetyo
NRP : 1710711136
1. Definisi
Dismenore

Dismenore atau nyeri haid merupakan suatu rasa tidak enak


di perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering
kali disertai rasa mual (Sastrawinata, 2008).
Dismenorea adalah nyeri haid yang sedemikian
hebatnya sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan
meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk
beberapa jam atau beberapa hari (Simanjuntak, 2008).
2. Klasifikasi
Dismenore

Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis


nyeri dan ada tidaknya kelainan yang dapat diamati.
Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi menjadi,
dismenore spasmodik dan dismenore kongestif (Hendrik,
2006).
a. Nyeri
Spasmodik

Nyeri spasmodik terasa dibagian bawah perut dan


berawal sebelum masa haid. Banyak perempuan terpaksa
harus berbaring karena terlalu menderita nyeri itu sehingga
tidak dapat mengerjakan sesuatu. Ada diantara mereka yang
pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang benar-benar
muntah.
b. Nyeri
Kongestif

Penderita dismenore kongestif biasanya akan tahu


sejak berhari-hari sebelumnya bahwa masa haidnya akan
segera tiba. Penderita mungkin akan mengalami pegal, sakit
pada buah dada, perut kembung tidak menentu, sakit kepala,
sakit punggung, pegal pada paha, merasa lelah atau sulit
dipahami, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan,
menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di
paha dan lengan atas. Semua itu merupakan gejala yang
berlangsung antara 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu.
Bahkan setelah hari pertama masa haid, orang yang
menderita dismenore kongestif akan merasa lebih baik.
Sedangkan berdasarkan ada tidaknya kelainan atau
sebab yang dapat diamati, nyeri haid dapat dibagi menjadi,
dismenore primer dan dismenore sekunder (Morgan &
Hamilton, 2009).

a. Dismenore primer
Dismenore primer timbul sejak haid pertama sering
bersamaan dengan rasa mual, muntah, dan diare. Dinamakan
dismenore primer karena rasa nyeri timbul tanpa ada sebab
yang dapat dikenali. Dismenore primer akan pulih sendiri
dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya
hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah
dan melahirkan.
Gambaran klinis
dismenorea primer
meliputi berikut ini, yaitu:

1) Onset segera setelah menarche (≤6 bulan)


2) Durasi biasanya 48-72 jam (sering mulai beberapa jam
sebelum atau sesaat setelah menstruasi)
3) Riwayat nyeri perut bagian bawah yang konstan, menjalar
ke punggung atau paha, kram atau nyeri.
b. Dismenore sekunder

Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai


kelainan anatomis genitalis (Manuaba, et.al., 2009).
Dismenore sekunder sering terjadi pada usia >30 tahun,
dimana rasa nyeri semakin bertambah seiring bertambahnya
umur dan memburuk seiring dengan waktu (Benson, 2009).
Karakteristik nyeri berbeda-beda pada setiap siklus haid
dimana nyeri haid terjadi dengan kelainan patologis panggul
(Simanjuntak, 2008).
Gambaran klinis
dismenorea sekunder
meliputi berikut ini, yaitu:

1) Dismenorea dimulai pada 20-an atau 30-an, setelah siklus


relatif tanpa rasa sakit sebelumnya
2) Aliran menstruasi yang berat atau perdarahan tidak teratur
3) Dismenorea terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah
menarche
4) Terdapat kelainan panggul dengan pemeriksaan fisik
5) Respon yang buruk terhadap obat anti-inflammatory
nonsteroid (NSAID) atau kontrasepsi oral (OC) 6) Infertilitas,
dispareunia, dan keputihan
Menurut Manuaba,
et.al. (2009), dismenore
dibagi 3 yaitu:

 Dismenore Ringan
 Dismenore Sedang
 Dismenore Berat
3. Etiologi Dismenore

 Dismenore primer terjadi akibat endometrium mengalami peningkatan


prostaglandin dalam jumlah tinggi
a. Di bawah pengaruh progesteron selama fase luteal haid, endometrium
yang mengandung prostaglandin meningkat, mencapai tingkat maksimum
pada awal masa haid.
b. Prostaglandin menyebabkan kontaksi miometrium yang kuat dan mampu
menyempitkan pembuluh darah mengakibatkan nyeri.
 Dismenore sekunder disebabkan kondisi :
a. Endometriosis
b. Penyakit radang panggul
c. Perdarahan uterus disfungsional
d. Maladaptasi pemakainan AKDR
e. Kanker ovarium atau uterus
4. Patofisiologi Dismenore

Pada dasarnya dismenorea memang berhubungan


dengan prostaglandin endometrial dan leukotrien. Setelah
terjadi proses ovulasi sebagai respons peningkatan produksi
progesteron (Guyton & Hall, 2007). Asam lemak akan meningkat
dalam fosfolipid membran sel. Kemudian asam arakidonat dan
asam lemak omega-7 lainnya dilepaskan dan memulai suatu
aliran mekanisme prostaglandin dan leukotrien dalam uterus.
Hasil metabolisme asam arakidonat adalah prostaglandin
(PG) F2- alfa, yang merupakan suatu siklooksigenase (COX) yang
mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi pada miometrium
sehingga terjadi iskemia dan nyeri menstruasi
5. Faktor penyebab dan
faktor resiko

Terdapat beberapa faktor penyebab yang dapat


mempengaruhi dismenore primer antara lain:
a. Faktor kejiwaan
b. Faktor Konstitusi
 Anemia
 Penyakit menahun
c. Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis
d. Faktor Endokrin
e. Faktor Alergi
Lanjutan…

Faktor penyebab dari dismenore sekunder biasanya


disebabkan oleh kelainan-kelainan organik, misalnya :
a. Rahim kurang sempurna karena ukurannya terlalu kecil
b. Posisi rahim yang tidak normal
c. Adanya tumor dalam rongga rahim , misalnya myoma uteri
Lanjutan…

d. Adanya tumor dalam rongga panggul, terutama tumor fibroid,


yang letaknya dekat permukaan selaput lendir rahim, adanya selaput
lendir rahim di tempat lain (Endometriosis), bisa ditemukan di dalam
selaput usus, di jaringan payudara atau di tempat lain. Pada waktu
haid, jaringan selaput lendir yang di luar rahim juga seperti ikut
terlepas dan berdarah seperti jaringan aslinya di dalam rahim.
e. Penyakit-penyakit tubuh lain seperti tuberkulosa, kurang darah
(anemia), buang air besar kurang lancar (constipation), postur tubuh
yang terlalu kurus
Lanjutan…

Faktor resiko terjadinya disminore adalah:


 Menarche pada usia lebih awal
 Belum pernah hamil dan melahirkan
 Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari)
 Umur
 Mengkonsumsi alkohol
 Perokok
 Tidak pernah berolahraga
 Stress
6. Tanda dan Gejala

