Anda di halaman 1dari 12

PMII dan PETA GERAKAN ISLAM

DI INDONESIA

Sandhy Yusuf
Di Sampaikan pada PKL PMII PKC Bali-Nusra
28 Agustus 20-19
Masa Orde Baru
• Islam Tradisional : (melestarikan hal-hal baik
yang lama dan mengambil hal baru yang lebih
baik)
• Islam Modern : (puritan = Memperjuangkan
kemurnian Islam dengan jargonnya kembali ke
al-Quran dan hadis)
• Non Mainstream : Bukan Bagian dari
Kelompok pertama dan Kedua
Pasca Reformasi
• Pertama, Islam modernis, dengan ciri utamanya
memajukan Islam melalui pengembangan gagasan-
gagasan rasionalisme, liberalisme dan modernisme.
Strateginya, ada yang berorientasi politik melalui
partai, ada yang menempuh jalan kultural dan menolak
Islam-politik.
Lalu ada Varian Islam modernis: liberal (sekularisasi
politik dan ekonomi) dan radikal (menolak westernisasi
dan sekularisasi), kelompok ini dibagi menjadi dua,
yaitu liberal Sekuler (JIL) dan radikal (Ikhwanul
Muslimin, Hizbuth Tahrir Indonesia, FPI).
• Kedua, Islam tradisionalis konservatif. Yaitu
Islam arus utama yang menjadi basis
organisasi sosial keagamaan besar. Kelompok
ini lebih mengedepankan sikap moderat,
kooperatif, tidak oposan serta bisa bisa
berakomodasi dengan negara (NU,
Muhammadiyah, Perti, Persis, Al-Wasliyah,
dll).
• Ketiga, Islam transformis . Islam dipandang harus
menjadi kekuatan progresif dan transformatif, dengan
misi utama menegakkan keadilan, membela
masyarakat marginal, melawan kezaliman politik dan
ekonomi.
Kelompok ini berorientasi politik sekaligus
kultural dalam gerakannya, tidak punya problem
dengan entitas negara nasional, pluralis, inklusif dan
demokratis. Pemikir Islam kelompok ini, antara lain
Muslim Abdurrahman, Masdar F. Mas’udi, Ali Asghar
Engineer, Ali Shariati, dan Hassan Hanafi.
• Keempat, Islam fundamentalis (neo revivalis).
Kelompok ini mengagendakan kebangkitan hegemonis
dunia Islam, cenderung menolak demokrasi, bergerak
di bawah tanah, serta berorientasi sangat politis
dengan basis jamaah yang eksklusif.
Kelompok ini secara keagamaan sering disebut dengan
Salafi, yaitu kelompok yang ingin menerapkan Islam
sebagaimana kalangan Salafi. Ciri utamanya, dalam
memahami Islam sangat tekstualis, berpenampilan
celana cingkrang dan berjenggot.
• Kelima, gerakan Islam non mainstream secara umum dan
tentatif. Gerakan baru non-mainstream ini mengambil dua
bentuk, yaitu non Salafi (mengikatkan diri dengan semangat
mewujudkan doktrin secara kaffah dalam arti literal) dan
Salafi yang berusaha mewujudkan cita-cita sosial politik Islam
yang berbeda dengan formulasi gerakan Islam mainstream.

Bentuk gerakan politik ini dibagi menjadi tiga, yaitu jihadis (tindakan
kekerasan atas nama jihad), reformis (bentuk aksi politik berupa tekanan
terhadap pemerintah tanpa kekerasan) dan rejeksionis (penolakan
terhadap demokrasi dan melakukan tekanan-tekanan terhadap berbagai
kebijakan pemerintah).

Jenisnya ada dua, non Salafi seperti Darul Arqam, Jamaah Tabligh,
Ikhwanul Muslimin, Isa Bugis, IIJABI, FPI, DI, HT dll. Sedang Salafi, seperti
MMI, Laskar Jihad, Jamaah Islamiyah, Abdul Hakim Haddad, Yazid Jawad,
Husein Assewed, kelompok Daurah, Halaqah, dan lainnya.
Posisi NU dan PMII
• Melihat klasifikasi di atas, NU termasuk kelompok kedua,
yakni Islam tradisionalis konservatif. Yaitu Islam arus utama
yang menjadi basis organisasi sosial keagamaan yang besar,
sikap dasar politiknya lebih mengedepankan sikap moderat,
kooperatif dan tidak oposan serta bisa bisa berakomodasi
dengan negara.

• NU mulai dari masa KH. Hasyim Asy’ari memilih jalan


proaktif. NU hubungannya antara agama dan negara, sudah
final. NU organisasi keagamaan pertama yang menerima
Pancasila sebagai dasar negara, mengedepankan Maqohid
Syari’ah: hifdzuddin (menjaga agama), hifdzunnafs
(menjaga jiwa), hifdzul aqal (menjaga akal), hifdzulmal
(menjaga harta), dan hifdzunnasl (menjaga keturunan).
• Ideologi NU adalah ahlussunnah waljama’ah dengan dasar
al-Quran – Hadis, Ijma’, Qiyas, disertai kaidah almuhafadzoh
alal qadimisholih walakhdzu biljadidil aslah

• Dari 20 media elektronik berbasis website Islam, menurut


data BNPT, 80% dikuasai oleh kelompok Islam radikal.
Padahal generasi sekarang menyukai belajar agama Islam
secara instan -biasanya melalui website- dan malas belajar
agama Islam melalui kiai yang lebih otoritatif.

• Dengan sifat-sifat itu, NU pun menjadi musuh bersama


(common enemy) bagi ideologi-ideologi lain. Mereka satu
sama lain punya irisan kesamaan gerakan puritan dengan
jargon kembali kepada al-Quran dan Hadis, serta ingin
mendirikan negara Islam. Dan NU, tetap istiqamah menjadi
garda terdepan dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Sikap NU dan PMII
• “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Membangun
Peradaban Indonesia dan Dunia” (Muktamar 33
Jombang 2015)

• Islam Nusantara di pilih sebagai salah satu ikhtiar NU


menjadi salah satu best practice Islam di dunia:
Indonesia dengan keanekaragaman suku, agama, ras,
dan golongannya tetapi mampu hidup rukun berbangsa
dan bernegara dengan “Pancasila” sebagai “kalimatun
sawa” yang merupakan titik temu dari berbagai
kebhinekaan yang ada.
PMII Menuju Islam Nusantara
• Untuk menuju Islam Nusantara, ada tiga pilar yang
harus dikuasai oleh PMII, yaitu gerakan kebangsaan
(nahdlatul wathan), gerakan ekonomi (nahdlatul tujjar),
dan gerakan intlektual (taswirul afkar).

• Kader PMII harus menyebar di tiga pilar tersebut.


Faktanya, fenomena di lapangan banyak kader yang
lebih banyak tertarik berkarir di politik praktis
ketimbang di bidang lain. Maka, saatnya kini kader-
kader PMII memenuhi pos-pos strategis di berbagai
bidang lainnya, agar bisa mengambil peran membawa
Indonesia meraih berkah di masa Mendatang
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai