MENOPAUSE,
HIPOGONADOTROPI
AMENORRHEA
SARAH NURUL IZZAH M 1710711132
Amenore adalah kondisi di mana seorang wanita
tidak mengalami menstruasi,meskipun
berdasarkan periode mentruasi seharusnya
wanita tersebut mengalami menstruasi.
■ Pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul maupun tes kehamilan harus dilakukan untuk
menjauhkan dari diagnosa kehamilan.
■ Tes darah yang dapat dilakukan untuk mengecek kadar hormon, antara lain:
1. Follicle stimulating hormone (FSH).
2. Luteinizing hormone (LH).
3. Prolactin hormone (hormon prolaktin).
4. Serum hormone (seperti kadar hormon testoteron).
5. Thyroid stimulating hormone (TSH).
■ Tes lain yang dapat dilakukan, meliputi:
1. Biopsi endometrium.
2. Tes genetik.
3. MRI.
4. CT scan.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang dilakukan tergantung pada penyebab periode menstruasi yang hilang. Kondisi
tidak haid dalam golongan primer ini, bisa disebabkan oleh cacat bawaan lahir dan mungkin
memerlukan obat berupa hormon, operasi, atau keduanya.
Dalam beberapa kasus, obat yang disebut medroksiprogesteron dan penggantian estrogen akan membantu
kembalinya periode mesntruasi pada sebagian besar wanita.
Obat lain dapat digunakan jika wanita dengan adult-onset hiperplasia adrenal kegagalan ovarium dini,
dan hipotiroidisme. Wanita dengan kelainan anatomi mungkin memerlukan tindak pembedahan.
Pada wanita dengan yang tidak haid karena mengalami sindrom ovarium polikistik (SOPK), pengobatan yang
dapat dilakukan termasuk penurunan berat badan dengan diet dan olahraga. Obat-obatan seperti metformin
juga dapat diberikan.
Wanita yang mengalami kondisi tidak haid dan diakibatkan karena masalah keturunan dapat menemui
spesialis genetik untuk evaluasi dan pengobatan tambahan.
ASUHAN KEPERAWATAN
DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
1. Data Subjektif : Ansietas Perubahan dalam status
• Klien menanyakan tentang kesehatan.
penyakitnya
• Klien mengatakan baru
pertama kali mengalami
penyakit yang saat ini diderita
oleh klien
2.Data Objektif :
• Klien cemas
• Klien tegang
• Klien meremas-remas
tangannya
Observasi vital sign :
TD = 140 / 80mmHg
ND = 90 x/m
RR = 16 x/mnt
DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
Ansietas berhubungan dengan perubahan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Kaji tingkat kecemasan : ringan,
dalam status kesehatan selama 1 x 24 jam cemas klien dapat teratasi sedang, berat, panic
untuk mengeksternalisasikan
kecemasan
mengurangi kecemasan.
Gangguan citra tubuh berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Gunakan pendekatan yang
perkembangan, perseptual, dan klien diharapkan tidak mengalami 2. Berikan informasi factual
dengan kurang informasi yang keperawatan selama, klien mampu klien tentang penyakit yang
dan dapat
dipertanggungjawabkan
MATERI KONSELING
1. Ansietas
■ Cara mengatasi ansietas
Teknik relaksasi segitiga pernapasan ( triangle breathing )
Teknik guide imagery
2. Gangguan citra tubuh
■ Cara mengembalikan citra tubuh
3. Defisit pengetahuan
Untuk mengetahui mengenai apa saja terkait penyakit amenorea
■ Pengertian amenorea
■ Etiologi
■ Manifestasi klinis
■ Patofisiologis
■ Pemeriksaan diagnostik
■ Penatalaksanaan
Nama : Anggi Dwi Prasetyo
NRP : 1710711136
1. Definisi
Dismenore
a. Dismenore primer
Dismenore primer timbul sejak haid pertama sering
bersamaan dengan rasa mual, muntah, dan diare. Dinamakan
dismenore primer karena rasa nyeri timbul tanpa ada sebab
yang dapat dikenali. Dismenore primer akan pulih sendiri
dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya
hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah
dan melahirkan.
Gambaran klinis
dismenorea primer
meliputi berikut ini, yaitu:
Dismenore Ringan
Dismenore Sedang
Dismenore Berat
3. Etiologi Dismenore
a. Secara Farmakologis
Upaya farmakologis yang dapat dilakukan dengan memberikan
obat analgesik sebagai penghilang rasa sakit seperti aspirin, ibuprofen,
naproxen, asetaminofen, ketrolak dsb.
b. Secara Non Farmakologis
Menurut Smeltzer & Bare (2002) penanganan nyeri secara
nonfarmakologis terdiri dari:
1) Stimulasi dan Massage kutaneus
2) Terapi es dan panas
3) Transecutaneus Elektrikal Nerve Stimulaton ( TENS)
4) Distraksi
5) Relaksasi
6) Imajinasi
8. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa mekanisme PMS yang diduga menjadi faktor yang member andil besar
terhadap perubahan psikologis dan fisiologis wanita pada saat mengalami PMS antara
lain :
■ Axis Hypotalamic pituitary adrenal (HPA)
Ketidakseimbangan regulasi HPA axis berhubungan dengan timbulnya sindrom
depresi. Cairan basal dan urin yang diuji tidak terdapat kandungan kortisol yang
membedakan wanita dengan PMS. Kortisol ini akan memicu terjadinya stress. Wanita
dengan PMS akan menunjukkan adanya ketidakseimbangan HPA axis yang
menyebabkan timbulnya depresi (Henshaw, 2007).