Menurut Maulana (2009), gejala dan tanda dari


dismenore adalah nyeri pada bagian bawah yang bisa menjalar
ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan
sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul
yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat
sebelum atau selama menstruasi, serta mencapai puncaknya
dalam 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore
juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit, diare dan
sering berkemih. Kadang terjadi sampai muntah.
7. Penatalaksanaan Medis

a. Secara Farmakologis
Upaya farmakologis yang dapat dilakukan dengan memberikan
obat analgesik sebagai penghilang rasa sakit seperti aspirin, ibuprofen,
naproxen, asetaminofen, ketrolak dsb.
b. Secara Non Farmakologis
Menurut Smeltzer & Bare (2002) penanganan nyeri secara
nonfarmakologis terdiri dari:
1) Stimulasi dan Massage kutaneus
2) Terapi es dan panas
3) Transecutaneus Elektrikal Nerve Stimulaton ( TENS)
4) Distraksi
5) Relaksasi
6) Imajinasi
8. Pemeriksaan Penunjang

Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat


keparahan yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi Verbal
Descriptor Scale (VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri
dari 3-5 kata. Pendeskripsi ini dirangking mulai dari “tidak
terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Alat VDS
ini memungkinkan klien untuk mendeskripsi nyeri.
Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS)
lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.
Dalam hal ini klien menilai nyeri dengan menggunakan skala
0-10.
Keterangan :
0 : Tidak ada keluhan nyeri haid atau kram pada perut bagian bawah.
1-3 : Terasa kram perut bagian bawah, masih dapat ditahan, masih dapat
melakukan aktifitas, masih dapat berkonsentrasi belajar.
4-6 : Terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang,
kurang nafsu makan, sebagian aktifitas terganggu, sulit beraktifitas
belajar.
7-9 : Terasa kram berat pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke
pinggang, paha, atau punggung, tidak ada nafsu makan, mual, badan
lemas, tidak kuat beraktifitas, tidak dapat berkonsentrasi belajar.
10 : Terasa kram yang berat sekali pada perut bagian bawah, nyeri
menyebar ke pinggang, kaki, dan punggung, tidak mau makan, mual,
muntah, sakit kepala, badan tidak ada tenaga, tidak bisa berdiri atau
bangun dari tempat tidur, tidak dapat beraktivitas, terkadang sampai
pingsan.(Potter & Perry, 2006)

Skala deskritif bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat


keparahan nyeri, tapi juga mengevaluasi perubahan kondisi klien. Perawat dapat
menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk atau
menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan .(Potter & Perry,
2006)
1. Riwayat 9. Asuhan Keperawatan
a. Riwayat menstruasi
 Awitan menarke
 Awitan dismenore yang berkaitan dengan minarke
 Frekuensi dan keteraturan siklus
 Lama dan jumlah aliran menstruasi
Hubungan antara dismenore dengan siklus dan aliran menstruasi
b. Deskripsi nyeri
 Awitan yang terkait dangan masa menstruasi
 Rasa kram spasmodic atau menetap
 Lokasi menyeluruh atau spesifik
 Unilateral atau seluruh abdomen bagian bawah
 Lokasi pada abdomen bagian bawah, punggung atau paha
 Memburuk saat palpasi atau bergerak
Lanjutan…

 Gejala yang berkaitan


 Gejala ekstragenetalia
 Dispareunia- konstan atau bersiklus yang berhubungna
dengan silus menstruasi.
d. Riwayat obstetri-paritas
e. Pemasangan AKDR
f. Riwayat kondisi yang mungkin mengakibatkan dismenore
sekunder.
Lanjutan…
2. Pemeriksaan fisik
a. Pencatatan usia dan berat badan
b. Pemeriksaan speculum
 Observasi ostiumm uteri untuk mendeteksi polip.
 Catat warna atau bau yang tidak biasa dari rabas vagina , lakukan
pemeriksaan sediaan basah.
 Persiapkan uji kultur serviks, kultur IMS, dan uji darah bila perlu,
berdasarkan riwayat pasien.
 Pemeriksaan bimanual
 Catat nyeri tekan akibat gerakan serviks
 Catat ukuran bentuk dan konsestensi uterus, periksa adanya fibroid.
 Catat setiap masa atau nodul pada adneksa, terutama nyeri unilateral.
 Catat bila terdapat sistokel atau prolaps uterus.
N DX Tujuan Intervensi Keperawatan
o

1 Nyeri berhubungan dengan Setelah diberikan askep 1. Jelaskan dan bantu


meningkatnya kontraktilitas selama 1x24 jam klien dengan tindakan
uterus dan hipersensivitas diharapkan nyeri pasien pereda nyeri
DS: Klien mengeluh kram berkurang dengan kriteria nonfarmakologi dan
diabdomen bawah setiap hasil : Nyeri non invasif.
menstruasi berkurang/dapat 2. Ajarkan penggunaan
DO: TTV normal, pemeriksaan diadaptasi, Dapat kompres hangat.
pelvic menunjukan genitalia mengindentifikasi aktivitas 3. Ajarkan Relaksasi :
eksterna normal dan anverted yang Tehnik-tehnik untuk
uterus baik. Pemeriksaan lab meningkatkan/menurunka menurunkan
serum beta Heg, % Miu/Ml, n nyeri, skala nyeri ringan. ketegangan otot
gambaran pelvic normal, kultur rangka, yang dapat
gonokukus dan clamidia menurunkan
negative intensitas nyeri dan
P: nyeri meningkat ketika juga tingkatkan
beraktifitas relaksasi masase.
Q: nyeri 4. Ajarkan metode
R: nyeri dibawah abdomen distraksi selama nyeri
S: skala nyeri 8 akut.
T: hilang timbul 5. Lakukan pijatan
punggung bawah.
N DX Tujuan Intervensi Keperawatan
o

2 Inteloransi aktifitas Setelah diberikan askep 1. Hindari seringnya


berhubungan dengan nyeri selama 1x24 jam melakukan intervensi
dismenore diharapkan yang tidak penting yang
DS: Klien mengatakan sering klien menunjukan dapat membuat
tidak bisa beraktivitas karena perbaikan toleransi lelah, berikan istirahat
nyeri yang dirasakan parah aktifitas dengan kriteria yang cukup
DO: TTV normal, klien terlihat hasil klien dapat 2. Berikan istirahat cukup
lemah dan lemas melakukan aktifitas dan tidur 8 – 10 jam tiap
malam
3. Observasi ulang tingkat
nyeri, dan respon
motorik klien, 30 menit
setelah pemberian
obat analgetik untuk
mengkaji efektivitasnya.
Serta setiap 1 - 2 jam
setelah tindakan
perawatan selama 1 - 2
hari.
N DX Tujuan Intervensi Keperawatan
o
3 Ansietas berhubungan dengan Setelah diberikan askep 1. Jelaskan prosedur yang
ancaman status kini selama 1x24 jam diberikan dan ulangi
DS: klien mengatakan takut diharapkan kecemasan dengan sering
terjadi penyakit yang menurun dengan kriteria 2. Anjurkan orang terdekat
membahayakannya karena hasil Ps tenang dan dapat berpartisipasi dalam
nyeri setiap menstruasi mengekspresikan asuhan
DO: klien terlihat cemas ketika perasaannya. 3. Anjurkan dan berikan
diberitahu masalah nyerinya kesempatan pada pasien
untuk mengajukan
pertanyaan dan
menyatakan masalah
4. Singkirkan stimulus yang
berlebihan
5. Ajarkan teknik relaksasi;
latihan napas dalam,
imajinasi terbimbing
6. Informasikan tentang
perawatan, dan
pengobatan
7. Jelaskan pada klien
tentang etiologi/faktor
dismenore
N DX Tujuan Intervensi Keperawatan
o

4 Defisiensi pengetahuan Setelah diberikan askep 1. Bantu pasien mengerti


berhubungan dengan kurang selama 1x24 jam tentang tujuan jangka
informasi diharapkan Ps tahu, pendek dan jangka
DS: klien mengatakan tidak mengerti, dan patuh panjang
tahu mengapa perutnya selalu dengan program 2. Ajarkan pasien tentang
nyeri setiap menstruasi terapeutik dengan kriteria penyakit dan
DO: klien tampak bingung saat hasil Ps mengerti tentang perawatannya.
diberikan konseling tentang penyakitnya dan apa yang 3. Berikan dukungan
nyerinya, klien terlihat tidak mempengaruhinya. emosional
paham pada saat perawat 4. Libatkan orang terdekat
menjelaskan penjelasan dalam program
tentang nyeri yang dirasanya pengajaran, sediakan
materi
pengajaran/instruksi
tertulis.
10. Materi
Konseling/Edukasi

 Cara mengatasi nyeri


- Kompres, analgetik
 Cara mengatasi intoleransi aktivitas saat terjadi dismenore
- Banyak istirahat, minum obat analgetik
 Cara mengatasi kecemasan saat terjadi dismenore
- Melakukan teknik relaksasi, latihan tarik nafas dalam,
imajinasi terbimbing , komunikasi
 Cara mengenali gejala dismenore
- Untuk mengantisipasi keluhan dismenore
SINDROM PRE
MENSTRUAL (PMS)
Tri Andhika Dessy Wahyuni 1710711138
DEFINISI
Sindroma premenstruasi
merupakan kumpulan gejala
fisik, psikologis dan emosi yang
terkait dengan siklus menstruasi
wanita; gejala biasanya timbul 6-
10 hari sebelum menstruasi dan
menghilang ketika menstruasi
dimulai.
ETIOLOGI
Banyak dugaan bahwa sindroma
premenstruasi terjadi akibat
kombinasi dari berbagai faktor yang
kompleks dimana salah satunya
adalah akibat perubahan hormonal
yang terjadi sebelum menstruasi.
Selain faktor hormonal, peranan
faktor gaya hidup diantaranya
aktivitas fisik dan mikronutrien juga
tidak bisa diabaikan, Olah raga
teratur dapat membantu mengurangi
sindroma premenstruasi selain
memberikan tubuh yang sehat.
FAKTOR PREDISPOSISI
■ Faktor hormonal
■ Faktor kimiawi
■ Faktor genetic
■ Faktor psikologis
■ Faktor aktivitas fisik
■ Kalsium
■ Magnesium
■ Vitamin B
FAKTOR RISIKO
■ Keturunan
■ Masalah mental seperti stres atau depresi
■ kurang olahraga
■ merasa tertekan karena hidup atau pekerjaan
■ kurang mengonsumsi vitamin B6, kalsium, dan magnesium
■ terlalu banyak mengonsumsi kafein
MANIFESTASI KLINIS

GEJALA FISIK GEJALA EMOSIONAL


■ Retensi cairan ■ Sakit punggung ■ Peka rangsang, perubahan suasana
(misalnya hati, kelailan emosional
kembung, nyeri ■ Vertigo
tekan pada ■ Mual, muntah, ■ Bermusuhan
payudara) diare ■ Depresi
■ Penambahan ■ Jerawat
berat badan ■ Ansietas
■ Ingin makan
■ Gangguan tidur tertentu ■ Letargi
■ Sakit kepala ■ Konstipasi
migrain pada saat
menstruasi
PATOFISIOLOGI

Beberapa mekanisme PMS yang diduga menjadi faktor yang member andil besar
terhadap perubahan psikologis dan fisiologis wanita pada saat mengalami PMS antara
lain :
■ Axis Hypotalamic pituitary adrenal (HPA)
Ketidakseimbangan regulasi HPA axis berhubungan dengan timbulnya sindrom
depresi. Cairan basal dan urin yang diuji tidak terdapat kandungan kortisol yang
membedakan wanita dengan PMS. Kortisol ini akan memicu terjadinya stress. Wanita
dengan PMS akan menunjukkan adanya ketidakseimbangan HPA axis yang
menyebabkan timbulnya depresi (Henshaw, 2007).
■ Sistem GABA
Hal ini disebabkan oleh adanya allopregnanolone yang merupakan metabolit
aktif dari progesterone yang memiliki efek anastesi dan anxiolitik namun pada saat
setengah siklus menstruasi yang metabolit aktif terikat pada reseptor GABA-A turun dan
menyebabkan timbulnya depresi dan perubahan pola makan. Pada wanita dengan PMS
konsentrasi GABA korteks mengalami penurunan. Hal ini diduga akibat adanya
pengarutan hormon estradiol dan progesterone (Henshaw, 2007).
■ Sistem Serotonegik
Sistem serotonin merupakan salah satu sistem yang dianggap mempunyai
andil yang cukup besar dalam patofisiologi PMS. Inhibisi dari aktifitas serotonin oleh
penurunan kadar triptofan akan menyebabkan PMS semakin parah. Selanjutnya
metergoline yang merupakan antagonis selektif dari serotonin akan memblok reseptor
serotonin sehingga akan menimbulkan PMS (Henshaw, 2007).
■ Opioid endogen
Wanita dengan PMS memiliki toleransi yang rendah terhadap rasa sakit atau
dapat dikatakan bahwa ambang rasa sakit wanita tersebut rendah. Hal ini akan lebih
terasa pada saat wanita tersebut berada dalam siklus menstruasi dan khususnya
menjelang hari-hari siklus tersebut akan dimulai lagi. Pada penelitian yang dilakukan
pada tahun 2002 menyatakan bahwa wanita dengan PMS dibandingkan dengan wanita
yang tidak mengalami PMS memiliki B-endorfin yang rendah sehingga wanita tersebut
akan lebih mudah terserang PMS (Henshaw, 2007).
PENATALAKSANAAN MEDIS
Beberapa praktisi meresepkan analgesik, diuretik dan
progesteron alamiah dan sintetik meskipun resiko
jangka panjang dari penggunaan progesteron tidak
diketahui. Inhibitor prostaglandin (misalnya ibuprofen
dan anaprox) juga digunakan seperti juga
antidepresan dan tranquiliser, seperti zanax dan
prozac.
■ Menurut Rayburn (2001), terapi PMS dibagi menjadi tiga kategori, antara lain
sebagai berikut :