■ Sistem GABA
Hal ini disebabkan oleh adanya allopregnanolone yang merupakan metabolit
aktif dari progesterone yang memiliki efek anastesi dan anxiolitik namun pada saat
setengah siklus menstruasi yang metabolit aktif terikat pada reseptor GABA-A turun dan
menyebabkan timbulnya depresi dan perubahan pola makan. Pada wanita dengan PMS
konsentrasi GABA korteks mengalami penurunan. Hal ini diduga akibat adanya
pengarutan hormon estradiol dan progesterone (Henshaw, 2007).
■ Sistem Serotonegik
Sistem serotonin merupakan salah satu sistem yang dianggap mempunyai
andil yang cukup besar dalam patofisiologi PMS. Inhibisi dari aktifitas serotonin oleh
penurunan kadar triptofan akan menyebabkan PMS semakin parah. Selanjutnya
metergoline yang merupakan antagonis selektif dari serotonin akan memblok reseptor
serotonin sehingga akan menimbulkan PMS (Henshaw, 2007).
■ Opioid endogen
Wanita dengan PMS memiliki toleransi yang rendah terhadap rasa sakit atau
dapat dikatakan bahwa ambang rasa sakit wanita tersebut rendah. Hal ini akan lebih
terasa pada saat wanita tersebut berada dalam siklus menstruasi dan khususnya
menjelang hari-hari siklus tersebut akan dimulai lagi. Pada penelitian yang dilakukan
pada tahun 2002 menyatakan bahwa wanita dengan PMS dibandingkan dengan wanita
yang tidak mengalami PMS memiliki B-endorfin yang rendah sehingga wanita tersebut
akan lebih mudah terserang PMS (Henshaw, 2007).
PENATALAKSANAAN MEDIS
Beberapa praktisi meresepkan analgesik, diuretik dan
progesteron alamiah dan sintetik meskipun resiko
jangka panjang dari penggunaan progesteron tidak
diketahui. Inhibitor prostaglandin (misalnya ibuprofen
dan anaprox) juga digunakan seperti juga
antidepresan dan tranquiliser, seperti zanax dan
prozac.
■ Menurut Rayburn (2001), terapi PMS dibagi menjadi tiga kategori, antara lain
sebagai berikut :
FEBBY FEREZA
1710711135
DEFINISI
Menoragia
merupakan perdarahan haid lebih banyak dari normal atau
lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari)
kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.
Umumnya jumlah darah menstruasi yang normal adalah
sekitar 30 cc per hari, dan lama haid 4-6 hari.
Jika darah menstruasi seseorang mencapai 80 cc, itu sudah
abnormal. Dalam istilah kedokteran disebut hipermenorea
(menoragia) atau menstruasi berlebihan
Etiologi
Pengeluran darah
Terdapat
normal Kelainan Fungsi Kelainan sistem penyakit
1. Perubahan dinding
endometrium
2. Vasodilatasi pembuluh
darah endometrium
2. Resiko kekurangan volume Pasien akan bebas infeksi NIC 1 : MONITOR TTV
cairan b.d perdarahan setelah dilakukan tindakan • TD : 110/80
keperawatan selama 3×24 jam RR : 20
dengan kriteria hasil:
Ds : laporan menstruasi N =: 80
Noc 1 : keseimbangan cairan
lebih dari 8 hari Indikator : S : 36
• Turgor kulit elastis
•Tanda vital dalam batas normal
Do : • membran mukosa lembab
(TD=110/70, • kunjungtiva tidak anemis
RR=16-24, N= 60-100,
Nic 2 : pengurangan
S= 36- 37)
perdarahan
• turgor kulit elastis • beri produk darah (misalnya
NOC 2 : keparahan trombosit dan plasma beku
segar dengan tepat )
kehilangan darah
• instruksi pasien dan
Indikator : keluarga mengenai tingkt
•Pemeriksaan leukosit normal keparahan kehilangan darah
dan tindakan yang tepat
(6000-10000)
untuk dilakukan
• HEMATOKRIT ( 35-45) •Lakukan tindakan USG
• HEMOGLOBIN ( 12-16) transvagina, biobsi
endometrium, serta faal
•TROMBOSIT ( 37-43 )
pembekuan darah.