a. Terapi simtomatik untuk menghilangkan gejala-gejala antara lain dengan diuretika


untuk mengobati kembung, anti depresan dan anti ansietas untuk menghilangkan
cemas dan depresi, bromokriptin untuk menghilangkan bengkak dan nyeri pada
payudara dan anti prostaglandin untuk mengatasi nyeri payudara, nyeri sendi dan
nyeri muskuloskeletal.
b. Terapi spesifik dibuat untuk mengobati etiologi yang diperkirakan sebagai
penyebab dari PMS antara lain dengan progesteron alamiah untuk mengatasi
defisiensi progesteron dan pemberian vitamin B6.
ASUHAN KEPERAWATAN
NO DX Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan MANDIRI
dengan meningkatnya keperawatan selama 1 x 24 jam, • Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi,
kontraktilitas uterus dan diharapkan masalah Nyeri yang lamanya, dan intensitas (skala 0-10).
saraf nyeri uterus. berhubungan dengan Perhatikan petunjuk verbal dan non
meningkatnya kontraktilitas verbal
DS: uterus, hipersensitivitas, dan • Bantu dalam memberikan posisi
• Klien mengatakan sakit saraf nyeri uterus dapat teratasi, yang nyaman
punggung ditujukan: • Berikan kompres hangat pada perut
• Klien mengatakan sakit • Skala nyeri berkurang • Masase daerah perut yang terasa
kepala migraine hingga hilang (skala 0) nyeri.
• Klien mengatakan nyeri • Klien dapat mengontrol • Lakukan latihan ringan.
pada perut bawah nyeri • Lakukan teknik relaksasi.
bagian kiri • Berikan diuresis natural (vitamin)
DO: tidur dan istirahat.
• TTV:
- TD 130/90 mmHg KOLABORASI
- N 105 x/menit • Pemberian anagetik (aspirin,
- S 38℃ fenasetin, kafein)
- RR 26 x/menit • Terapi dio,etasin, ibuprofen,
• Klien tampak gelisah naprosen.
NO DX Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
2. Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan tindakan MANDIRI
berhubungan dengan nyeri uterus. keperawatan selama 1 x 24 • Pantau keadaan umum pasien dan
jam, diharapkan masalah TTV
DS: Gangguan Pola Tidur • Kaji Pola Tidur
• Klien mengatakan sulit tidur berhubungan dengan nyeri • Kaji faktor yang menyebabkan
• Klien mengatakan sakit uterus dapat teratasi, gangguan tidur (nyeri, takut, stress,
kepala migrain ditujukan: ansietas dll).
• Klien mengatakan nyeri perut • Klien tidak • Catat tindakan kemampuan untuk
bawah bagian kiri mengalami kesulitan mengurangi kegelisahan.
DO: untuk tidur, • Ciptakan suasana nyaman, kurangi
• TTV: • klien tidak atau hilangkan distraksi lingkungan
- TD 130/90 mmHg mengalami dan gangguan tidur.
- N 105 x/menit kelelahan, • Gunakan alat bantu tidur (misal; air
- S 38℃ • klien tidak tampak hangat untuk kompres rilaksasi otot,
- RR 26 x/menit lemah. bahan bacaan, pijatan di punggung,
• Klien tampak pucat dan music yang lembut, dll).
lemas • Ajarkan relaksasi distraksi.
• Klien tampak memegang
bagian perut yang sakit KOLABORASI
• Pemberian sedatif, hipnotik sesuai
indikasiprofen, naprosen.
NO DX Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
3. Koping individu tidak efektif Setelah dilakukan tindakan MANDIRI
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 24 jam, • Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat
kelabilan emosional diharapkan masalah Koping umum
individu tidak efektif berhubungan • Kaji pemahaman klien tentang
DS: dengan kelabilan emosional penyakit yang dideritanya.
• Klien mengatakan sulit dapat teratasi, ditujukan: • Tentukan stress tambahan yang
menahan emosi • Pasien tidak mengalami menyertainya.
perubahan emosional • Bantu klien mengidentifikasi
DO: • Pasien dapat mengontrol keterampilan koping selama periode
• Klien tampak mudah emosinya. berlangsung.
tersinggung • Berikan informasi mengenai penyebab
• Klien terlihat murung sakit, penanganan, dan hasil yang
• Klien tampak gelisah diharapkan
• Berikan periode tidur atau istirahat.
• Dorong keterampilan mengenai stress,
misalnya dengan teknik relaksasi,
visualisasi, bimbingan, imajinasi dan
latihan napas dalam.
NO DX Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
4. Resiko tinggi nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan MANDIRI
kebutuhan tubuh berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam, • Pantau status nutrisi klien
dengan anoreksia, mual, muntah diharapkan masalah Resiko Intake nutrisi yang masuk
tinggi nutrisi kurang dari • Pantau pola makan
DS: kebutuhan tubuh berhubungan • Ajarkan klien membuat
• Klien mengatakan mual dan dengan anoreksia, mual, muntah catatan makanan harian
terkadang muntah dapat teratasi, ditujukan:
• Klien mengatakan nyeri perut • Tidak ada mual dan KOLABORASI
• Klien mengatakan hanya ingin muntah • Konsultasi dengan ahli gizi
memakan yang manis-manis • Menunjukkan berat • Berikan makanan dalam porsi
badan stabil atau kecil tetapi sering dengan
DO: meningkat sesuai dengan tinggi kalori dan protein.
• TTV: yang diharapkan nilai
- TD 130/90 mmHg laboratorium normal.
- N 105 x/menit
- S 38℃
- RR 26 x/menit
• Klien tampak pucat
• Klien tampak lemas
• Klien tampak tidak nafsu makan
MATERI KONSELING
– Cara mengatasi nyeri
■ Kompres, analgetik.
– Mengontrol emosi saat terjadi sindrom premenstrual
■ Melakukan tarik nafas dalam, komunikasi dengan orang
terdekat, aktivitas fisik ringan, diet (pola konsumsi).
– Cara mengenali gejala sindrom premenstrual
■ Untuk mengantisipasi keluhan sindrom premenstrual.
ENDOMETRIOSIS
FIRNA NAHWA F
1710711139
DEFINISI
Endomtriosis merupakan kondisi medis pada wanita yang ditandai dengan
tumbuhnya sel-sel endometrium di luar kavum uteri.
Pada saat menstruasi berlangsung, sel-sel endometrium yang berpindah ini
akan mengelupas dan menimbulkan perasaan nyeri di sekitar pinggul.
ETIOLOGI
• Secara kogenital sudah ada sel-sel endometrium di luar uterus
• Pindahnya sel-sel endometrium melalui sirkulasi darah/limfe
• Refluks menstruasi yang mengandung sel-sel endometrium ke tuba falopii sampai
ronga pelvis
• Herediter karena insiden lebih tinggi wanita yang ibunya mengalami endometriosis
• Teori yang menerangkan endometriosis
• Teori implantasi
• Teori metaplasi coelom
• Teori induksi
• Teori lain
• Transplantasi
• Metaplasi dengan jaringan epitel embrionik
FAKTOR PREDISPOSISI
Anomali obstruksi uterus yang memungkinkan curahan cairan haid retrograd
merupakan predisposisi berkembangnya endometriosis.
Retroversi uterus berperan dalam produksi endometriosis, memperbesar lesi-lesi yang
ada sebelumnya dengan mempercepat curahan retograd, atau yang hanya sekunder
terhadap adhesi pelvis tetapi tidak pasti.
FAKTOR RESIKO
• Wanita usia produktif (15-44 tahun)
• Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
• Menstruasi yang lama (>7 hari)
• Spotting (bercak darah) sebelum menstruasi
• Peningkatan jumlah esterogen dalam darah
• Keturunan: memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama
• Memiliki saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita
endometriosis
• Terpapar toksin dari lingkungan, biasanya toksin yang berasal dari pestisida,
pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah
perkotaan
MANIFESTASI KLINIK
Gejala umumnya terjadi ketika menstruasi dan bertambah hebat setiap
tahunnya karena pembesaran daerah endometriosis
Tanda dan gejala endometriosis antara lain:
1. Nyeri
• Dimenore sekunder
• Dismenore primer yang buruk
• Dipareunia: Nyeri ovulasi
• Nyeri pelvis terasa berat dan menyebar ke paha, bagian abdomen bawah selama
menstruasi
• Nyeri akibat latihan fisik/ selama dan setelah hubungan seksual
• Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
2. Perdarahan abnormal
• Hipermenorea/menoragia
• Spotting sebelum menstruasi
• Darah menstruasi yang berwarna gelap keluar sebelum/setelah menstruasi
• Keluhan BAB dan BAK
• Nyeri sebelum,sesaat,sesudah BAB
• Darah pada feses
• Diare, konstipasi dan kolik
PATOFISIOLOGI
• Endometriosis deipenagruhi oleh faktor genetik
• Sistem hormonal menyebabkan gangguan menstruasi seperti
menoragi/hipermenorea
• Toksik sampah-sampah perkotaan
Jaringan endometrium tumbuh diluar uterus (terdiri dari fragmen
endometrial)
Dilemparkan dari infadibulum tuba falopii

Menuju ovarium (bagian pertama rongga pelvis)


Menjadi endometriosis

Dapat memasuki peredaran darah dan limfa mengikuti aliran


regional bagian tubuh lain
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Uji serum
• CA-125: Sensitifitas atau spesifitas berkurang
• Protein plasenta 14: mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi
dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan
• Antibodi endometrial: Sensitifitas atau spesifitas berkurang
• Teknik pencitraan
• Ultrasound: dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas
11%
• MRI: 90% sensitifitas dan 98% spesifik
• Pembedahan: melalui laparoskopi dan eksisi
PENATALAKSANAAN MEDIS
• Pengobatan Hormonal
• Derivat testosteron, seperti danazol dan demitriose
• Progesteron seperti provera dan primolut
• GnRH
• Pil kontrasepsi kombinasi
• Pembedahan
bisa dilaksanakan secara laparoskopi atau laparotomi, tergantung luasnya
endometriosis.
KOMPLIKASI
• Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena dekat kolon atau ureter
• Torsi/ruptur ovarium sehingga terjadi peritonis karena endometrioma
• Infertilitas.
PROGNOSIS
Manajemen medis (supresi ovulasi) efektif untuk nyeri pelvis tetapi tidak efektif untuk
pengobatan endometriosisi berkaitan dengan infertilitas. Kombinasi esterogen dan
progesteron meredakan nyeri hingga 80-50% dari pasien dengan nyeri pelvis. Setelah 6
bulan terapi danazol, 90% pasien endometriosis sedang mengalami penurunan nyeri
pelvis. Laparoskopi/laparotomi efektif 90% meredakan nyeri
ASKEP
1. Pengkajian
a. Biodata pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
• Dismenore primer dan sekunder
• Nyeri saat latihan fisik
• Dispareun
• Nyeri pelvis
• Nyeri pelvis terasa berat dan menyebar ke paha, bagian abdomen bawah selama menstruasi
• Hipermenorea/menoragia
• Spotting sebelum menstruasi
• Darah menstruasi yang berwarna gelap keluar sebelum/setelah menstruasi
• Keluhan BAB dan BAK
• Nyeri sebelum,sesaat,sesudah BAB
• Darah pada feses
• Diare, konstipasi dan kolik
d. Riwayat penyakit terdahulu
Terpapar toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran
sampah medis dan sampah perkotaan
e. Riwayat penyakit keluarga
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita endometriosis
f. Riwayat obstetri dan menstruasi
g. Mengalami hipermenorea/menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi
berwarna gelap yang keluar sebelum/setelah/di akhir menstruasi
No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi/Implementasi
1. Gangguan rasa Setelah diberikan asuhan  Pantau/catat karakteristik nyeri
nyaman: nyeri keperawatan Gangguan rasa  Kaji lokasi nyeri dengan memantau lokasi yang
b.d gangguan nyaman: nyeri b.d gangguan ditunjuk pasien
menstruasi, menstruasi, proses penyakit  Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-
proses selama 3x24 jam ditunjukkan 10
penyakit dengan :  Jelaskan penyebab nyeri klien
 Klien mengatakan nyeri  Bantu untuk tindakan relaksasi, ditraksi, massage
berkurang  Kolaborasi pemberian analgesik
 Klien tidak memegang
punggung atau daerah yang
sakit
 Keringat berkurang
2. Resiko tinggi Setelah diberikan asuhan  Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan,
gangguan citra keperawatan Resiko tinggi pikiran, dan pandangan tentang dirinya
tubuh b.d gangguan citra tubuh b.d gangguan  Diskusikan nilai dan arti klien bagi mereka
gangguan mentruasi selama 3x24 jam  Gali kekuatan dan sumber-sumber yang ada pada
mentruasi ditunjukkan dengan: klien dan dukung kekuatan tersebut sebagai
 Klien mengatakan tidak malu, aspek positif
merasa berguna  Libatkan klien pada setiap kegiatan
 Penampilan klien rapi  Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan
 Menerima apa yang sedang terbuka tentang pilihan penanganan gangguan
terjadi menstruasi
3. Resiko gangguan harga Setelah diberikan asuhan keperawatan  Berikan motivasi pada klien
diri b.d infertil pada Resiko gangguan harga diri b.d infertil pada  Diskusikan kemampuan dan aspek
endometriosis endometriosis selama 3x24 jam postif yang dimiliki
ditunjukkan dengan:  Informasikan dan diskusikan dengan
 Pasien mengetahui kekuatan pribadi jujur dan terbuka tentang gangguan
 Pasien dapat berpartisipasi dalam infertil pada endometriosis
pembuatan perencanaan perawatan
4. Ansietas b.d ancaman Setelah diberikan asuhan keperawatan  Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik
atau perubahan pada Ansietas b.d ancaman atau perubahan pada pada tingkat kecemasan
stastus kesehatan stastus kesehatan selama 3x24 jam  Temani klien untuk mendukung
ditunjukkan dengan: keamanan dan menurunkan rasa takut
 Pasien tampak rileks  Ajarkan pada klien untuk teknik
 Pasien tidak menunjukkan gambaran relaksasi
ansietas  Berikan pengobatan untuk mengurangi
rasa cemas dengan cara yang tepat
5. Kurang pengetahuan Setelah diberikan asuhan keperawatan  Kaji tingkat pengetahuan yang
b.d kurang pengetahuan Kurang pengetahuan b.d kurang berhubungan dengan proses penyakit
tentang endometriosis pengetahuan tentang endometriosis  Berikan informasi terkait proses
selama 3x24 jam ditunjukkan dengan: terjadinya penyakit yg dialami pasien
 Klien mampu mengulangi penjelasan dan tanda gejalanya
perawat  Sediakan informasi tentang kondisi klien
 Pengetahuan klien bertambah  Berikan informasi tindakan yang akan
dilakukan
 Motivasi keluarga klien untuk mengikuti
informasi yg diberikan
MATERI KONSELING
• Meredakan nyeri haid karena endometriosis
• Atur jenis makan
• Olahraga teratur
• Belajar relaksasi
• Minum obat pereda nyeri
• Meningkatkan citra diri pada penderita endometriosis
• Meningkatkan kepercayaan diri penderita endometriosis
KLIMAKTERIUM
Klimakterium

Klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui


seorang wanita dari periode reproduktif ke
periode non reproduktif. Fase terakhir dalam
kehidupan wanita atau setelah masa reproduksi
berakhir (Kasdu, 2002).

Your Logo or Name Here


Gejala Klimakterium
Gejala-gejalanya dapat dikelompokkan menjadi : 2. Gangguan psikis · mudah tersinggung
a. Depresi
1.Gangguan neurovegetatif (vasomotorik- b. Lekas lelah
hipersimpatikotoni) yang mencakup: · gejolak panas c. Kurang bersemangat
(hot flushes) d. Insomania atau sulit tidur
a. Keringat malam yang banyak 3. Gangguan organik infark miokard (gangguan
b. Rasa kedinginan sirkulasi)
c. Sakit kepala a. Atero-sklerosis (hiperkolesterolemia)
d. Desing dalam telinga b. Osteoporosis
e. Tekanan darah yang goyah c. Gangguan kemih (disuria)
f. Berdebar-debar d. Nyeri senggama (dispareunia)
g. Susah bernafas e. Kulit menipis
h. Jari-jari atrofi f. Gangguan kardiovaskuler
i. Gangguan usus (meteorismus)

Your Logo or Name Here 84


Pasca Klimakterium

Pascamenopause adalah masa 3-5 tahun


setelah menopause, dijumpai hiper-
gonadotropin (FSH dan LH) dan kadang-
kadang hipertiroid

Your Logo or Name Here


Pramenopouse Menopouse Pasca Menopouse

Ditandai dengan Ditandai dengan tidak Ditandai dengan


penurunan hormone diproduksi lagi hormone hipergonadotropin (FSH-
esterogen esterogen LH), dan kadang-kadang
hipertiroid

Your Logo or Name Here


Menoragia

FEBBY FEREZA
1710711135
DEFINISI

 Menoragia
merupakan perdarahan haid lebih banyak dari normal atau
lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari)
kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.
Umumnya jumlah darah menstruasi yang normal adalah
sekitar 30 cc per hari, dan lama haid 4-6 hari.
Jika darah menstruasi seseorang mencapai 80 cc, itu sudah
abnormal. Dalam istilah kedokteran disebut hipermenorea
(menoragia) atau menstruasi berlebihan
Etiologi

Adanya kelainan organik, seperti:


 infeksi saluran reporduksi
Disfungsi organ yang menyebabkan terjadinya menoragia seperti gagal hepar atau gagal ginjal.
Penyakit hati kronik dapat menyebabkan gangguan dalam menghasilkan faktor pembekuan
darah dan menurunkan hormon estrogen.
 Kelainan hormon endokrin
misal akibat kelainan kelenjar tiroid dan kelenjar adrenal, tumor pituitari, kegemukan, dll
 Kelainan anatomi rahim
seperti adanya mioma uteri, polip endometrium, hiperplasia endometrium, kanker dinding
rahim dan lain sebagainya.
 Iatrogenik :
misal akibat pemakaian IUD, hormon steroid, obat-obatan kemoterapi, obat-obatan anti-
inflamasi dan obat-obatan antikoagulan
Faktor
Predisposisi

Indikasi dan gejala Menorrhagia antara lain sebagai berikut:

 Masa menstruasi lebih dari 7 hari


 Aliran menstruasi yang terus-menerus selama beberapa jam.
 Terdapat gumpalan darah dalam jumlah tidak sedikit
 Pendarahan berat hingga mengganggu aktifitas sehari-hari
 Nyeri terus menerus perut bagian bawah selama masa menstruasi
 Masa menstruasi tidak teratur
 Keletihan, kelelahan dan nafas pendek-pendek (mirip gejala anemia)
Patofisiologis

 menoragia pada umunya terjadi akibat adanya

 menyebabkan terganggunya kontraktilitas otot rahim,


serta permukaan endometrium lebih lebar sehingga pembuluh darah
membesar serta beresiko mengalami nekrosis sehingga perdarahan
akan terjadi. Dari penjelasan tersebut, patofisiologi menoragia akan
dijelaskan dalam bagan berikut :
MENSTRUASI

Pengeluran darah
Terdapat
normal Kelainan Fungsi Kelainan sistem penyakit

Hati dan Ginjal endokrinologi sistem reproduksi

1. Perubahan dinding
endometrium
2. Vasodilatasi pembuluh
darah endometrium

Pengeluran darah lebih


banyak dan lebih panjang
durasinya
Tanda Klinis
dan Laboratoris

gejala yang dapat diketahui adalah :


 Anemia merupakan penemuan laboratorium yang paling
sering terjadi
 Perdarahan lebih dari 80 ml.
 Menstruasi lebih lama dari normal.
 Dapat disertai gumpalan-gumpalan darah
PENATAKLASANAAN MEDIS

yang dapat dilakukan untuk menangani kasus menoragia adalah


sebagai berikut : DILATASI/KURETASI
 Penanganan menoragia dilakukan dengan melihat penyebab
perdarahan, apakah disebabkan oleh infeksi, kelainan patologi,
kelainan organik, AKDR, kelainan koagulasi atau penyakit
neoplasia, apabila disebabkan oleh hal-hal tersbut,
penatalaksanaan segera dikolaborasikan dengan dokter Spesialis

 tidak ditemukan adanya kelainan patologi, perdarahan


berkelanjutan dapat dilakukan terapi secara farmakologik. dapat
memberikan provera 10 mg per oral, 1x1 selama 10 hari, dimulai
pada hari ke- 15 atau hari ke- 16. Dan dapat juga diberikan
DepoProvera 150 mg secara IM

 Apabila perdarahan menoragia terjadi karena kelainan organik


dapat dilakukan tata laksana bedah, yaitu dilatasi / kuretase,
serta histeroskopi
Prognosis

Perdarahan yang terjadi dalam waktu yang relatif lama,


menyebabkan kondisi tubuh banyak kehilangan darah
akibatnya terjadi anemia sampai shock haemoragic.