No Dx Tujuan Intervensi/implementasi Evaluasi
ASKEP
3. Nyeri bd peningkatan Pasien akan bebas infeksi setelah NIC I : Manajemen Nyeri
kontraksi selama fase dilakukan tindakan keperawatan Aktivitas
menstruasi selama 3×24 jam dengan kriteria 1. Lakukan pengkajian nyeri
hasil: secara menyeluruh
NOC I : Kontrol Nyeri meliputi lokasi,
Kriteria Hasil : durasi,kualitas, keparahan
1. Mengetahui faktor nyeri dan faktor pencetus
penyebabnyeri nyeri.
2. Mengetahui permulaan 2. Observasi ketidak
terjadinya nyeri nyamanan nonverbal.
3. Menggunakan 3. Kolaborasi : pemberian
tindakan pencegahan Analgetik sesuai indikasi
4. Melaporkan gejala NIC II : Manajemen
5. Melaporkan kontrol nyeri Analgetik Aktivitas
NOC II : Tingkat Nyeri 1. Tentukan lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, kualitas dan
1. Melaporkan nyeri tingkat nyeri sebelum
berkurang atau hilang mengobati pasien.
2. Frekuensi nyeri berkurang 2. Cek obat meliputi jenis,
3. Lamanya nyeri berlangsung dosis, dan frekuensi
4. Ekspresi wajah saat nyeri pemberian analgetik.
5. Posisi tubuh melindungi. 3. Monitor tanda- tanda
vital sebelum dansetelah
pemberian analgetik.
MATERI KONSELING
1. MATERI MANORA
: Definisi, Faktor Penyebab, Faktor resiko.
2. MENJELASKAN TINDAKAN
Apabila perdarahan disebabkan oleh karena kelainan patologi dan kelainan organik, dilakukan
kuretase.
Apabila disebabkan karena ketidakseimbangan hormon diberikan terapi provera dan atau
DipoProvera.
3. MENGATASI RASA NYERI
: dikompres, pemberian analgetik
4. ANJURKAN KEPADA PASIEN
: untuk melakukan kunjungan ulang untuk mengetahui perdarahan apakah berkurang atau tidak.
5. MOTIVAS
: pendidikan kesehatan dan konseling pada pasien agar tidak terlalu cemas dengan keadaanya.
Metrorargia
Refany Salsabila 1710711146
Definisi
Penyakit Sistemik
• Penyakit defisiensi prothrombin yang dapat timbul sebagai
perdarahan pervaginam
• Hipertiroidisme yang terkait dengan metrorargia
Anovulatoris
Akibat dari tidak terjadinya ovulasi mengakibatkan esterogen
melimpah dan tidak seimbang mengarah pada poliferasi
endometrium terus menerus yang akhirnya menhgasilkan suplai
darah berlebih yang dikeluarkan.
Ovulatoris
Bercak darah pada pertengahan siklus setelah lonjakan LH.
Itu menandakan ovulasi. Namun fase luteal mungkin memanjang
akibat dari korpus luteum yang menetap.
Penyebab lain:
• Kehamilan : Terjadi bercak darah saat proses nidasi
• Infeksi: Benda asing dalam uterus
• Ovulasi
• Penggunaan obat obatan
Patofisiologi
• Patofisiologi
Terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga
tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akhirnya
terjadi hiperlaspia endoimetrium karena stimulasi esterogen yang
berlebihan dan terus menerus .
Faktor Predisposisi
• Faktor Predisposisi
Perdarahan instrumental terjadi karna penebalan
endometrium oleh hormone esterogen.
Esterogen yang sekresi terus menerus akibat dari kegagalan ovulasi
oleh folikel mengakibatkan progesteron tidak dihasilkan karena
tidak adanya korpus luteum. Oleh karena itu endometrium menebal
dengan pola ketebalan yang tidak sama. Lapisan endometrium yang
sangat tebal bisa ruptur sehingga terjadilah spotting. Perdarahan
terjadi dengan frekuensi yang tidak teratur.
Faktor Resiko
1.Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid, dan kadar HCG, FSH, LH, Proglatin
dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan jika ada tampilan
yang mengarah kesana.
2.Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b) histeroskopi.
Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan perdarahan tidak teratur
atau wanita muda (<40 tahun) yang gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani
sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia mungkin
terlewatkan bahkan saat kuratase. Maka penting untuk melakukan kuratase ulang dan
investigasi yang sesuai pada seluruh kasus perdarahan uterus abnormal berulang atau
berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan
dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas endometrium.
3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaan pada wanita yang tidak berhasil dalam uji coba
terapeutik.
4. Uji kehamilan : untuk melihat ada tanda-tanda kehamilan.
5. Pemeriksaan koagulasi : untuk memantau faktor pembekuan darah. (Prof dr. Hanifa
wiknjosastro
Asuhan Keperawatan
Do:
1. Pasien tampak gelisah
2. Pasien tampak sangat
khawatir
3. Td: 100/80mmhg
N : 80x/mnt
RR : 20x/mnt
Data Fokus Masalah Etiologi
Ds: Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan
1. Pasien mengatakan mudah kelemahan
letih setelah melakukan
aktivitas
Do:
1. Td: 100/80mmhg
N : 80x/mnt
RR : 20x/mnt
Intervensi