Pemberian antiinflamasi dan antifibfinolisis dapat


menurunkan sampai menghentikan perdarahan.

Menoragia dapat ditangani tanpa melakukan biopsi


endometrium karena dengan siklus yang masih
cenderung normal, belum mengarah pada kondisi
keganasan. Namun perlu dilakukan evaluasi apabila
berdarahan lebih dari 7 hari, atau terapi obat gagal,
perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sangat
dianjurkan dengan USG transvagina, serta faal
pembekuan darah.
ASKEP
MENORAGIA
No Dx Tujuan Intervensi/implementasi evaluasi

1. Resiko perdarahan bd Pasien akan bebas infeksi Nic 1 : pengurangan


menstruasi berlebih setelah dilakukan tindakan perdarahan
( manoragi) keperawatan selama 3×24 jam • identifikasi penyebab
dengan kriteria hasil: perdarahan
Ds : laporan menstruasi NOC 1 : keparahan • beri kompres
lebih dari 8 hari •Monitor jumlah dan sifat
kehilangan darah
kehilangan darah
Do : Indikator : • pemberian obat oral
•Pemeriksaan leukosit normal provera 10 mg
• DepoProvera 150 mg secara
(6000-10000) IM
• HEMATOKRIT ( 35-45) •Pemberian antiinflamasi
dan anti fibfinolisis
• HEMOGLOBIN ( 12-16)
• perhatikan kadar hb/ ht
•TROMBOSIT ( 37-43) sebelum dan sesudah
Noc 2 : kontrol risiko kehilangan darah
•Monitor status cairan
Indikator : termasuk asupan (intake) dan
• mengidentifikasi faktor pengeluaran ( output)
risiko perdarahan
•Mengenali perubahan status
No Dx Tujuan Intervensi/implementasi evaluasi

2. Resiko kekurangan volume Pasien akan bebas infeksi NIC 1 : MONITOR TTV
cairan b.d perdarahan setelah dilakukan tindakan • TD : 110/80
keperawatan selama 3×24 jam RR : 20
dengan kriteria hasil:
Ds : laporan menstruasi N =: 80
Noc 1 : keseimbangan cairan
lebih dari 8 hari Indikator : S : 36
• Turgor kulit elastis
•Tanda vital dalam batas normal
Do : • membran mukosa lembab
(TD=110/70, • kunjungtiva tidak anemis
RR=16-24, N= 60-100,
Nic 2 : pengurangan
S= 36- 37)
perdarahan
• turgor kulit elastis • beri produk darah (misalnya
NOC 2 : keparahan trombosit dan plasma beku
segar dengan tepat )
kehilangan darah
• instruksi pasien dan
Indikator : keluarga mengenai tingkt
•Pemeriksaan leukosit normal keparahan kehilangan darah
dan tindakan yang tepat
(6000-10000)
untuk dilakukan
• HEMATOKRIT ( 35-45) •Lakukan tindakan USG
• HEMOGLOBIN ( 12-16) transvagina, biobsi
endometrium, serta faal
•TROMBOSIT ( 37-43 )
pembekuan darah.
No Dx Tujuan Intervensi/implementasi Evaluasi

ASKEP
3. Nyeri bd peningkatan Pasien akan bebas infeksi setelah NIC I : Manajemen Nyeri
kontraksi selama fase dilakukan tindakan keperawatan Aktivitas
menstruasi selama 3×24 jam dengan kriteria 1. Lakukan pengkajian nyeri
hasil: secara menyeluruh
NOC I : Kontrol Nyeri meliputi lokasi,
Kriteria Hasil : durasi,kualitas, keparahan
1. Mengetahui faktor nyeri dan faktor pencetus
penyebabnyeri nyeri.
2. Mengetahui permulaan 2. Observasi ketidak
terjadinya nyeri nyamanan nonverbal.
3. Menggunakan 3. Kolaborasi : pemberian
tindakan pencegahan Analgetik sesuai indikasi
4. Melaporkan gejala NIC II : Manajemen
5. Melaporkan kontrol nyeri Analgetik Aktivitas
NOC II : Tingkat Nyeri 1. Tentukan lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, kualitas dan
1. Melaporkan nyeri tingkat nyeri sebelum
berkurang atau hilang mengobati pasien.
2. Frekuensi nyeri berkurang 2. Cek obat meliputi jenis,
3. Lamanya nyeri berlangsung dosis, dan frekuensi
4. Ekspresi wajah saat nyeri pemberian analgetik.
5. Posisi tubuh melindungi. 3. Monitor tanda- tanda
vital sebelum dansetelah
pemberian analgetik.
MATERI KONSELING

1. MATERI MANORA
: Definisi, Faktor Penyebab, Faktor resiko.
2. MENJELASKAN TINDAKAN
 Apabila perdarahan disebabkan oleh karena kelainan patologi dan kelainan organik, dilakukan
kuretase.
 Apabila disebabkan karena ketidakseimbangan hormon diberikan terapi provera dan atau
DipoProvera.
3. MENGATASI RASA NYERI
: dikompres, pemberian analgetik
4. ANJURKAN KEPADA PASIEN
: untuk melakukan kunjungan ulang untuk mengetahui perdarahan apakah berkurang atau tidak.
5. MOTIVAS
: pendidikan kesehatan dan konseling pada pasien agar tidak terlalu cemas dengan keadaanya.
Metrorargia
Refany Salsabila 1710711146
Definisi

• Metrorargi adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada


hubungannya dengan haid.Merupakan perdarahn iregular yang
terjadi diantara dua waktu haid.
• Pada metrorargia, haid terjadi dalam waktu yang singkat dengan
darah yang dikeluarkan sedikit. Keadaan ini sering dianggap oleh
wanita sebagai haid.
Klasifikasi

1. Metroragia oleh adanya kehamilan


seperti abortus,kehamilan ektopik
2. Metroragia diluar kehamilan
Dapat disebabkan karna adanya luka yang belum sembuh seperti
carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis
Etiologi

 Penyakit Sistemik
• Penyakit defisiensi prothrombin yang dapat timbul sebagai
perdarahan pervaginam
• Hipertiroidisme yang terkait dengan metrorargia
 Anovulatoris
Akibat dari tidak terjadinya ovulasi mengakibatkan esterogen
melimpah dan tidak seimbang mengarah pada poliferasi
endometrium terus menerus yang akhirnya menhgasilkan suplai
darah berlebih yang dikeluarkan.
 Ovulatoris
Bercak darah pada pertengahan siklus setelah lonjakan LH.
Itu menandakan ovulasi. Namun fase luteal mungkin memanjang
akibat dari korpus luteum yang menetap.
Penyebab lain:
• Kehamilan : Terjadi bercak darah saat proses nidasi
• Infeksi: Benda asing dalam uterus
• Ovulasi
• Penggunaan obat obatan
Patofisiologi

• Patofisiologi
Terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga
tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akhirnya
terjadi hiperlaspia endoimetrium karena stimulasi esterogen yang
berlebihan dan terus menerus .
Faktor Predisposisi

• Faktor Predisposisi
Perdarahan instrumental terjadi karna penebalan
endometrium oleh hormone esterogen.
Esterogen yang sekresi terus menerus akibat dari kegagalan ovulasi
oleh folikel mengakibatkan progesteron tidak dihasilkan karena
tidak adanya korpus luteum. Oleh karena itu endometrium menebal
dengan pola ketebalan yang tidak sama. Lapisan endometrium yang
sangat tebal bisa ruptur sehingga terjadilah spotting. Perdarahan
terjadi dengan frekuensi yang tidak teratur.
Faktor Resiko

Metroragia disebabkan oleh berbagai macam hal :


1) Oleh karena kehamilan : abortus, mola hidatidosa, kehamilan
ektopik.
2) Diluar kehamilan : pada wanita yang perdarahan kontak maupun
erosi dan polip.
Tanda Klinis

1) Siklus menstruasi normal adalah 24 – 35 hari.

2) Perdarahan terjadi diantara dua kejadian


menstruasi.

3) Perdarahan terjadi dengan konsistensi bercak-


bercak
Penatalaksanaan Medis

• 1) Esterogen : valeras estradiol 20 mg IM. Esterogen yang tinggi kadar darahnya


mengakibatkan perdarahan berhenti.

• 2) Progesteron : kaproas hidroksi-progesteron 125 mg IM. Injeksi progesteron


bermanfaat untuk mengimbangi pengaruh esterogen terhadap endometrium.

• 3) Androgen : propionas testosteron 50 mg IM. Hormon ini memiliki umpan balik


positif dari perdarahan uterus akibat hiperplasia endometrium.
Pada pubertas, pengobatan bisa dilakukan dengan terapi hormonal. Pemberian
esterogen dan progesteron dalam kombinasi dapat dianjurkan. Terapi dapat
dilaksanakan pada hari ke-5 perdarahan uterus untuk 21 hari. Dapat pula
diberikan progesteron untuk 7 hari, mulai hari ke-21 siklus haid.
Kecuali pada pubertas, terapi yang baik dilakukan adalah dilatasi
Ketika semua terapi sudah diberikan namun perdarahan masih belum juga
berhenti, langkah terakhir untuk metroragia adalah histerektomi
Pemeriksaan Penunjang

1.Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid, dan kadar HCG, FSH, LH, Proglatin
dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan jika ada tampilan
yang mengarah kesana.
2.Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b) histeroskopi.
Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan perdarahan tidak teratur
atau wanita muda (<40 tahun) yang gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani
sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia mungkin
terlewatkan bahkan saat kuratase. Maka penting untuk melakukan kuratase ulang dan
investigasi yang sesuai pada seluruh kasus perdarahan uterus abnormal berulang atau
berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan
dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas endometrium.
3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaan pada wanita yang tidak berhasil dalam uji coba
terapeutik.
4. Uji kehamilan : untuk melihat ada tanda-tanda kehamilan.
5. Pemeriksaan koagulasi : untuk memantau faktor pembekuan darah. (Prof dr. Hanifa
wiknjosastro
Asuhan Keperawatan

Data Fokus Masalah Etiologi


Ds: Defisit volume cairan Berhubungan dengan
1. Pasien mengatakan pendarahan yang berlebihan
menstruasi tidak henti
henti
2. Pasien mengatakan agak
lemas
Do:
1. Td: 100/80 mmhg
2. N : 80x/menit
3. S: 37 C
4. RR: 20x/menit
5. Hb: 9gr/dl
6. Ht: 36%
Data Fokus Masalah Etiologi
Ds: Ansietas Berhubungan dengan
1. Pasien mengatakan cemas Ancaman status terkini
2. Sulit tidur karna cemas (metrorargia)

Do:
1. Pasien tampak gelisah
2. Pasien tampak sangat
khawatir
3. Td: 100/80mmhg
N : 80x/mnt
RR : 20x/mnt
Data Fokus Masalah Etiologi
Ds: Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan
1. Pasien mengatakan mudah kelemahan
letih setelah melakukan
aktivitas

Do:
1. Td: 100/80mmhg
N : 80x/mnt
RR : 20x/mnt
Intervensi

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Defisiensi Volume Cairan Setelah dilakukan asuhan 1. Tentukan frekuensi
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 perdarahan
pendarahan yang berlebihan jam defisiensi volume cairan 2. Kaji tanda-tanda
teratasi dengan kriteria: vital,tugor kulit,
- Perdarahan dapat teratasi membran mukosa
dan kondisi pasien dalam 3. Kaji intake dan output
keadaan sehat
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ansietas berhubungana Setelah dilakukan asuhan - Instruksikan klien
ancaman status terkini keperawatan 1x24jam menggunakan metode
ansietas dapat teratasi mengurangi kecemasan
dengan kriteria; (teknik bernafas dalam)
- Tingkat kecemasan ringan - Yakinkan keselamatan dan
- Tingkat ketakutan ringan keamanan klien
- Identifikasi orang orang
terdekat klien yang bisa
membantu klien
- Berikan penguatan
psikologis
- Kontrol lingkungan klien
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan asuhan 1. Anjurkan klien membatasi
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam aktifitas dengan istirahat
kelemahan intoleransi aktivitas teratasi yang cukup
dengan kriteria: 2. Anjurkan klien untuk
- Frekuensi nadi ketika menghindari mengangkat
beraktivitas tidak berat
terganggu 3. Bantu klien beraktifitas
- Tekananan darah sistolik secara bertahap
dan distolik ketika 4. Anjurkan tirah baring
beraktivitas tidak sesuai indikasi
terganggu
Materi Konseling

 Cara Mengatasi Defisiensi Volume Cairan pada Metrorargia


-kurangi aktifitas berlebih, banyak istirahat, minum obat obat yang
disarankan oleh dokter, mengonsumsi makanan dan minuman yang baik.
 Cara Mengatasi Ansietas saat terjadi Metrorargia
Melakukan teknik relaksasi,latihan nafas dalam, imajinasi
terbimbing,komunikasi
 Cara Mengatasi Intoleransi aktifitas pada saat Metrorargia
kurangi aktifitas berlebih, banyak istirahat.

Anda mungkin juga menyukai